Halloween party ideas 2015

Warga Aceh Mengeluhkan Bantuan Lambat Tiba, Akses Terputus Akibat Banjir dan Longsor

BANDA ACEH – Bencana banjir dan longsor yang melanda Provinsi Aceh telah menimbulkan keprihatinan mendalam di kalangan masyarakat terdampak. Sejumlah warga melaporkan kesulitan yang luar biasa akibat lambatnya pasokan bantuan, menipisnya persediaan makanan dan air minum, serta terputusnya akses komunikasi dan listrik di berbagai wilayah. Situasi ini semakin diperparah dengan kerusakan infrastruktur yang signifikan.

Kondisi Kritis di Lapangan

Iin Yuningsih, salah seorang warga, menyampaikan keluh kesahnya melalui pesan WhatsApp keluarga mengenai kondisi sepupunya di Bireuen. "Di sini berat sekali, semua akses jalan putus dari Bireuen, Takengon," ujarnya. Ia menambahkan bahwa sepupunya hanya bisa bertahan menggunakan koneksi internet dari kantor bupati setempat, yang juga tidak dapat diakses dalam jangka waktu lama.

Kekhawatiran utama yang diungkapkan adalah ketiadaan pasokan bahan makanan. Pasar-pasar yang masih dapat dijangkau diserbu warga untuk membeli persediaan dalam jumlah besar, terutama telur dan kebutuhan pokok lainnya. Kondisi ini menunjukkan kepanikan dan ketidakpastian pasokan yang dihadapi masyarakat.

Di Bener Meriah, situasi tak kalah pelik. Ismayanti, warga setempat, menggambarkan antrean panjang di stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) maupun Pertashop. Pembatasan pembelian bahan bakar hanya dua liter per keluarga semakin mempersulit mobilitas warga. Selain itu, penarikan uang tunai dari bank juga dibatasi hingga Rp 500 ribu per keluarga, menambah beban finansial di tengah krisis ini. Seperti halnya di Bireuen, listrik dan jaringan internet di Bener Meriah juga padam, memaksa warga untuk mendaki ke dataran tinggi demi mencari sinyal komunikasi.

Sejumlah warga melintasi jembatan alternatif yang menghubungkan Desa Blang Meurandeh dan Desa Blang Puuk Beutong Ateuh Banggalang, Nagan Raya, Aceh, Ahad (30/11/2025). - (ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas)

Upaya Pemerintah Membuka Isolasi

Menanggapi kondisi darurat ini, Pemerintah Aceh bergerak cepat mengerahkan enam unit alat berat ke kawasan Gunung Salak, Aceh Utara. Tujuannya adalah untuk membuka akses isolasi yang terjadi di Kabupaten Bener Meriah akibat banjir dan longsor. Ketua Posko Komando Tanggap Darurat Bencana Hidrometeorologi Aceh, M. Nasir, menyatakan bahwa upaya ini sangat krusial untuk menghubungkan kembali wilayah yang terputus.

"Alhamdulillah Kabupaten Aceh Tengah dengan Bener Meriah telah bisa terhubung dan saat ini kita sedang membuka Aceh Utara dengan Bener Meriah," kata M. Nasir di Banda Aceh, Minggu. Ia menjelaskan bahwa membuka jalur melalui Bireuen diperkirakan memakan waktu lebih lama karena banyaknya titik longsor. Jalur Gunung Salak, setelah dilakukan pendataan, dinilai membutuhkan perbaikan yang lebih sedikit.

Tim dari Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) telah bergerak ke lokasi. "Insya Allah untuk menembus ke Bener Meriah juga akan selesaikan dalam beberapa hari ke depan," imbuh M. Nasir. Pengerahan alat berat milik pemerintah dan pihak ketiga diharapkan dapat mempercepat pemulihan jalur yang tertimbun longsoran dan rusak parah. Pembukaan jalur ini diharapkan dapat memperlancar mobilisasi logistik ke daerah-daerah yang terisolasi.

Pembangunan Jembatan Darurat dan Jalur Logistik

Selain pengerahan alat berat, Pemerintah Aceh melalui Dinas PUPR juga sedang membangun jembatan bailey di kawasan Awe Geutah. Jembatan ini berfungsi untuk menghubungkan kembali Kabupaten Bireuen dengan Aceh Utara yang terputus akibat banjir. "Pembangunan jalur alternatif ini untuk menghubungkan kedua kabupaten yang jembatannya terputus karena banjir," jelas M. Nasir.

Berdasarkan laporan dari Dinas PUPR, jembatan bailey ini ditargetkan selesai dalam empat hari ke depan. Pembangunan ini sangat penting untuk memulihkan konektivitas antarwilayah dan ke kabupaten lain yang terdampak. Jembatan yang putus di Kutablang sebelumnya telah mengakibatkan terputusnya akses darat secara total.

Foto udara permukiman penduduk yang terisolasi akibat banjir di Desa Napai, Woyla Barat, Aceh Barat, Aceh, Jumat (28/11/2025). - (ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas)

Untuk mengatasi kendala distribusi logistik, bantuan saat ini disalurkan melalui laut, darat, dan udara. Dengan selesainya pembangunan jembatan bailey, diharapkan jalur transportasi darat, termasuk arus barang dan logistik, dapat kembali normal. Pihak TNI Kodam IM juga turut membantu dalam pembangunan jembatan darurat ini. Pemerintah mengharapkan dukungan dari semua pihak agar perbaikan sarana transportasi dapat berjalan maksimal.

Bantuan Logistik Mulai Tiba

Kabar baik datang dengan tibanya kapal Expres Bahari yang membawa bantuan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Pemerintah Aceh di Pelabuhan Krueng Geukueh, Aceh Utara. "Alhamdulillah bantuan yang kita kirim melalui jalur laut ke Aceh Utara yang distribusi lewat darat terputus sudah tiba," kata Juru Bicara Posko Satgas Penanganan Bencana Aceh, Murthalamuddin, Minggu.

Bantuan tanggap darurat ini dikirimkan melalui jalur laut ke kabupaten/kota yang saat ini belum dapat diakses melalui jalur darat. Bantuan tersebut berasal dari BPBA, Dinas Sosial, dan sumbangan dari Presiden Prabowo Subianto.

Sejumlah warga korban banjir berada di dalam tenda pengungsian di Desa Pasi Leuhan, Johan Pahlawan, Aceh Barat, Aceh, Kamis (27/11/2025). - (ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas)

Bantuan logistik untuk wilayah Langsa dan Aceh Timur juga akan segera dikirimkan menggunakan kapal yang sama, bersandar di Kuala Langsa atau Kuala Idi. Upaya penanganan bencana terus dilakukan secara komprehensif, termasuk pendataan kebutuhan masyarakat dan kerusakan infrastruktur.

Korban Meninggal Terus Bertambah

Tragisnya, jumlah korban meninggal akibat banjir dan tanah longsor di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat terus meningkat. Hingga Senin, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan total 442 jiwa meninggal dunia.

  • Sumatera Utara: Mencatat 217 korban meninggal dunia, tersebar di berbagai kabupaten/kota seperti Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, Kota Sibolga, Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan, Pakpak Barat, Kota Padang Sidempuan, Deli Serdang, dan Nias. Sebanyak 209 warga dilaporkan masih hilang.
  • Aceh: Mencatat 96 korban meninggal dunia dan 75 orang hilang. Korban tersebar di 11 kabupaten/kota, termasuk Bener Meriah, Aceh Tengah, Pidie Jaya, Bireuen, Aceh Tenggara, Aceh Utara, Aceh Timur, Lhokseumawe, Gayo Lues, Subulussalam, dan Nagan Raya. Sekitar 62.000 kepala keluarga mengungsi.
  • Sumatera Barat: Mencatat 129 korban meninggal dunia, 118 orang hilang, dan 16 luka-luka. Korban tersebar di Kabupaten Agam, Kota Padang Panjang, Kota Padang, Padang Pariaman, Tanah Datar, Pasaman Barat, Pasaman, Solok, Kota Solok, serta Pesisir Selatan. Total pengungsi mencapai 77.918 jiwa.

Pengungsi korban banjir bandang berada di tenda darurat di Nagari Salareh Aia Timur, Palembayan, Agam, Sumatera Barat, Ahad (30/11/2025). - (ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan)

BNPB menegaskan bahwa seluruh elemen pemerintah daerah, TNI-Polri, Basarnas, kementerian/lembaga, serta relawan terus berupaya keras untuk mempercepat pencarian korban, memastikan pemenuhan kebutuhan dasar, dan membuka akses ke wilayah yang masih terisolasi. Upaya penanganan darurat ini telah memasuki hari ketujuh.

Diberdayakan oleh Blogger.