Halloween party ideas 2015
Tampilkan postingan dengan label seni. Tampilkan semua postingan

Pameran ”Around and About” Ode Observasi Minor

KORAN - PIKIRAN RAKYAT - Melalui pameran bertajuk "Around and About", Aurora Arazzi mempersembahkan sebuah ode ­untuk observasi-observasi minor dan tak ­berbahaya. Pa­meran tunggal yang menampilkan ­belasan karya instalasi seni dan lukisan tersebut hadir di ArtSociates Gallery and Cafe, Jalan Dago Giri, Kabupaten Bandung Barat, 24 Oktober-24 ­November 2025.

Kurator Lisa Mar­kus me­nye­but­kan, dari ko­leksi observasi Aurora dalam pameran ini, serangkaian nuansa yang persisten muncul. Kar­ya instalasi seni dan lukisan disa­jikan dengan cara berbeda oleh Aurora.

Dia mempertimbangkan pengalaman berja­lan kaki, yaitu menemukan, memungut benda atau objek, dan merekam ruang untuk menjadi bahan pertimbang­an eks­­plorasi karyanya. Pe­nya­ji­an karya seni rupa kontemporer  Aurora juga meng­upa­ya­kan kategori peng­alam­an seni.

Pertama, rasa ingin tahu. Bukan terhadap suatu objek atau lokasi tertentu yang me­narik, melainkan untuk me­lepaskan diri dari rutinitas dalam metode menggambar yang biasa, jalur perja­lanan yang paling efektif, de­ngan cara-cara yang telah 'terlalu dikenal'.

"Oleh karena itu, observasi Aurora didorong oleh do­rong­an menuju hal yang tak di­ketahui, yaitu tujuan yang tak diketahui dan titik akhir yang tak diketahui. Hal yang tak diketahui datang sebe­lum penemuan, dan rasa ­ingin tahu datang sebelum berjalan," tutur Lisa.

Kedua, berjalan adalah fa­silitator untuk memurni­kan hal yang diketahui guna mem­beri ruang bagi pemi­kir­­an-pemikiran baru. Pa­par­an adalah penyeimbang yang menjaga berjalan sebagai aktivitas yang adil jika tidak netral.

Dalam berjalannya, kata Lisa, Aurora terpapar stimulus sama seperti stimulus itu baginya. Ia terlindungi dari orang lain dan stimulus, le­wat tikungan jalan, perbedaan ketinggian dan medan, sebagaimana beberapa sti­mulus tersembunyi bagi­nya melalui cara yang sama.

Ketiga, objek. Dalam perjalanannya, Aurora menya­da­ri bagaimana observasi, rasa ingin tahu, dan hasrat cenderung saling memicu dia pasti akan menemukan objek yang menggelitiknya. Bayangkan pikirannya seperti museum dengan komite etik yang solid yang mencoba menentukan kemungkinan aksesi artefak.

Menurut Lisa, objek-objek yang muncul dalam karya­nya adalah objek-objek bebas, liar, dan hilang. Objek-objek yang tidak bebas, atau tidak dapat dikoleksi, ia tiru melalui video, lipatan kertas, lukisan, patung, dan cara-cara lainnya.

Terakhir, simulasi. Keasli­an bukanlah perhatian utama Aurora karena mengha­dirkan susunan material asli bukanlah tujuannya dalam menggabungkan objek-objek itu. Melain­kan, karena ia me­rasa perjalanan observa­sinya hanya dapat ditransfer melalui pengalaman.

"Pameran 'Around and About' memandu pengunjung ke dalam latihan me­ngamati dengan penuh perhatian," kata Lisa.

Ruangan

Aurora mengatakan, peng­alaman yang ingin dibagi ke pengunjung pameran  ada­lah ruangan yang bisa diolah. Ruang galeri unik karena ada lower-gro­und dan upper-ground. Per­bedaan ruang itu jadi peluang.

Pengalaman jalan kaki, memulung pengalaman, dan bentuk dan objek untuk di­konfigurasi menjadi bentuk lain. Berjalan kaki di sini cenderung mengeksplorasi berjalan di ruang pameran.

"Di karya 'Sailing the Duck Weed' misalnya, saya me­ng­a­jak publik merasa­kan kembali pengalaman berja­lan kaki di ruang artistik secara lebih intim, sehing­ga menjadi sebuah aksi performatif dilihat oleh orang lain. Selamat menyemplung di air kertas yang sudah saya saji­kan di galeri," ucap Aurora.

Aurora Arazzi adalah seniman kontemporer Indonesia yang praktiknya mencakup seni pahat, gambar, lukisan, dan instalasi. Dia terobsesi dengan penggunaan benda-benda sehari-hari, eksplorasi material, serta teknik-teknik kertas yang rumit.

Karya seni Aurora bersumber dari pengalaman pribadi dan lingkungan sekitarnya untuk menghadirkan perenungan tentang realitas, ga­gasan, dan bentuk. Dia me­lepaskan diri dari konvensi latar belakang seni cetaknya.***

Tari Topeng Bajra Geni: Suara Pelestarian Lingkungan di Bali

, MANGUPURA -Pentas Kalangan Ayodya, Taman Budaya Provinsi Bali, kembali menjadi saksi keelokan seni tradisional Bali dengan menghadirkan cerita yang penuh makna.

Sanggar Seni Bajra Geni, Banjar Batu, Desa Mengwi, Kecamatan Mengwi, tampil luar biasa dalam acara Rekasadana (Pagelaran) Topeng Bondres yang mereka tampilkan sebagai utusan Kabupaten Badung dalam rangka Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-47, pada hari Rabu tanggal 9 Juli 2025.

Dengan judul "Damar Sasangka", Sanggar Bajra Geni menyajikan pertunjukan yang penuh makna filosofis.

"Kisah Damar Sasangka" menjadi lambang dari seorang pemimpin yang tulus, seperti lampu di tengah kegelapan, ia muncul untuk memberi cahaya, bukan hanya memberikan alasan, tetapi berbicara tentang kebenaran.

Tokoh utama dalam pertunjukan ini adalah Ida Cokorda Nyoman Mayun, Raja Kawya Pura, yang menghadapi tantangan berat ketika Subak Batan Tanjung mengalami kekeringan dan perselisihan di dalamnya.

Alih-alih membuat keputusan dengan tergesa-gesa, raja memutuskan melakukan meditasi di Pucak Pengelengan guna menyelaraskan dirinya dengan kehendak alam semesta.

Setelah menerima wahyu, solusi ditemukan, yaitu sebuah upacara suci yang disebut Aci Tulak Tunggul diadakan di Dam Pura Taman Ayun.

Upacara ini memanfaatkan peralatan keagamaan yang bernama pekelem ulam suci serta diiringi oleh Baris Keraras, tradisi yang hingga saat ini masih terus dipertahankan dalam piodalan di Pura Taman Ayun.

Cerita ini tidak hanya menggambarkan kepemimpinan spiritual yang penuh tanggung jawab, tetapi juga menyampaikan pentingnya menjaga lingkungan, khususnya air sebagai sumber kehidupan dan penghidupan pertanian.

Di era modern, pesan ini sangat penting, yaitu para pemimpin perlu mampu menjaga keseimbangan antara manusia dan alam, antara dunia besar dan dunia kecil.

Sebelum memasuki inti cerita, pertunjukan dimulai dengan tabuh pembuka dan tiga tampilan Topeng khas, yaitu Topeng Keras, Topeng Tua, dan Topeng Bondres Monyer Manis.

Ketiganya memperlihatkan perjalanan kepribadian Bali, terutama dari kekuatan dan kebijaksanaan hingga kelucuan dan kritik sosial.

Anak Agung Bagus Sudarma sebagai pembina tari menjelaskan bahwa pertunjukan ini diambil dari Babad Mengwi, khususnya cerita mengenai Aci Tulak Tunggul.

"Ini merupakan bagian dari upaya menjaga pertanian serta kesejahteraan masyarakat Subak Batan Tanjung. Cerita ini menunjukkan betapa pentingnya air, bendungan, dan keseimbangan dalam kehidupan," katanya.

Ia menuturkan, persiapan pertunjukan telah dilakukan sejak Maret 2025, dengan melibatkan sekitar 50 seniman tari dan pemain alat musik.

"Hari ini merupakan puncak dari ekspresi dan kreativitas kami. Terima kasih kepada Pemerintah Provinsi Bali yang konsisten menyelenggarakan PKB sebagai wadah pelestarian budaya," katanya dengan rasa syukur.

Di sisi lain, pembina tabuh, I Wayan Griya, menyampaikan apresiasi terhadap dukungan yang diberikan Kabupaten Badung dalam melestarikan seni tradisional.

"Ini merupakan pertama kalinya kami diberi kepercayaan sebagai utusan Badung untuk mempersembahkan Topeng kreatif di PKB. Terima kasih kepada pemerintah dan para pemain muda yang telah menunjukkan komitmen luar biasa," katanya.

Ia menekankan peran pentingnya tempat seni sebagai alternatif aktivitas positif bagi kalangan pemuda.

"Melalui seni, para pemuda memperoleh pelajaran penting dalam kehidupan serta terhindar dari kegiatan yang tidak baik. Itu adalah tujuan utama kami," tegasnya.

Selanjutnya, Wayan Griya menyampaikan bahwa perkembangan seni di Badung kini semakin menarik.

"Dari desa hingga kecamatan dan kabupaten, pembinaan dilakukan secara terencana. Hal ini menunjukkan adanya keterlibatan yang kuat antara para seniman dan pemerintah," ujarnya.

Pertunjukan Topeng Bondres “Damar Sasangka” bukan sekadar tampilan visual yang menarik, tetapi juga menyajikan wawasan mendalam mengenai makna kepemimpinan yang bertanggung jawab, spiritual, dan berakar pada bumi.

Penonton tidak hanya dihibur dengan tawa atau keindahan tarian dan alunan gamelan, tetapi juga diajak untuk merenung mengenai air yang memberi kehidupan, petani yang berjuang, serta pemimpin yang memilih jalan sendirian demi menemukan cahaya harapan.

Dengan tampilan yang indah dan cerita yang menggambarkan akar budaya Bali, Sanggar Seni Bajra Geni mampu menyampaikan pesan bahwa seni merupakan tempat pembelajaran, refleksi, serta pelestarian warisan yang tak pernah pudar. (Gus)

Kumpulan Artikel Badung

Diberdayakan oleh Blogger.