Halloween party ideas 2015
Tampilkan postingan dengan label bencana. Tampilkan semua postingan

Dampak Bencana Ekologis: Tambang dan Energi Terbarukan di Sumatera Disebut Jadi Pemicu Utama

Bencana banjir dan longsor yang melanda sejumlah wilayah di Sumatera, seperti Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat, belakangan ini telah memicu keprihatinan mendalam. Analisis mendalam dari Jaringan Advokasi Tambang (JATAM) mengungkap bahwa musibah ini tidak hanya disebabkan oleh perubahan bentang alam akibat aktivitas pertambangan mineral dan batu bara, tetapi juga diperparah oleh ekspansi proyek-proyek energi terbarukan. Temuan ini menyoroti kompleksitas penyebab bencana dan perlunya tinjauan ulang terhadap kebijakan pengelolaan sumber daya alam.

Ekspansi Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Sumatera: Ancaman Ekologis yang Nyata

JATAM mencatat adanya proliferasi pembangkit listrik tenaga air (PLTA) di Pulau Sumatera. Data mereka menunjukkan setidaknya terdapat 28 proyek PLTA yang telah beroperasi atau sedang dalam tahap pengembangan di seluruh pulau. Distribusi proyek ini sangat terkonsentrasi di Sumatera Utara, dengan 16 titik lokasi. Menyusul di belakangnya adalah Bengkulu dengan lima PLTA, Sumatera Barat dengan tiga PLTA, serta Lampung dan Riau yang masing-masing memiliki dua PLTA.

Laporan tersebut secara tegas menyatakan, "Sebaran operasi PLTA ini menandakan bahwa hampir semua provinsi di Sumatera sedang didesak menjadi basis energi air yang sarat risiko ekologis." Implikasi dari pernyataan ini sangat luas, menunjukkan adanya pola pembangunan energi yang berpotensi mengorbankan kelestarian lingkungan.

Salah satu contoh yang disorot adalah PLTA Batang Toru dan PLTA Sipansihaporas di Sumatera Utara. Kedua proyek ini memanfaatkan aliran dari salah satu daerah aliran sungai (DAS) utama di ekosistem Batang Toru. Kawasan yang memiliki nilai ekologis vital ini kini dipenuhi oleh berbagai infrastruktur, termasuk bendungan, terowongan air, dan jaringan pendukung lainnya, yang semuanya merupakan konsekuensi dari pembangunan PLTA.

Analisis citra satelit Google Imagery yang dilakukan JATAM per 28 November 2025 semakin memperjelas dampak fisik dari proyek PLTA Batang Toru. Proyek ini dilaporkan telah membuka lahan seluas minimal 56,86 hektare kawasan hutan di sepanjang aliran sungai. Lahan tersebut digunakan untuk pembangunan fasilitas utama, kolam, jalan akses, dan area pendukung lainnya. Perubahan ini terlihat jelas sebagai area terbuka yang meluas di dalam ekosistem yang sebelumnya utuh.

Modifikasi Aliran Sungai dan Peningkatan Risiko Bencana

Kehadiran PLTA dalam skala besar memiliki konsekuensi ekologis yang signifikan. Laporan JATAM menguraikan, "Kehadiran PLTA dalam skala masif memodifikasi aliran sungai, mengubah pola sedimen, dan memperbesar risiko banjir maupun longsor di hilir ketika kombinasi curah hujan ekstrem dan pengelolaan bendungan yang buruk terjadi bersamaan." Fenomena ini menciptakan kerentanan baru, di mana bencana alam yang dipicu oleh faktor cuaca dapat diperparah oleh infrastruktur buatan manusia.

Energi Panas Bumi: Ancaman Baru di Kawasan Pegunungan

Selain PLTA, ekspansi energi panas bumi juga menjadi perhatian serius. Proyek-proyek pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) telah mengunci ruang hidup di banyak kawasan pegunungan di Sumatera. Saat ini, tercatat delapan PLTP yang telah beroperasi di pulau ini. Sebarannya meliputi Sumatera Utara (empat PLTP), Sumatera Barat (satu PLTP), Sumatera Selatan (dua PLTP), dan Lampung (satu PLTP).

Angka ini belum mencakup wilayah yang masih berstatus Wilayah Penugasan Survei Pendahuluan dan Eksplorasi (WPSPE) maupun Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) yang masih dalam tahap eksplorasi. Artinya, masih ada potensi peningkatan risiko di masa depan ketika wilayah-wilayah ini beralih ke tahap operasi penuh. Proses operasi penuh ini akan melibatkan pembukaan hutan untuk pembangunan sumur produksi, jaringan pipa, dan akses jalan.

Kondisi geografis di mana sebagian besar proyek panas bumi berada, yakni di lereng-lereng gunung yang curam, menambah kompleksitas risiko. Kombinasi antara pembukaan hutan, aktivitas pengeboran, dan perubahan struktur tanah berpotensi meningkatkan kerentanan terhadap longsor dan banjir bandang.

Tiga Lapis Beban Industri di Sumatera

JATAM merangkum kondisi Sumatera saat ini dengan gambaran yang mengkhawatirkan: "Jika seluruh angka ini disatukan, terlihat jelas bahwa wajah Sumatera saat ini adalah pulau yang tubuh ekologisnya dibebani tiga lapis industri sekaligus, yakni tambang minerba yang merusak tutupan hutan dan tanah, PLTA yang memotong dan mengatur ulang aliran sungai, serta PLTP berikut WPSPE/WKP yang menggali kawasan pegunungan dan hulu DAS." Gambaran ini menunjukkan adanya akumulasi dampak negatif dari berbagai sektor industri yang saling terkait dan memperparah kerentanan lingkungan.

Kasus PLTA Batang Toru: Pendanaan dan Gugatan

Pembangunan PLTA Batang Toru dengan kapasitas 510 megawatt (MW) yang didanai oleh Tiongkok turut berkontribusi pada alih fungsi kawasan di DAS Batang Toru. Proyek ini ditargetkan untuk mulai beroperasi pada tahun 2026.

Namun, upaya untuk mendapatkan konfirmasi mengenai proyek ini menemui kesulitan. Reuters melaporkan bahwa North Sumatra Hydro Energy, pengelola PLTA tersebut, tidak memberikan tanggapan. Induk perusahaannya, SDIC Power Holdings dari Tiongkok, juga tidak memberikan jawaban langsung atas pertanyaan yang diajukan.

Di sisi lain, Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) pernah mengajukan gugatan pada tahun 2018 untuk mencabut izin pemerintah terkait proyek PLTA tersebut di Pengadilan Tata Usaha Negara. Sayangnya, gugatan tersebut ditolak pada tahun 2019.

Menanggapi situasi ini, Walhi menegaskan, "Bencana ini bukan semata-mata akibat faktor alam, tetapi juga faktor ekologis, yakni salah kelola sumber daya alam oleh pemerintah." Pernyataan ini menekankan pentingnya peran pemerintah dalam memastikan pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan dan bertanggung jawab demi mencegah bencana di masa depan.

Upaya Pemulihan Jaringan Telkomsel Pasca-Bencana di Sumatera Dipercepat

Bencana banjir dan longsor yang melanda sejumlah wilayah di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat telah menimbulkan dampak signifikan, termasuk terganggunya layanan telekomunikasi. Menyadari urgensi konektivitas di tengah situasi darurat, Telkomsel secara proaktif mempercepat upaya pemulihan jaringan di daerah-daerah terdampak. Komitmen ini ditunjukkan melalui mobilisasi sumber daya, kolaborasi lintas sektor, dan penyediaan paket bantuan khusus bagi masyarakat yang membutuhkan.

Hingga awal Desember 2025, Telkomsel telah mencatat kemajuan signifikan dalam pemulihan layanan seluler dan IndiHome. Secara keseluruhan, 76,5% dari total 7.640 site layanan seluler Telkomsel telah kembali beroperasi normal. Angka ini setara dengan 5.851 site. Sementara itu, untuk layanan IndiHome, 79,7% dari total 530.502 jalur pelanggan telah pulih, yang berarti 422.551 pelanggan telah kembali terhubung.

Upaya pemulihan ini tidak hanya difokuskan pada perbaikan infrastruktur yang rusak, tetapi juga pada menjaga konektivitas bagi masyarakat yang mengungsi, berada di area tanggap darurat, dan terdampak langsung oleh bencana. Salah satu bentuk dukungan nyata adalah melalui penyediaan "Paket Siaga Peduli Sumatera" yang dapat diakses secara gratis melalui kode UMB 88820#.

Rincian Capaian Pemulihan per Provinsi (per 1 Desember 2025):

  • Aceh:
    • Pemulihan site Telkomsel mencapai 36%. Sebanyak 708 dari total 1.964 site telah pulih.
    • Pemulihan jalur IndiHome mencapai 41,2%. Sebanyak 59.836 dari total 145.384 jalur telah pulih.
  • Sumatera Utara:
    • Pemulihan site Telkomsel sangat tinggi, mencapai 90%. Sebanyak 4.136 dari total 4.610 site telah pulih.
    • Pemulihan jalur IndiHome mencapai 93,3%. Sebanyak 293.911 dari total 314.957 jalur telah pulih.
  • Sumatera Barat:
    • Pemulihan site Telkomsel tercatat paling tinggi, mencapai 94%. Sebanyak 1.007 dari total 1.066 site telah pulih.
    • Pemulihan jalur IndiHome juga mencapai 93,3%. Sebanyak 68.804 dari total 70.161 jalur telah pulih.

Strategi Pemulihan Jaringan yang Komprehensif

Telkomsel menerapkan berbagai skema pemulihan yang terintegrasi untuk memastikan layanan komunikasi dapat segera kembali normal. Langkah-langkah strategis yang diambil meliputi:

  • Mobilisasi Tim Teknis: Pengerahan sebanyak 346 personel teknis terlatih untuk melakukan perbaikan dan pemulihan di lapangan.
  • Penguatan Sumber Daya Listrik: Penempatan unit generator set (genset) tambahan untuk memastikan pasokan listrik yang stabil bagi operasional jaringan.
  • Pengalihan Rute Infrastruktur: Melakukan pengalihan rute backbone dan jalur transmisi yang terputus atau rusak untuk meminimalkan dampak dan mempercepat konektivitas.
  • Penggunaan Perangkat Alternatif: Memanfaatkan perangkat komunikasi alternatif untuk menjaga layanan tetap tersedia di area-area yang sangat terdampak.
  • Penggelaran BTS Mobile: Menempatkan Base Transceiver Station (BTS) bergerak di lokasi-lokasi prioritas yang membutuhkan konektivitas segera.

Dukungan Komunitas dan Layanan Pelanggan

Selain fokus pada pemulihan teknis, Telkomsel juga memberikan perhatian khusus pada kebutuhan masyarakat terdampak. Melalui "Paket Siaga Peduli Sumatera" yang dapat diaktifkan satu kali oleh pengguna kartu SIMPATI, by.U (prabayar), dan Halo (pascabayar) di wilayah terdampak, pelanggan dapat memilih salah satu dari dua opsi:

a. Paket Data: 3 GB kuota data yang berlaku selama 7 hari. b. Paket Komunikasi: 300 menit panggilan telepon dan 1.000 SMS ke semua operator yang berlaku selama 7 hari.

Lebih lanjut, Telkomsel mendirikan Posko Layanan Pelanggan Tanggap Bencana di sekitar 100 titik di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Posko-posko ini menyediakan berbagai layanan penting, antara lain:

  • Telepon dan SMS gratis di daerah bencana hingga proses pemulihan selesai.
  • Penggantian kartu SIM gratis bagi pelanggan yang kartunya rusak atau hilang, serta perpanjangan masa aktif kartu.
  • Penyesuaian paket data prabayar dan penundaan pembayaran tagihan pascabayar atau IndiHome bagi pelanggan yang terdampak.
  • Penggantian perangkat modem ONT dan STB bagi pelanggan IndiHome yang modemnya rusak.
  • Penyediaan layanan IndiHome 3P (Triple Play) dan Telkomsel Orbit di kantor Basarnas untuk mendukung operasional tim penyelamat.

Apresiasi dan Komitmen Berkelanjutan

Menteri Komunikasi dan Digital Republik Indonesia, Meutya Hafid, mengapresiasi kesigapan Telkomsel dalam merespons bencana. "Kemkomdigi mengapresiasi langkah cepat Telkomsel dan seluruh pihak dalam memastikan layanan komunikasi tetap tersedia di tengah kondisi darurat. Kolaborasi ini penting agar masyarakat terdampak tetap terhubung dan mendapatkan akses informasi yang dibutuhkan," ujar Meutya Hafid.

Direktur Utama Telkomsel, Nugroho, menyampaikan empati dan keprihatinan mendalam atas musibah yang terjadi. "Kami berkomitmen hadir di setiap situasi, memastikan layanan komunikasi tetap tersedia dan membantu masyarakat terdampak. Bersama Kemkomdigi, pemerintah daerah, serta berbagai instansi, kami terus berupaya mempercepat pemulihan dan melayani sepenuh hati agar masyarakat dapat kembali bangkit," tegas Nugroho.

Telkomsel, bersama dengan Telkom Group, terus memantau situasi dan berupaya keras memastikan ketersediaan layanan komunikasi. Mereka juga mengajak seluruh pelanggan di wilayah terdampak untuk memanfaatkan Paket Siaga Peduli Sumatera melalui UMB 88820#. Untuk informasi lebih lanjut atau bantuan darurat, masyarakat dapat menghubungi Hotline Pusat Layanan Tanggap Bencana Sumatera melalui Call Center 24/7 Bebas Pulsa di nomor 0800-111-9000.

Kolaborasi Telkomsel dengan Telkom Group dalam upaya pemulihan mencakup berbagai aspek, mulai dari dukungan tanggap darurat, konektivitas, hingga bantuan kemanusiaan. Ini termasuk pendirian posko tanggap darurat di berbagai kota, penyediaan delapan titik WiFi gratis, bantuan dapur umum, mobilisasi logistik sembako dan material perbaikan melalui jalur darat, laut, dan udara, penambahan kapasitas jaringan, serta instalasi 120 unit satelit komersial dan CSR dari Telkomsat.

Warga Aceh Mengeluhkan Bantuan Lambat Tiba, Akses Terputus Akibat Banjir dan Longsor

BANDA ACEH – Bencana banjir dan longsor yang melanda Provinsi Aceh telah menimbulkan keprihatinan mendalam di kalangan masyarakat terdampak. Sejumlah warga melaporkan kesulitan yang luar biasa akibat lambatnya pasokan bantuan, menipisnya persediaan makanan dan air minum, serta terputusnya akses komunikasi dan listrik di berbagai wilayah. Situasi ini semakin diperparah dengan kerusakan infrastruktur yang signifikan.

Kondisi Kritis di Lapangan

Iin Yuningsih, salah seorang warga, menyampaikan keluh kesahnya melalui pesan WhatsApp keluarga mengenai kondisi sepupunya di Bireuen. "Di sini berat sekali, semua akses jalan putus dari Bireuen, Takengon," ujarnya. Ia menambahkan bahwa sepupunya hanya bisa bertahan menggunakan koneksi internet dari kantor bupati setempat, yang juga tidak dapat diakses dalam jangka waktu lama.

Kekhawatiran utama yang diungkapkan adalah ketiadaan pasokan bahan makanan. Pasar-pasar yang masih dapat dijangkau diserbu warga untuk membeli persediaan dalam jumlah besar, terutama telur dan kebutuhan pokok lainnya. Kondisi ini menunjukkan kepanikan dan ketidakpastian pasokan yang dihadapi masyarakat.

Di Bener Meriah, situasi tak kalah pelik. Ismayanti, warga setempat, menggambarkan antrean panjang di stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) maupun Pertashop. Pembatasan pembelian bahan bakar hanya dua liter per keluarga semakin mempersulit mobilitas warga. Selain itu, penarikan uang tunai dari bank juga dibatasi hingga Rp 500 ribu per keluarga, menambah beban finansial di tengah krisis ini. Seperti halnya di Bireuen, listrik dan jaringan internet di Bener Meriah juga padam, memaksa warga untuk mendaki ke dataran tinggi demi mencari sinyal komunikasi.

Sejumlah warga melintasi jembatan alternatif yang menghubungkan Desa Blang Meurandeh dan Desa Blang Puuk Beutong Ateuh Banggalang, Nagan Raya, Aceh, Ahad (30/11/2025). - (ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas)

Upaya Pemerintah Membuka Isolasi

Menanggapi kondisi darurat ini, Pemerintah Aceh bergerak cepat mengerahkan enam unit alat berat ke kawasan Gunung Salak, Aceh Utara. Tujuannya adalah untuk membuka akses isolasi yang terjadi di Kabupaten Bener Meriah akibat banjir dan longsor. Ketua Posko Komando Tanggap Darurat Bencana Hidrometeorologi Aceh, M. Nasir, menyatakan bahwa upaya ini sangat krusial untuk menghubungkan kembali wilayah yang terputus.

"Alhamdulillah Kabupaten Aceh Tengah dengan Bener Meriah telah bisa terhubung dan saat ini kita sedang membuka Aceh Utara dengan Bener Meriah," kata M. Nasir di Banda Aceh, Minggu. Ia menjelaskan bahwa membuka jalur melalui Bireuen diperkirakan memakan waktu lebih lama karena banyaknya titik longsor. Jalur Gunung Salak, setelah dilakukan pendataan, dinilai membutuhkan perbaikan yang lebih sedikit.

Tim dari Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) telah bergerak ke lokasi. "Insya Allah untuk menembus ke Bener Meriah juga akan selesaikan dalam beberapa hari ke depan," imbuh M. Nasir. Pengerahan alat berat milik pemerintah dan pihak ketiga diharapkan dapat mempercepat pemulihan jalur yang tertimbun longsoran dan rusak parah. Pembukaan jalur ini diharapkan dapat memperlancar mobilisasi logistik ke daerah-daerah yang terisolasi.

Pembangunan Jembatan Darurat dan Jalur Logistik

Selain pengerahan alat berat, Pemerintah Aceh melalui Dinas PUPR juga sedang membangun jembatan bailey di kawasan Awe Geutah. Jembatan ini berfungsi untuk menghubungkan kembali Kabupaten Bireuen dengan Aceh Utara yang terputus akibat banjir. "Pembangunan jalur alternatif ini untuk menghubungkan kedua kabupaten yang jembatannya terputus karena banjir," jelas M. Nasir.

Berdasarkan laporan dari Dinas PUPR, jembatan bailey ini ditargetkan selesai dalam empat hari ke depan. Pembangunan ini sangat penting untuk memulihkan konektivitas antarwilayah dan ke kabupaten lain yang terdampak. Jembatan yang putus di Kutablang sebelumnya telah mengakibatkan terputusnya akses darat secara total.

Foto udara permukiman penduduk yang terisolasi akibat banjir di Desa Napai, Woyla Barat, Aceh Barat, Aceh, Jumat (28/11/2025). - (ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas)

Untuk mengatasi kendala distribusi logistik, bantuan saat ini disalurkan melalui laut, darat, dan udara. Dengan selesainya pembangunan jembatan bailey, diharapkan jalur transportasi darat, termasuk arus barang dan logistik, dapat kembali normal. Pihak TNI Kodam IM juga turut membantu dalam pembangunan jembatan darurat ini. Pemerintah mengharapkan dukungan dari semua pihak agar perbaikan sarana transportasi dapat berjalan maksimal.

Bantuan Logistik Mulai Tiba

Kabar baik datang dengan tibanya kapal Expres Bahari yang membawa bantuan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Pemerintah Aceh di Pelabuhan Krueng Geukueh, Aceh Utara. "Alhamdulillah bantuan yang kita kirim melalui jalur laut ke Aceh Utara yang distribusi lewat darat terputus sudah tiba," kata Juru Bicara Posko Satgas Penanganan Bencana Aceh, Murthalamuddin, Minggu.

Bantuan tanggap darurat ini dikirimkan melalui jalur laut ke kabupaten/kota yang saat ini belum dapat diakses melalui jalur darat. Bantuan tersebut berasal dari BPBA, Dinas Sosial, dan sumbangan dari Presiden Prabowo Subianto.

Sejumlah warga korban banjir berada di dalam tenda pengungsian di Desa Pasi Leuhan, Johan Pahlawan, Aceh Barat, Aceh, Kamis (27/11/2025). - (ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas)

Bantuan logistik untuk wilayah Langsa dan Aceh Timur juga akan segera dikirimkan menggunakan kapal yang sama, bersandar di Kuala Langsa atau Kuala Idi. Upaya penanganan bencana terus dilakukan secara komprehensif, termasuk pendataan kebutuhan masyarakat dan kerusakan infrastruktur.

Korban Meninggal Terus Bertambah

Tragisnya, jumlah korban meninggal akibat banjir dan tanah longsor di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat terus meningkat. Hingga Senin, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan total 442 jiwa meninggal dunia.

  • Sumatera Utara: Mencatat 217 korban meninggal dunia, tersebar di berbagai kabupaten/kota seperti Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, Kota Sibolga, Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan, Pakpak Barat, Kota Padang Sidempuan, Deli Serdang, dan Nias. Sebanyak 209 warga dilaporkan masih hilang.
  • Aceh: Mencatat 96 korban meninggal dunia dan 75 orang hilang. Korban tersebar di 11 kabupaten/kota, termasuk Bener Meriah, Aceh Tengah, Pidie Jaya, Bireuen, Aceh Tenggara, Aceh Utara, Aceh Timur, Lhokseumawe, Gayo Lues, Subulussalam, dan Nagan Raya. Sekitar 62.000 kepala keluarga mengungsi.
  • Sumatera Barat: Mencatat 129 korban meninggal dunia, 118 orang hilang, dan 16 luka-luka. Korban tersebar di Kabupaten Agam, Kota Padang Panjang, Kota Padang, Padang Pariaman, Tanah Datar, Pasaman Barat, Pasaman, Solok, Kota Solok, serta Pesisir Selatan. Total pengungsi mencapai 77.918 jiwa.

Pengungsi korban banjir bandang berada di tenda darurat di Nagari Salareh Aia Timur, Palembayan, Agam, Sumatera Barat, Ahad (30/11/2025). - (ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan)

BNPB menegaskan bahwa seluruh elemen pemerintah daerah, TNI-Polri, Basarnas, kementerian/lembaga, serta relawan terus berupaya keras untuk mempercepat pencarian korban, memastikan pemenuhan kebutuhan dasar, dan membuka akses ke wilayah yang masih terisolasi. Upaya penanganan darurat ini telah memasuki hari ketujuh.

KSPSI Desak Pemerintah Segerakan Bantuan Korban Banjir

Bencana Alam Landa Sumatera: Seruan Kolaborasi dan Respons Cepat Diperlukan

Hujan deras yang mengguyur sebagian besar wilayah Sumatera Utara, Sumatera Barat, hingga Aceh telah memicu bencana alam berupa banjir bandang dan tanah longsor. Dampak kerusakan dan penderitaan dirasakan oleh ribuan warga di berbagai daerah, termasuk Sibolga, Tapanuli Tengah, Nias, Humbang Hasundutan, Tapanuli Utara, Medan di Sumatera Utara, serta Kota Padang di Sumatera Barat. Bencana ini tidak hanya merusak infrastruktur, tetapi juga melumpuhkan akses vital, memutus jaringan komunikasi, dan menyebabkan pemadaman listrik, memperparah situasi bagi para korban.

Dalam menghadapi krisis kemanusiaan ini, kebutuhan akan bantuan cepat dan tanggap dari pemerintah pusat menjadi sangat mendesak. Para korban yang terdampak membutuhkan kepastian dan penanganan yang sigap agar kondisi mereka tidak semakin memburuk.

Seruan Kolaborasi untuk Penanganan Bencana

Arnod Sihite, Wakil Ketua Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI) sekaligus Ketua Umum Parsadaan Toga Sihite dohot Boruna Sedunia (PTSBS), menekankan pentingnya kehadiran pemerintah pusat dalam memastikan semua warga yang terdampak banjir tertangani dengan cepat.

"Kami berharap pemerintah pusat segera hadir dan memastikan semua warga yang terdampak dapat tertangani dengan cepat. Jangan sampai masyarakat dibiarkan menunggu dalam ketidakpastian," ujar Arnod Sihite. KSPSI sendiri merupakan konfederasi serikat pekerja/buruh terbesar di Indonesia, sementara PTSBS adalah organisasi kekerabatan yang menaungi marga Sihite dan keluarganya di seluruh dunia.

Sebagai tokoh masyarakat dari marga Sihite yang berasal dari Batak Toba, Sumatera Utara, Arnod Sihite mengajak seluruh elemen masyarakat dan pemerintah pusat untuk bersinergi dalam upaya pengerahan bantuan darurat yang lebih besar. Bantuan ini mencakup berbagai aspek krusial, antara lain:

  • Penambahan Lokasi Pengungsian: Menyediakan tempat pengungsian yang layak dan aman bagi warga yang kehilangan tempat tinggal.
  • Distribusi Kebutuhan Pokok: Memastikan ketersediaan makanan siap saji, obat-obatan, dan kebutuhan mendesak lainnya.
  • Penyediaan Energi Darurat: Mendistribusikan genset darurat untuk penerangan di area yang terdampak pemadaman listrik.
  • Pembukaan Akses Jalan: Memobilisasi tim untuk membersihkan dan membuka kembali akses jalan yang tertutup akibat longsor.
  • Mobilisasi Tenaga Kesehatan: Menyiagakan tim kesehatan dan dapur umum untuk melayani kebutuhan medis dan pangan para pengungsi.

Arnod Sihite menjelaskan bahwa lumpuhnya akses jalur darat secara signifikan menghambat upaya penanganan oleh pemerintah daerah. Meskipun distribusi bantuan melalui jalur udara menjadi alternatif, hal tersebut juga memiliki keterbatasan. Oleh karena itu, koordinasi yang baik dalam pengiriman bantuan diharapkan dapat segera mengatasi hambatan akses dan mempercepat proses penanganan bencana.

"Lumpuhnya akses jalur darat membuat upaya penanganan oleh pemerintah daerah sangat terhambat, sementara distribusi bantuan melalui jalur udara juga memiliki keterbatasan," jelas Arnod.

Ia mengingatkan bahwa dengan kondisi cuaca yang masih tidak menentu dan potensi ancaman bencana susulan, tindakan yang cepat, terarah, dan menyeluruh sangat diperlukan demi menjaga keselamatan warga.

"Saatnya kita semua bergotong royong, membuka diri dan saling menolong saudara-saudara kita. Koordinasi dapat dilakukan dengan pemerintah setempat, mulai dari tingkat kabupaten/kota, provinsi, hingga pemerintah pusat yang langsung bersentuhan dengan penanganan kejadian serta kebutuhan keluarga yang terdampak longsor dan banjir," pungkas Arnod.

Respons Cepat TNI untuk Penanganan Bencana

Menyikapi situasi darurat ini, Tentara Nasional Indonesia (TNI) telah menunjukkan komitmennya dengan mengerahkan sumber daya yang signifikan. Lebih dari 4 ribu prajurit dikerahkan, bersama dengan ribuan paket ransum khusus prajurit TNI (Naraga), untuk membantu penanganan bencana banjir dan tanah longsor di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.

Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI, Mayjen (Mar) Freddy Ardianzah, merinci bantuan yang telah diberangkatkan dari Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, pada Jumat (28/11/2025) pagi. Bantuan tersebut diangkut menggunakan tiga pesawat C-130 Hercules dan satu pesawat A400M.

Rincian bantuan yang diangkut meliputi:

  • 3.000 paket Naraga
  • 10.000 Eprokal
  • 1.200 Food Family
  • 2.000 kardus mi instan
  • 2.000 kardus Pop Mie
  • 100 genset
  • 100 perangkat Starlink
  • 64 LCR (Landing Craft Rubber)
  • 150 tenda
  • Dua unit kompresor

Selain itu, TNI juga memberangkatkan tiga tim kesehatan dari Pusat Kesehatan Angkatan Darat (Puskesad). Setiap tim terdiri dari 10 personel, termasuk 2 dokter, 3 bintara kesehatan (bakes), dan 5 tamtama kesehatan (takes), yang dilengkapi dengan peralatan medis dan obat-obatan untuk memperkuat layanan darurat.

Seluruh bantuan tersebut ditujukan untuk tiga sasaran utama: Aceh (Lhokseumawe), Sumatera Utara (Sibolga dan Silangit), serta Sumatera Barat melalui Bandara Minangkabau.

Untuk memperkuat dukungan udara, TNI telah menyiapkan lima pesawat angkut fix wing, yang terdiri dari tiga C-130 Hercules, satu A400M, dan satu Boeing 737 Camar. Selain itu, sembilan helikopter lintas matra juga disiagakan, mencakup empat Caracal TNI AU, satu Mi-17 dan satu Bell 412 TNI AD, dua Panther TNI AL, serta satu Dolphin dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPP).

TNI Angkatan Laut (TNI AL) turut berkontribusi dengan menyiapkan empat Kapal Perang Republik Indonesia (KRI), yaitu KRI Suharso-990, KRI Semarang-594, KRI Teluk Banten-516, dan KRI Teluk Gilimanuk-531, untuk mendukung pendistribusian bantuan melalui jalur laut.

Distribusi bantuan ini dilakukan melalui tiga Komando Daerah Militer (Kodam) yang wilayahnya terdampak bencana: Kodam IM di Aceh, Kodam I/BB di Sumatera Utara, dan Kodam XX/TIB di Sumatera Barat.

Unsur Zeni TNI bersama dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) terus bekerja keras untuk membuka jalur-jalur transportasi yang terputus akibat longsor dan banjir. Operasi modifikasi cuaca juga telah digelar untuk menurunkan intensitas hujan dan mempercepat proses distribusi bantuan.

"Melalui pengiriman bantuan besar-besaran ini, TNI menegaskan komitmennya sebagai garda terdepan penanganan bencana nasional. Komando operasi penanggulangan dilaksanakan oleh Pangkogabwilhan I sebagai pengendali Gulbencal (penanggulangan bencana alam) TNI," tegas Mayjen (Mar) Freddy Ardianzah.

Gempa M4,9 Guncang Melonguane Sulut, BMKG Beri Info

Gempa Magnitudo 4,9 Guncang Sulawesi Utara, BMKG Ingatkan Pentingnya Kesiapsiagaan

Pada Kamis, 27 November 2025, sebuah peristiwa alam mengagetkan warga Melonguane, Sulawesi Utara. Gempa bumi dengan kekuatan magnitudo 4,9 mengguncang wilayah tersebut pada pukul 11.41.35 WIB. Menurut informasi yang dirilis, pusat gempa berlokasi di koordinat 5.02 Lintang Utara dan 126.16 Bujur Timur. Lokasi persisnya berada 127 kilometer arah barat laut Melonguane, dengan kedalaman gempa yang relatif dangkal, yaitu 10 kilometer di bawah permukaan bumi.

Meskipun informasi awal mengenai gempa seringkali bersifat dinamis dan dapat mengalami pembaruan seiring kelengkapan data, kejadian ini menegaskan kembali pentingnya kesiapsiagaan menghadapi bencana alam, khususnya gempa bumi. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) secara rutin memberikan panduan dan informasi mengenai langkah-langkah yang perlu diambil ketika bencana ini terjadi.

Langkah-langkah Penting Saat Gempa Melanda

Menghadapi gempa bumi, baik yang berskala kecil maupun besar, kepanikan seringkali menjadi respons awal. Namun, menjaga ketenangan adalah kunci utama untuk dapat mengambil tindakan yang tepat dan menyelamatkan diri serta orang lain. BMKG menekankan beberapa langkah penting yang perlu diperhatikan, tergantung pada lokasi Anda saat gempa terjadi.

1. Saat Berada di Dalam Ruangan

Jika Anda sedang berada di dalam rumah atau bangunan saat gempa terjadi, prioritas utama adalah mencari perlindungan.

  • Tetap Tenang dan Cari Tempat Aman: Tarik napas dalam-dalam untuk meredakan kepanikan. Amati kondisi sekitar dan segera cari tempat yang aman untuk berlindung.
  • Berlindung di Bawah Perabot Kokoh: Meja atau tempat tidur yang kokoh menjadi pilihan terbaik untuk melindungi diri dari benda-benda yang berjatuhan, seperti lampu, vas bunga, atau bagian bangunan yang rapuh.
  • Lindungi Kepala: Gunakan benda-benda empuk seperti bantal, helm, atau buku tebal untuk melindungi kepala Anda. Jika tidak ada benda lain, gunakan kedua tangan untuk menutupi dan melindungi kepala sambil merunduk.
  • Jauhi Jendela dan Benda Berat: Pastikan Anda tidak berada di dekat jendela, kaca, atau benda-benda berat yang berpotensi jatuh dan menyebabkan cedera.

2. Saat Berada di Luar Ruangan

Berada di area terbuka saat gempa terjadi memiliki tantangan tersendiri.

  • Jauhi Bangunan dan Struktur Berbahaya: Segera bergerak menjauhi gedung, tiang listrik, pohon, atau struktur lain yang berpotensi roboh atau tumbang.
  • Menuju Area Terbuka: Cari lapangan luas atau area terbuka yang aman dari potensi bahaya reruntuhan.
  • Tetap Tenang dan Waspada Gempa Susulan: Setelah getaran pertama mereda, tetaplah tenang dan bersiap untuk kemungkinan adanya gempa susulan.

3. Saat Berada di Tempat Ramai (Kerumunan)

Situasi kerumunan seringkali memicu kepanikan massal yang bisa berbahaya.

  • Perhatikan Arahan Petugas: Ikuti instruksi dari petugas keamanan atau tim penyelamat. Mereka biasanya memiliki protokol evakuasi yang telah ditetapkan.
  • Cari Tangga Darurat: Jika memungkinkan, segera menuju tangga darurat untuk keluar dari gedung dan bergerak menuju area terbuka.
  • Hindari Panik: Usahakan untuk tetap tenang dan jangan ikut terdorong dalam kepanikan massa.

4. Saat Berada di Gunung atau Dataran Tinggi

Kondisi geografis pegunungan memiliki risiko tambahan, yaitu longsor.

  • Bergerak ke Area Lapang: Segera menjauh dari lereng gunung atau tebing yang berpotensi longsor. Cari dataran yang lebih datar dan terbuka.
  • Waspadai Longsor dan Jatuhan Batu: Tetap waspada terhadap kemungkinan longsoran tanah atau jatuhan batu akibat getaran gempa.

5. Saat Berada di Laut

Gempa yang berpusat di bawah laut dapat berpotensi menimbulkan tsunami.

  • Naik ke Dataran Tinggi: Jika Anda berada di pantai atau dekat laut saat gempa terjadi, segera bergerak menuju dataran yang lebih tinggi.
  • Ikuti Peringatan Dini: Perhatikan sirene atau pengumuman peringatan tsunami dari pihak berwenang.

6. Saat Berada di Dalam Kendaraan

Perjalanan saat gempa membutuhkan kewaspadaan ekstra.

  • Pegang Erat Kendaraan: Jika Anda sedang di dalam kendaraan, pegang erat-erat untuk menjaga keseimbangan.
  • Berhenti di Tempat Aman: Segera cari tempat yang lapang dan aman untuk menepikan kendaraan Anda. Hindari berhenti di bawah jembatan, pohon, atau bangunan yang rentan roboh.
  • Matikan Mesin dan Tetap di Dalam: Setelah berhenti, matikan mesin kendaraan dan tetap berada di dalam hingga getaran mereda.

Memahami Skala MMI (Modified Mercalli Intensity)

Selain mengetahui langkah-langkah evakuasi, pemahaman mengenai intensitas gempa berdasarkan skala MMI juga penting. Skala ini mengukur dampak atau getaran gempa yang dirasakan oleh manusia dan kerusakan yang ditimbulkan.

  • I MMI: Getaran gempa tidak dirasakan, kecuali oleh orang yang sangat peka dalam kondisi luar biasa.
  • II MMI: Getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang tergantung mulai bergoyang.
  • III MMI: Getaran dirasakan nyata di dalam rumah, terasa seperti ada truk yang lewat.
  • IV MMI: Dirasakan oleh banyak orang di dalam rumah, beberapa orang di luar rumah. Gerabah pecah, jendela dan pintu berderik, dinding berbunyi.
  • V MMI: Dirasakan hampir semua orang, orang berlarian, gerabah pecah, barang-barang terlempar, tiang dan benda besar bergoyang.
  • VI MMI: Dirasakan oleh semua orang, kebanyakan terkejut dan lari keluar. Plester dinding jatuh, cerobong asap pabrik rusak ringan.
  • VII MMI: Semua orang keluar rumah. Kerusakan ringan pada bangunan baik, kerusakan signifikan pada bangunan dengan konstruksi kurang baik. Cerobong asap pecah.
  • VIII MMI: Kerusakan ringan pada bangunan kuat, retakan pada bangunan kurang baik, dinding terlepas, cerobong asap dan monumen roboh, air keruh.
  • IX MMI: Kerusakan pada bangunan kuat, rangka rumah tidak lurus, banyak retakan. Rumah bergeser dari pondasi, pipa putus.
  • X MMI: Bangunan kayu kuat rusak, rangka rumah lepas dari pondasi. Tanah terbelah, rel melengkung, longsor di sungai dan lereng curam.
  • XI MMI: Sedikit bangunan yang masih berdiri. Jembatan rusak, terjadi lembah, pipa bawah tanah tidak dapat dipakai, rel sangat melengkung.
  • XII MMI: Hancur total, gelombang terlihat di permukaan tanah, pemandangan gelap, benda-benda terlempar ke udara.

Dengan memahami langkah-langkah kesiapsiagaan dan skala intensitas gempa, masyarakat diharapkan dapat lebih siap dan mengurangi risiko saat bencana alam terjadi. Kesiapsiagaan adalah investasi terbaik untuk keselamatan jiwa.

Tragedi Irene Sokoy: Presiden Prabowo Perintahkan Audit Menyeluruh Layanan Kesehatan Papua

Kasus memilukan tentang Irene Sokoy, seorang ibu hamil yang meninggal dunia setelah ditolak oleh empat rumah sakit di Papua, telah menarik perhatian serius dari Presiden Prabowo Subianto. Peristiwa tragis ini menjadi sorotan utama dalam rapat terbatas (ratas) yang digelar di Istana Kepresidenan Jakarta pada Senin, 24 November 2025, di mana Presiden Prabowo secara langsung membahas persoalan ini dengan Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian.

Instruksi Audit Mendalam dari Istana

Menindaklanjuti laporan mengenai insiden Irene Sokoy, Presiden Prabowo memberikan instruksi tegas untuk segera melakukan audit terhadap seluruh rumah sakit dan pejabat terkait di Papua. Tujuannya adalah untuk mengungkap akar penyebab kematian Irene dan mencegah terulangnya tragedi serupa di masa mendatang.

"Saya melapor pada beliau (Presiden Prabowo). Jadi di antaranya itu, perintah beliau untuk segera lakukan perbaikan, audit," ungkap Mendagri Tito Karnavian usai pertemuan dengan Presiden. Ia menjelaskan bahwa audit internal ini akan mencakup berbagai tingkatan, mulai dari institusi rumah sakit itu sendiri, pejabat di dinas kesehatan, hingga pejabat di tingkat provinsi dan kabupaten.

Lebih lanjut, audit juga akan menyasar pada peraturan-peraturan yang relevan di bawah Kementerian Dalam Negeri, termasuk peraturan yang dikeluarkan oleh kepala daerah. Hal ini penting mengingat kasus Irene melibatkan penolakan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Jayapura dan RSUD Provinsi.

Ruang Lingkup Audit

  • Institusi Rumah Sakit: Evaluasi komprehensif terhadap operasional, manajemen, dan standar pelayanan di semua rumah sakit di Papua.
  • Pejabat Kesehatan: Pemeriksaan terhadap kinerja dan akuntabilitas pejabat di dinas kesehatan tingkat provinsi dan kabupaten.
  • Pejabat Daerah: Peninjauan terhadap peraturan dan kebijakan yang dikeluarkan oleh gubernur, bupati, dan walikota terkait layanan kesehatan.
  • Peraturan Perundang-undangan: Analisis terhadap aturan di Kementerian Dalam Negeri, peraturan gubernur, dan peraturan bupati yang berpotensi menghambat atau memperburuk kualitas layanan kesehatan.

Tindakan Cepat: Menteri Kesehatan dan Mendagri Turun Langsung ke Papua

Sebagai respons cepat terhadap arahan Presiden, Mendagri Tito Karnavian telah berkoordinasi erat dengan Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin. Menindaklanjuti komunikasi tersebut, Menkes Budi beserta tim khusus dari Kementerian Kesehatan dan perwakilan Kemendagri dilaporkan telah bertolak menuju Jayapura, Papua, pada hari Selasa, 25 November 2025.

Tim gabungan ini bertugas melakukan audit teknis mendalam terkait masalah layanan kesehatan yang dialami Irene. "Kemudian Menkes mengirimkan tim khusus juga untuk melakukan audit teknis mengenai masalah layanan kesehatan. Kita enggak ingin terulang lagi. Sama tadi pesan dari Pak Presiden jangan sampai terulang lagi hal yang sama," tegas Tito.

Selain audit, Mendagri juga telah menghubungi Gubernur Papua, Mathius D Fakhiri, untuk segera memberikan bantuan kepada keluarga Irene Sokoy. "Saya sudah sampaikan, saya sudah komunikasi dengan Gubernur. Saya minta Gubernur, begitu saya dapat informasi, Gubernur Pak Mathius Fakhiri sesegera mungkin ke rumah korban, keluarga korban, semua dibantu," ujar Tito.

Permohonan Maaf Gubernur dan Pengakuan Kebobrokan Layanan

Gubernur Papua, Mathius Fakhiri, secara terbuka telah menyampaikan permohonan maaf atas tragedi yang menimpa Irene Sokoy. Ia mengakui bahwa insiden ini merupakan cerminan dari kebobrokan sistem layanan kesehatan di Papua dan berjanji akan melakukan evaluasi total.

"Saya mohon maaf atas kebodohan jajaran pemerintah dari atas sampai bawah. Ini contoh kebobrokan pelayanan kesehatan di Papua," kata Fakhiri usai mengunjungi rumah keluarga Irene di Kampung Hobong, Distrik Sentani, seperti dikutip dari rilis yang diterima pada Sabtu, 22 November 2025.

Gubernur Fakhiri tidak menampik adanya banyak fasilitas kesehatan di Papua yang pengelolaannya belum optimal, termasuk masalah kerusakan peralatan medis. "Saya mengaku banyak peralatan medis rusak karena tidak dikelola dengan baik," ungkapnya.

Oleh karena itu, ia berkomitmen untuk melakukan evaluasi menyeluruh terhadap rumah sakit-rumah sakit di bawah kewenangan pemerintah provinsi. Salah satu langkah konkret yang akan diambil adalah mengganti direktur rumah sakit yang dinilai tidak menjalankan tugasnya dengan baik. Gubernur Fakhiri juga secara resmi telah meminta bantuan langsung dari Menteri Kesehatan untuk memperbaiki infrastruktur dan kualitas layanan rumah sakit di seluruh Papua.

Kronologi Tragedi: Penolakan Beruntun yang Berujung Maut

Peristiwa nahas yang merenggut nyawa Irene Sokoy terjadi pada Minggu, 16 November 2025. Saat itu, Irene yang sedang hamil tua mulai merasakan kontraksi dan segera dibawa menuju RSUD Yowari menggunakan speedboat.

Setibanya di RSUD Yowari, Irene tidak segera mendapatkan penanganan yang memadai meskipun kondisinya terus memburuk. Proses pembuatan surat rujukan ke rumah sakit lain pun berjalan sangat lambat, menambah kecemasan keluarga.

Dalam upaya mencari pertolongan, keluarga kemudian membawa Irene ke RS Dian Harapan dan RSUD Abepura. Namun, di kedua rumah sakit tersebut, Irene kembali tidak mendapatkan layanan yang dibutuhkan.

Perjalanan pencarian pertolongan belum berakhir. Irene akhirnya dibawa ke RS Bhayangkara. Di rumah sakit ini, keluarga dihadapkan pada permintaan uang muka sebesar Rp 4 juta karena kamar BPJS dilaporkan penuh.

Dalam kondisi yang terus melemah setelah melalui perjalanan panjang dan melelahkan dari satu rumah sakit ke rumah sakit lainnya tanpa penanganan medis yang memadai, Irene Sokoy menghembuskan napas terakhirnya pada Senin, 17 November 2025, pukul 05.00 WIT. Tragedi ini menyisakan duka mendalam dan menjadi pengingat akan urgensi perbaikan sistem layanan kesehatan di wilayah terpencil seperti Papua.

Fenomena gempa bumi besar yang memicu tsunami kembali menjadi sorotan di Indonesia. Hal itu seiring dengan rilis terbaru dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) terkait peta zona megathrust nasional. Penjelasan ini mempertegas bahwa beberapa wilayah Nusantara berada di area yang secara geologis rawan.

Sebetulnya apa itu megathrust dan kenapa gempa ini begitu diwaspadai? Berikut penjelasan lengkap dari BMKG yang perlu kamu pahami.

Apa itu megathrust?

Megathrust adalah zona subduksi lempeng tektonik yang sangat panjang dan luas, tepatnya satu lempeng menyusup di bawah lempeng lain dan menyimpan energi besar. Menurut BMKG, tekanan konvergen antar lempeng tersebut bersifat "mega" karena menempati wilayah sangat besar. Seramnya, saat segmen-segmen di sana bergerak, bisa memicu gempa bumi besar yang dikenal sebagai gempa megathrust.

Di wilayah Indonesia, BMKG mengidentifikasi setidaknya 13 zona megathrust aktif yang potensial menimbulkan gempa besar, seperti di Aceh-Andaman, Selat Sunda, dan Mentawai-Siberut. Mengingat beberapa segmen belum melepaskan energi dalam waktu lama, ahli memperingatkan agar masyarakat waspada walaupun waktu terjadinya gempa besar tidak bisa diprediksi.

Dampak gempa megathrust

Gempa megathrust sebetulnya bisa terjadi di berbagai wilayah yang dilewati subduksi aktif. Sebagai contoh yang baru saja terjadi (08/08/2024) di Jepang, Pulau Kyushu dilanda gempa dengan magnitudo 7,1 yang bersumber dari Megathrust Nankai.

Di Indonesia sendiri, tercatat telah beberapa kali terjadi gempa besar. Contohnya di selatan Pulau Jawa pernah mengalami gempa dengan magnitudo lebih dari 8,0 pada 1780, 1859, dan 1943.

Dilansir Earthquakes Canada, megathrust tak hanya menjadi gempa bumi terbesar di dunia, tetapi juga dapat memicu tsunami. Ketika megathrust terjadi, gerakan dorongan menyebabkan gerakan vertikal yang besar di dasar laut. Alhasil, terjadi perpindahan sejumlah besar air dan bergerak menjauh dari gerakan bawah laut hingga memicu tsunami.

Potensi gempa megathrust di Indonesia

BMKG menyebut bahwa gempa megathrust di Indonesia tinggal menghitung waktu. Sayangnya, tidak ada yang tahu pasti mengenai datangnya fenomena alam ini.

Kekhawatiran akan adanya gempa megathrust di Indonesia dilihat setelah analisa terhadap seismic gap, terutama pada Megathrust Selat Sunda dan Megathrust Mentawai-Siberut. FYI, seismic gap sendiri merupakan wilayah di sepanjang batas lempeng aktif yang belum mengalami gempa selama lebih dari 30 tahun. 

Megathrust Mentawai-Siberut sendiri terakhir mengalami gempa besar pada 10 Februari 1797 dengan kekuatan mencapai magnetudo 8,5 dan memicu tsunami besar. Artinya, seismic gap-nya sudah lebih dari 200 tahun dan mungkin tinggal menunggu waktu hingga akhirnya melontar kekuatan terpendam.

Lantas, apakah gempa kecil yang berlangsung berulang bisa membantu mengurangi tekanan gempa bumi megathrust? Tidak bisa demikian, melansir Earthquake Canada. Faktanya, peningkatan satu unit pada skala magnitudo, jumlah energi yang dilepaskan meningkat sekitar 40 kali lipat. Diperlukan banyak sekali gempa bumi kecil untuk melepaskan jumlah energi yang setara dengan gempa bumi besar. 

Lebih lanjut, analisis BMKG menunjukkan bahwa gempa megathrust ini bisa mencapai magnitudo antara 7,8 hingga 9,2, tergantung segmen yang pecah. Mengingat potensi kekuatan gempa dan kedekatan beberapa zona dengan pesisir, risiko tsunami tidak bisa diabaikan. Oleh karenanya, kesiapsiagaan masyarakat dan mitigasi bencana menjadi sangat krusial.

Itulah penjelasan mengenai apa itu gempa megathrust. Kondisi tersebut memang berpotensi menyebabkan gempa dengan magnitudo besar. Namun, selain khawatir, pastikan sudah siapkan mitigasi sejak dini untuk antisipasi terbaik. Kamu bisa menyalakan notifikasi gempa di HP dan mempersiapkan emergency kit juga, ya.

FAQ seputar apa itu gempa megathrust

Question

Answer

Apa itu gempa megathrust?

Gempa megathrust adalah gempa besar yang terjadi di zona subduksi ketika satu lempeng bumi menukik dan “mengunci” di bawah lempeng lainnya, lalu tiba-tiba melepaskan energi sangat besar.

Mengapa gempa megathrust bisa sangat kuat?

Karena area patahannya sangat luas dan tekanan yang terkumpul berlangsung dalam waktu lama, sehingga sekali lepas dapat menghasilkan magnitudo besar.

Apakah gempa megathrust bisa memicu tsunami?

Ya. Gempa jenis ini sering mengangkat dasar laut secara tiba-tiba sehingga mampu memicu tsunami besar.

Apakah gempa megathrust bisa diprediksi?

Tidak bisa diprediksi secara tanggal dan jam, tetapi zona rawannya sudah dapat dipetakan berdasarkan aktivitas tektonik.

Referensi:

"Questions and Answers on Megathrust Earthquakes". Earthquakes Canada. Diakses November 2025.

"Tentang Gempa di Selat Sunda dan Mentawai-Siberut yang “Tinggal Menunggu Waktu”. BMKG. Diakses November 2025.

"Mengenal Potensi Megathrust Kesiapsiagaan Adalah Koentji". BMKG. Diakses November 2025.

Mengapa Jepang Sering Terjadi Gempa Bumi? Ini Penjelasannya Apa Itu Black Swan Earthquake? Gempa Langka yang Guncang Papua

Gempa Terkini di Jawa Barat M3,6 Guncang Laut Selatan Sukabumi,Berikut Laporan BMKG

- Baru saja gempa terkini di Jawa Barat mengguncang Sukabumi pada Kamis (31/7/2025) pagi dengan pusat gempa di laut.

BMKG Wilayah II melaporkan gempa bumi di Sukabumi, Jawa Barat terjadi pukul 08.44 WIB dengan kekuatan Magnitudo 3,6.

Pusat gempanya berada di laut 113 Km Tenggara Kabupaten Sukabumi.

Titik pusat gempa berada pada kedalaman 10 Km.

"Info Gempa Mag:3.6, 31-Jul-25 08:44:05 WIB, Lok:8.00 LS - 106.69 BT (113 km Tenggara KAB-SUKABUMI-JABAR), Kedlmn: 10 Km ::BMKG," tulis BMKG Wilayah II di akun X @bmkgwilayah2, Kamis (31/7/2025) pagi.

Sebelumnya, gempa terkini di Jawa Barat mengguncang Sukabumi pada Jumat (26/7/2025) malam dengan pusat gempa di darat.

BMKG Wilayah II melaporkan gempa bumi di Sukabumi, Jawa Barat terjadi pukul 21.53 WIB dengan kekuatan Magnitudo 3,5.

Pusat gempanya berada di darat 24 Km Utara Kabupaten Sukabumi.

Titik pusat gempa berada pada kedalaman 147 Km.

"Info Gempa Mag:3.5, 26-Jul-25 21:53:32 WIB, Lok:6.77 LS - 106.55 BT (24 km Utara KAB-SUKABUMI-JABAR), Kedlmn: 147 Km ::BMKG," tulis BMKG Wilayah II di akun X @bmkgwilayah2, Jumat (26/7/2025) malam.

Skala Gempa

Berdasarkan skala MMI yang dikutip dari laman BMKG, berikut info MMI yang dapat dipelajari.

I MMI

Getaran gempa tidak dapat dirasakan kecuali dalam keadaan luarbiasa oleh beberapa orang.

II MMI

Getaran atau goncangan gempa dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung seperti lampu gantung bergoyang.

III MMI

Getaran gempa dirasakan nyata dalam rumah.

Getaran terasa seakan-akan ada naik di dalam truk yang berjalan.

IV MMI

Pada saat siang hari dapat dirasakan oleh orang banyak di dalam rumah, di luar rumah oleh beberapa orang, gerabah pecah, jendela/pintu bergoyang hingga berderik dan dinding berbunyi.

V MMI

Getaran gempa bumi dapat dirasakan oleh hampir semua orang, orang-orang berlarian, gerabah pecah, barang-barang terpelanting, tiang-tiang dan benda besar tampak bergoyang, bandul lonceng dapat berhenti.

VI MMI

Getaran gempa bumi dirasakan oleh semua orang.

Kebanyakan orang terkejut dan lari keluar, plester dinding jatuh dan cerobong asap di pabrik rusak, kerusakan ringan.

VII MMI

Semua orang di rumah keluar.

Kerusakan ringan pada rumah dengan bangunan dan kontruksi yang baik.

Sedangkan pada bangunan dengan konstruksi kurang baik terjadi retakan bahkan hancur, cerobong asap pecah.

Dan getaran dapat dirasakan oleh orang yang sedang naik kendaraan.

VIII MMI

Kerusakan ringan pada bangunan dengan konstruksi kuat.

Keretakan pada bangunan dengan konstruksi kurang baik, dinding terlepas dari rangka rumah, cerobong asap pabrik dan monumen roboh, air berubah keruh.

IX MMI

Kerusakan pada bangunan dengan konstruksi kuat, rangka rumah menjadi tidak lurus, banyak terjadi keretakan.

Rumah tampak bergeser dari pondasi awal. Pipi-pipa dalam rumah putus.

X MMI

Bangunan dari kayu yang kuat rusak, rangka rumah lepas dari pondamennya, tanah terbelah rel melengkung, tanah longsor di tiap-tiap sungai dan di tanah-tanah yang curam.

XI MMI

Bangunan-bangunan yang sedikit yang masih berdiri.

Jembatan rusak, terjadi lembah.

Pipa dalam tanah tidak dapat terpakai sama sekali, tanah terbelah, rel sangat melengkung.

XII MMI

Hancur total, gelombang tampak pada permukaan tanah.

Pemandangan berubah gelap, benda-benda terlempar ke udara.

Berikut tindakan yang perlu kamu lakukan saat gempa terjadi.

1. Tetap tenang

Saat gempa terjadi, berusahalah untuk tidak panik dan tetap tenang!

Tarik napas dalam-dalamnya, lalu lihatlah keadaan sekitar dan pilihlah spot yang aman untuk berlindung.

2. Di dalam rumah

Jika pada saat gempa sedang berada di dalam penginapan, berusahalah menyelamatkan diri dan orang yang ada di sekitarmu.

Meja adalah tempat terbaik untuk berlindung dari benda-benda yang berjatuhan akibat gempa.

Setelah itu, lindungi kepala dengan benda empuk.

Misalnya bantal, helm, papan, atau yang paling praktis kamu bisa menggunakan kedua tangan dengan posisi tertelungkup.

3. Di luar ruangan

Jika pada saat gempa terjadi kamu sedang berada di luar ruangan tindakan pertama yang harus dilakukan adalah bergerak menjauhi gedung dan tiang lantas menuju daerah terbuka.

Tetap tenang dengan menarik napas dalam-dalam dan jangan lakukan apapun.

Sebab, biasanya setelah gempa pertama akan terjadi gempa susulan. 

4. Di kerumunan

Gempa bisa terjadi kapan saja.

JIka saat itu kamu sedang berada di kerumunan, biasanya akan terjadi kepanikan.

Untuk mengindari hal tersebut. kamu bisa perhatikan arahan petugas penyelamat dan usahakan langsung menuju ke tangga darurat untuk menuju ke daerah terbuka.

5. Di gunung atau dataran tinggi

Jika gempa terjadi saat kamu sendang berada di gunung, bergeraklah menuju daerah lapang untuk berlindung.

Hidari daerah dekat lereng karena dipastikan akan menimbulkan longsor dan mengancam keselamatan jiwa.

6. Di laut

Gempa di bawah laut bisa menimbulkan gelombang tsunami.

Jika gempa itu terjadi, bergeraklah ke dataran yang lebih tinggi.

7. Di dalam kendaraan

Bagi yang sedang melakukan perjalanan saat terjadi gempa, berpeganglah erat agar tak terjatuh.

Berhentilah di tempat yang lapang dan berhentilah di sana.(*)

 

Baca Berita-berita diGoogle News

- Update info tsunami Jepang hari ini, video detik-detik tsunami menerjang, 2 juta warga telah dievakuasi.

Lebih dari 2 juta warga Jepang telah dievakuasi dari ancaman tsunami yang berasal dari gempa 8,6 magnitudo di Rusia pada Rabu (30/7/2025). 

Hingga pukul 17.00 waktu Jepang, sebanyak 2 juta warga yang tinggal di pesisir Timur Jepang sudah berhasil dievakuasi seperti dimuat NHK.

Badan Penanggulangan Kebakaran dan Bencana Kementerian Dalam Negeri dan Komunikasi Jepang memerintahkan evakuasi 2 juta orang di seluruh negeri menyusul dikeluarkannya peringatan dan himbauan tsunami. 

Menurut Badan Penanggulangan Kebakaran dan Bencana Kementerian Dalam Negeri dan Komunikasi perintah evakuasi telah dikeluarkan oleh 229 kota, kota kecil, dan desa di 21 prefektur, yang berdampak pada total 967.604 rumah tangga dan 2.011.038 jiwa.

Setiap pemerintah daerah mengimbau masyarakat untuk segera menjauh dari pesisir dan muara sungai serta mengungsi ke pedalaman.

Prefektur Wakayama mencatat jumlah perintah evakuasi tertinggi, yaitu 367.186 jiwa, diikuti oleh Hokkaido dengan 352.923 jiwa, Kanagawa dengan 263.728 jiwa, Fukushima dengan 244.391 jiwa, dan Shizuoka dengan 239.391 jiwa.

Sementara itu akun twitter lama Kantor Perdana Menteri, "X", mengunggah peringatan tsunami dan panduan evakuasi.

Pemerintah Jepang bahu-membahu berkoordinasi untuk mengevakuasi jutaan warga yang tinggal di pesisir Timur Jepang. 

Terlebih evakuasi dilakukan di tengah cuaca panas ekstrim.

Perdana Menteri Ishiba juga telah menginstruksikan agar langkah-langkah pencegahan sengatan panas dilakukan di pusat-pusat evakuasi

"Peringatan tsunami masih berlaku, dan pemerintah bekerja sama untuk menilai situasi dan memberikan panduan evakuasi. Warga di wilayah yang telah dikeluarkan perintah evakuasi harus terus mengungsi ke lokasi yang lebih aman,” tulis pemerintah Jepang, seperti dilansir WartaKotalive.com di artikel berjudul Pemerintah Jepang Evakuasi 2 Juta Warga Usai Peringatan Tsunami.

Perdana Menteri Ishiba bertemu dengan Deputi Sekretaris Kabinet untuk Manajemen Krisis Kojima, Deputi Sekretaris Kabinet untuk Manajemen Bencana Nagahashi, dan Direktur Jenderal Badan Meteorologi Jepang Nomura di Kediaman Resmi Perdana Menteri selama kurang lebih 20 menit sejak pukul 16.00 untuk menerima laporan mengenai situasi terkini. 

Ishiba kemudian menginstruksikan mereka untuk mengambil langkah-langkah menyeluruh guna mengatasi panas di pusat-pusat evakuasi, mengingat cuaca panas tersebut sangat parah bahkan di daerah-daerah yang telah dikeluarkan peringatan tsunami.

Dilaporkan tsunami setinggi 1,3 meter sudah sampai di Pelabuhan Kuji, Iwate Jepang pada Rabu (30/7/2025) pukul 14.58 waktu setempat. 

Tsunami setinggi 1,3 meter akibat gempa di Rusia sebesar 8,6 magnitudo itu sudah mencapai lokasi peringatan tsunami diberlakukan di Jepang. 

Namun di demikian, di Kota Hamanaka, Hokkaido tsunami masih setinggi 60 cm dan di Pelabuhan Tokachi, Kota Erimo dan Kota Hiroo, Hokkaido ketinggian tsunami 50 cm. 

Seperti dimuat NHK, hingga saat ini Badan Meteorologi Jepang terus memantau pasang surut air laut di stasiun pengamatan lainnya.

Peringatan tsunami telah dikeluarkan untuk pesisir Pasifik dari Hokkaido hingga Prefektur Wakayama.

“Mohon evakuasi dan cari tempat yang lebih tinggi sebisa mungkin. Jika tidak ada dataran tinggi di dekatnya, carilah tempat berlindung di atas gedung tinggi atau jauh dari pantai,” tulis peringatan Badan Meteorologi Jepang.

Sebagai informasi Kamchatka, Rusia diguncang gempa 8,6 magnitudo pada Rabu (30/7/2025).

Gempa tersebut memunculkan ancaman tsunami di negara-negara yang berbatasan dengan Samudra Pasifik. 

Ancaman tsunami itu akan mencapai sejumlah negara yang berbatasan dengan Samudra Pasifik seperti Jepang, Amerika Serikat, Filipina, dan Indonesia.

Video detik-detik tsunami menerjang Jepang bisa dilihat di sini

Ikuti berita populer lainnya di saluran berikut: Channel WA, Facebook, X (Twitter), YouTube, Threads, Telegram

Diberdayakan oleh Blogger.