Halloween party ideas 2015
Tampilkan postingan dengan label pendidikan. Tampilkan semua postingan


Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia (FPIPS UPI) menggelar kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) bertajuk “POLARIS (Political Awareness and Literacy) Berbasis Teknologi sebagai Wujud Bela Negara bagi Pemuda di Kabupaten Subang”, pada Minggu (24/8/2025) di Aula SMP Negeri 1 Subang.
Acara yang dimulai sejak pukul 08.00 WIB ini diikuti puluhan pemuda Subang dengan antusias. Program POLARIS menghadirkan edukasi mengenai literasi politik, pemanfaatan teknologi dalam memahami dinamika politik, hingga pentingnya peran generasi muda dalam menjaga semangat bela negara.

Tim pelaksana PkM FPIPS UPI, Mursyid Setiawan, menjelaskan tujuan kegiatan ini adalah menumbuhkan kesadaran politik sejak dini.

“Pemuda hari ini adalah pemimpin masa depan. Dengan literasi politik yang kuat, mereka bisa menjadi agen perubahan yang positif, kritis, dan bertanggung jawab dalam kehidupan demokrasi,” ujarnya.

Materi dari Narasumber
Tiga narasumber hadir memberikan materi utama.

1. Prof. Dr. Cecep Darmawan S.H., SIP., SAP., S.Pd., M.Si., MH., CPM yang menyampaikan topik Pendidikan Politik dan Demokrasi bagi Generasi Muda. Ia menegaskan bahwa demokrasi tidak hanya tentang pemilu, tetapi juga tentang kesadaran berpartisipasi dalam kehidupan berbangsa.

“Generasi muda harus mengerti nilai demokrasi, bukan hanya sekadar memilih, tetapi juga mengawal kebijakan publik. Pendidikan politik sangat penting agar pemuda mampu menilai mana kebijakan yang berpihak pada rakyat dan mana yang tidak,” jelasnya.

2. Dr. Leni Anggraeni, M.Pd membawakan materi tentang Literasi dan Kesadaran Politik Generasi Muda di Era Digital. Ia menekankan bagaimana era digital membuka akses luas, namun juga berpotensi menjerumuskan jika tidak dibarengi literasi yang baik.

“Pemuda sekarang sangat dekat dengan internet, namun masih banyak yang terjebak berita hoaks. Kesadaran politik di era digital berarti mampu mengkritisi informasi, memverifikasi kebenaran, serta memanfaatkan teknologi untuk partisipasi politik yang sehat,” paparnya.

3. Oke Rosgana, S.Sn memberikan materi seputar literasi digital dengan pendekatan yang lebih praktis. Ia mengajak pemuda untuk menggunakan internet sebagai sarana belajar, menyalurkan hobi, hingga berkompetisi di kancah internasional.

“Internet jangan hanya dipakai untuk hiburan. Dengan literasi digital yang tepat, pemuda bisa membangun personal branding, mengembangkan karya, dan bahkan menjadikan hobi sebagai peluang global,” ungkapnya.
Diskusi dan Apresiasi
Selain penyampaian materi, acara juga menghadirkan sesi diskusi interaktif serta praktik pemanfaatan teknologi digital untuk mengakses informasi politik yang valid. Peserta diajak memahami cara membedakan berita palsu (hoaks) yang marak beredar di media sosial.

Turut memberikan sambutan Leni Lesnawati M.Pd sebagai Kabid SMP yang memberikan sambutan pada acaar tersebu. Kegiatan ini turut diapresiasi oleh Dr. H. Aep Saepudin, M.Pd, Staff Ahli Bupati Subang. Ia menilai POLARIS sangat relevan dengan kondisi sosial-politik saat ini.

“Program ini tepat sasaran karena generasi muda harus dibekali literasi politik sekaligus kecakapan digital. Harapannya kegiatan semacam ini dapat berkelanjutan dan menjangkau lebih banyak daerah,” katanya.

Komitmen UPI

Melalui POLARIS, FPIPS UPI menegaskan komitmennya dalam menjalankan tridarma perguruan tinggi, khususnya pengabdian kepada masyarakat. Program ini diharapkan mampu melahirkan generasi muda yang melek politik, cerdas digital, serta berintegritas tinggi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

.CO.ID, DEPOK – SMAN 1 Depok berupaya menjalankan kebijakan sesuai arahan yang ditetapkan oleh Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi. Setelah melalui analisis, SMAN 1 Depok menerapkan kuota 48 siswa per kelas, dari ketentuan maksimal 50 siswa per kelas.

Pada hari Selasa, 22 Juli 2025, dilaporkan situasi terkini di lokasi dan dilakukan wawancara dengan 6 siswa kelas X. Kebijakan yang baru berjalan dua hari sejak dimulainya kegiatan belajar mengajar (KBM) ini dianggap kurang efektif untuk implementasi di masa mendatang.

Akibat kebijakan ini, siswa kelas X sekarang menempati ruang kelas yang dulunya dipakai oleh kelas XII. Pihak sekolah harus merelokasi seluruh siswa kelas XII ke ruangan yang lebih sempit karena kelas X membutuhkan ruangan yang lebih besar untuk menampung 48 siswa.

Azzahwa Fitri Harrara, seorang siswi kelas X berusia 15 tahun, menyatakan penolakannya terhadap kebijakan tersebut. "Pendapat saya, kebijakan ini kurang sesuai karena saya merasa ruangan yang tidak terlalu luas diisi oleh terlalu banyak orang," ungkapnya ketika diwawancarai., Selasa (22/07/25).

Azzahwa juga mengatakan bahwa kelas menjadi sangat gaduh saat jam istirahat karena dipenuhi hampir 50 orang. "Akibatnya, saya sulit fokus saat berbicara dengan teman karena yang lain jadi berbicara dengan nada yang lebih tinggi," ujarnya.

Azzahwa Fitri Harrara, seorang siswi yang bersekolah di SMAN 1 Depok, Jawa Barat. - (/mg160)

Ratifa Bella, seorang siswi kelas X berusia 15 tahun, berpendapat bahwa fasilitas yang tersedia di sekolah-sekolah di Jawa Barat tidak semuanya sebaik di sekolahnya. Lebih lanjut, ia menambahkan bahwa ketersediaan fasilitas yang memadai pun belum tentu menjamin kelancaran implementasi kebijakan ini di masa mendatang.

Dia juga menekankan mengenai pernyataan Dedi Mulyadi tentang 'penambahan AC', yang menurutnya bukanlah inti permasalahan. Walaupun merasa kelasnya masih nyaman, ia tetap menolak kebijakan tersebut.

"Meskipun saya merasa hal ini memberikan kenyamanan, saya cenderung untuk tidak menyetujuinya. Keadaan ini juga cukup memberatkan guru karena mereka harus menilai dan memberikan perhatian kepada jumlah siswa yang lebih banyak. Bahkan dengan 36 siswa saja belum tentu efektif, apalagi jika jumlahnya mencapai 48," ujarnya dengan nada menekankan.

Ratifa Bella, seorang siswi yang bersekolah di SMAN 1 Depok, Jawa Barat. - (/mg160)

Stanislaus Marvel (15) mengisahkan pengalaman perdananya saat memasuki ruang kelas. "Saat pertama kali melihat kelas, saya sampai kesulitan masuk dan duduk karena bagian depannya sangat penuh. Kami harus mengeluarkan satu kursi terlebih dahulu agar bisa masuk," tuturnya dengan nada sedih.

Gendis Chandani (15) melanjutkan, "Sehari sebelumnya, ada 50 set meja kursi, tetapi dua di antaranya tidak dapat digunakan karena ruangannya terlalu sempit."space di antara kelas tersebut."

Suhu udara yang tinggi menjadi salah satu masalah yang paling banyak dikeluhkan. Khaira Putri (15) mengungkapkan, "Yang paling dikeluhkan mungkin karena terlalu gerah, apalagi saat jam istirahat ketika semua orang beraktivitas, udaranya jadi pengap."banget," kata Khaira.

Abid Ghassan (15) mengungkapkan kekhawatirannya mengenai pengaruh kebijakan tersebut pada mutu proses belajar mengajar. "Menurut pandangan saya, dampak negatif yang mungkin timbul di masa depan adalah penurunan kinerja mengajar guru. Guru harus membagi perhatian kepada sekitar 50 siswa, sehingga mungkin ada ketidakmerataan pemahaman atau siswa yang tidak mengerti karena guru kesulitan mengawasi setiap individu," terangnya.

Ratna Ristianti (48), seorang guru biologi di SMAN 1 Depok, menyatakan bahwa ada sejumlah kendala dalam pekerjaannya. Ia mengungkapkan bahwa tantangan terberat yang dihadapi adalah ketika sesi praktikum.

"Ketika di lab, anak-anak akan menjumpai cukup banyak alat yang menarik perhatian. Kesulitannya adalah kita perlu ekstra dalam mengawasi mereka karena tidak sembarang alat bisa dipegang begitu saja. Dengan jumlah 48-50 orang, itu tidak mudah untuk mengawasi," jelasnya.

Guru Biologi SMAN 1 Depok, Jawa Barat, Ratna Ristianti. - (/mg160)

Para siswa berharap kebijakan ini dapat dikaji ulang. Azzahwa menyarankan,

"Harapan saya untuk ke depannya mungkin kepada pemerintah Provinsi Jawa Barat agar bisa lebih mengkaji ulang tentang kebijakan ini agar siswa-siswi dapat belajar dengan baik dan nyaman," katanya.

Ratifa menambahkan bahwa solusinya bukan hanya penambahan AC. "Menurut saya ini harus dikaji ulang, mulai dari penambahan kelas, bukan hanya penambahan AC. Karena Pak Dedi Mulyadi sering kali hanya menyebut penambahan AC, padahal itu bukan masalah utamanya," tutupnya.

Sebelumnya, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menegaskan siap dihujat, dikritik, dan digugat bahkan menderita demi masa depan pendidikan anak bangsa Jawa Barat ke depan. Ia menyebut memimpin bukan jalan yang mudah dan pasti menderita.

"Seorang pemimpin mesti bersiap menghadapi cemoohan, kritik, desakan, hingga tuntutan hukum. Saya belajar dari para founding fathers yang menekankan bahwa menjadi pemimpin itu penuh dengan pengorbanan," ujarnya pada hari Sabtu (12/7/2025).

Dedi menyatakan komitmennya untuk melindungi pendidikan anak-anak di Jawa Barat dan wilayah lainnya. Dedi Mulyadi mengaku bersedia menerima kritik tajam dari masyarakat maupun warganet.

Ia menyebut hujatan dan kritikan tersebut muncul saat dirinya mengambil kebijakan menambah murid dalam satu kelas menjadi 50 orang untuk mengurangi angka putus sekolah. Dedi menyebut kebijakan tersebut bersifat tentatif dan apabila di wilayah tertentu khususnya terpencil kekurangan sekolah.

Dengan demikian, ia menjelaskan bahwa anak-anak yang tinggal cukup jauh dari sekolah masih berkesempatan untuk mendaftar. Sementara itu, daerah yang sudah memiliki banyak sekolah tidak perlu lagi menambah jumlah siswanya.

Dedi memberikan ilustrasi, misalnya sebuah SMA negeri memiliki daya tampung 480 siswa. Jika pendaftar mencapai 500 orang, maka 20 siswa tambahan tersebut bisa diterima di sekolah itu.

Menurutnya, banyak pihak yang membesar-besarkan isu peningkatan jumlah siswa, sehingga menimbulkan kesalahpahaman.

Ia berjanji bahwa dalam tiga tahun mendatang, Jawa Barat akan mencapai angka nol persen untuk kasus anak putus sekolah. Mengenai sekolah swasta yang terkena imbas dari kebijakan ini, Dedi menyatakan akan mengadakan pertemuan dengan pihak sekolah swasta untuk membahas masalah kekurangan siswa.

Semangat Baru Tanpa Keluh Kesah

Oleh: Mukhlis Mustofa

Pengajar di Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Slamet Riyadi (UNISRI) Surakarta.

TANPAMomen dimulainya tahun ajaran baru ini diwarnai dengan berbagai macam tanggapan.

Dimulainya tahun ajaran baru di Indonesia disambut dengan berbagai harapan dan antusiasme yang tinggi, baik oleh siswa maupun orang tua.

Kekacauan yang terjadi selama proses PPDB, pemilihan seragam, dan berbagai tuntutan pembelajaran kini mereda seiring dimulainya tahun ajaran baru.

Awal tahun ajaran baru seharusnya menjadi fondasi penting untuk pembelajaran selama setahun ke depan.

Meningkatkan kualitas pembelajaran agar lebih relevan dan berarti seharusnya menjadi fokus utama bagi semua pihak yang terlibat.

Kebetulan, permulaan tahun ajaran baru bertepatan dengan periode awal tahun Hijriah.

Integritas moral dalam pendidikan perlu dihargai, baik oleh penyelenggara maupun peserta didik, demi menciptakan pembelajaran yang efektif.

Dampak dari kondisi ini patut diperhatikan, terutama karena tahun ajaran baru yang seharusnya menjadi titik awal pembelajaran, kini hanya dianggap sebagai formalitas belaka dalam dunia pendidikan. Padahal, tujuan utama untuk mencerdaskan generasi penerus belum sepenuhnya tercapai.

Seharusnya, permulaan tahun ajaran baru bisa dimanfaatkan sebagai titik awal pembelajaran untuk setahun ke depan.

Kenyataan yang sering ditemui di masyarakat adalah akses pendidikan sangat bergantung pada kemampuan finansial, yang sayangnya seringkali tidak sejalan dengan kualitas pendidikan itu sendiri.

Fenomena pendidikan yang telah diuraikan sebelumnya menimbulkan pertanyaan penting: bagaimana seharusnya tahun ajaran baru ditempatkan dalam upaya memajukan pendidikan secara menyeluruh?

Kerinduan akan pembelajaran langsung di kelas sangat dirasakan oleh semua pihak yang terlibat dalam dunia pendidikan, mulai dari guru, murid, hingga para orang tua.

Gambaran keunggulan pembelajaran tatap muka seakan menunjukkan betapa sekolah telah menyihir segenap elemen publik.

Awal mula pembelajaran menjadi wacana menarik di negeri dalam beragam ranah.

Fenomena ini nampaknya sudah diprediksi dengan karya best seller Roem Topatimasang, "Sekolah Itu Candu" medio 1998.

Buku berisi hakikat peserta didik terbius dengan sekolah sehingga tidak jarang melupakan fenomena sosial di sekelilingnya perlahan-lahan mulai menuai hasilnya.

Khalayak negeri ini nampaknya sedemikian akut sudah terjangkiti candu sekolah ini sehingga seluruh hakikat kualitas pendidikan berpusat pada sekolah.

Merujuk definisi sekolah dalam pembukaan buku tersebut, dinyatakan sekolah berasal dari etimologis Yunani Skhole, Scola, Scolae, atau Schola yang secara harfiah berarti waktu luang atau waktu senggang—terjemah: waktu senggang untuk belajar.

Dalam situasi pascapandemi ini, sekolah seharusnya tidak hanya hadir sebagai institusi formal, tetapi juga tercermin dalam setiap aktivitas sehari-hari.

Masyarakat masih dibuat tercengang oleh penyelenggaraan sekolah selama ini yang penuh dengan formalitas dan menghambat kebebasan belajar. Akibatnya, saat pandemi datang, masalah formalitas sekolah lebih menonjol dibandingkan substansinya.

Pendidikan yang paling mendasar dan esensial seharusnya menjadi tanggung jawab penuh orang tua, yang dengan tulus memberikan pengajaran dan menanamkan ilmu pengetahuan kepada anak-anak mereka.

Akan tetapi, esensi luhur tersebut gugur akibat sistem penyerahan total, yang membuat orang tua merasa "terkurung" oleh cara pandang kebijakan pendidikan selama ini, seperti yang sempat terjadi di masa pandemi.

Daya tarik sekolah yang memukau ini mengarahkan pengelolaan pendidikan untuk memaksimalkan waktu siswa dalam kegiatan belajar formal.

Konteks sosiologis yang perlu dibangun sangatlah gamblang: sekolah, sebagai bagian dari budaya masyarakat, idealnya memicu perkembangan budaya saat ini, bukan mengarahkan opini pada kebenaran mutlak.

Menurut pandangannya yang tajam, sekolah bukanlah satu-satunya faktor penentu dalam pembentukan karakter suatu bangsa.

Sudut pandang seperti inilah yang perlu diluruskan oleh semua pihak agar kesetaraan peran menjadi fokus utama, bukan memperpanjang perdebatan tentang pendidikan tanpa akhir.

Proporsionalitas Pendidikan

Pandangan ini semakin menguat, terutama karena pendidikan di Indonesia lebih fokus pada kemeriahan acara daripada substansi yang sebenarnya, sehingga hasilnya jauh dari yang diharapkan.

Masalah ini sebaiknya diatasi dengan bijak, tanpa hanya memaksakan satu model pendidikan tertentu.

Penting untuk mengimplementasikan pembelajaran yang relevan dengan konteks lokal sebagai bagian dari pembentukan budaya baru, agar sekolah tidak menjadi satu-satunya fokus pendidikan di seluruh Indonesia.

Keterlibatan aktif dari semua pihak yang mendukung pendidikan adalah tugas yang harus dilakukan secara bersamaan oleh semua orang.

Memaksakan satu elemen dalam metode pembelajaran justru dapat menghambat kemampuan berpikir sosial dari mereka yang belajar.

Keseimbangan peran antara kedua pihak penting untuk membangun hubungan yang kondusif, sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna.

Pola pikir ini membuat praktik 'pasrah bongkokan' di institusi pendidikan sangat mungkin untuk terus diterapkan.

Relasi orang tua dengan sekolah sebagai salah satu lembaga pembentuk karakter selayaknya diberlakukan dengan kesamaan peran pengembangan.

Keterlibatan orang tua dapat diwujudkan melalui peran aktif mereka dalam memberikan dukungan yang cukup sebagai bagian dari implementasi pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif.

Langkah konkret ini secara tidak langsung akan membelajarkan orang tua siswa pada penekanan hakikat pembelajaran sebagai proses sinergis berkelanjutan demi kebermaknaan peran.

Pendidikan sebagai usaha sadar manusia untuk kebermaknaan hidup haruslah memperhatikan bagaimanakah manusia yang akan melaksanakannya.

Mainstream Pendidikan

Ketergantungan pada sistem pendidikan dimulai dari cara pandang kita terhadap layanan pendidikan selama ini.

Mainstream pendidikan hingga saat ini masih simpang siur dan pola yang berlaku bersifat sedemikian bias.

Parahnya, konstruksi publik selama ini berada di zona nyaman manakala menyikapi pendidikan, terutama penyelenggaraan sekolah.

Idiom yang muncul: jika anak berhasil dalam pendidikan, “siap dulu dong orang tuanya.” Namun manakala sang anak bermasalah dalam pendidikan, “siapa sih gurunya?”, “bersekolah di mana sang anak?”

Kontrol sosial pada sekolah pun lebih pada mekanisme balas dendam penyelenggaraan.

Neil Postman dalam The End of Education menyoroti sekolah sedemikian jumud pada perkembangan sehingga kebaruan dan pencerahan tidak kunjung tiba.

Hal inilah yang terkadang dilupakan pihak terkait. Orang tua menganggap sekolah sebagai bengkel, publik sangat berharap sekolah indah, namun laku edukatif tidak diupayakan.

Publik lebih rewel pada permasalahan bangunan sekolah yang mengganggu tampilan kenyamanan kampung, sementara orang tua sangat nyinyir pada pembiayaan yang membumbung.

Pertemuan orang tua di sekolah sendiri diemohi karena dipersepsikan sekadar penarikan dana kegiatan.

Pada akhirnya, setiap kejadian langsung mereka sebarkan secara luas di internet. Penegasan arus utama ini sangat penting karena kebijakan pendidikan apa pun yang diambil akan menjadi sangat tidak jelas jika pandangan umum belum ditegaskan.

Pendidikan yang relevan dengan realitas sosial menjadi kebutuhan mendesak di tengah kompleksitas masalah yang dihadapi masyarakat saat ini.

Sekolah, sebagai sebuah metode pembelajaran, tidak otomatis membereskan permasalahan pendidikan di Indonesia jika tidak ada kesadaran kolektif untuk mengelola pendidikan secara membangun.

Keseimbangan relasi antara kedua pihak merupakan suatu keharusan tak terhindarkan dalam tata kelola institusi pendidikan yang modern.(*)

Subang, 14 Juli 2025 — Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) di SMK Pasundan Subang tahun pelajaran 2025/2026 resmi dimulai pada Senin, 14 Juli 2025. Kegiatan ini dibuka secara langsung oleh Kepala Sekolah, Bapak Nano Supriatna, M.Kom, dan diikuti antusias oleh seluruh peserta didik baru.

Dengan mengusung tema “MPLS Ramah: Membangun Karakter, Cerdas Digital, dan Bebas Narkoba”, kegiatan ini bukan hanya berfokus pada pengenalan lingkungan sekolah, namun juga diisi dengan berbagai materi strategis dan edukatif.

Salah satu pemateri utama adalah Saudara Wijaya Kusuma, S.AN, Ketua Relawan TIK Kabupaten Subang sekaligus Ketua GARGA (Gerakan Anti Narkoba) Subang. Dalam kesehariannya, beliau juga bertugas sebagai Penyuluh KB di BKKBN Kabupaten Subang. Materi yang disampaikan meliputi:

🔹 Literasi Digital dan Etika Bermedia Sosial
🔹 Bahaya dan Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba
🔹 Peran Remaja dalam Mewujudkan Generasi Emas 2045

Dalam paparannya, Wijaya menekankan pentingnya bijak dalam menggunakan teknologi digital serta meningkatkan kesadaran siswa terhadap ancaman narkoba yang kian mengintai generasi muda. “Remaja hari ini harus cakap digital dan berani menolak narkoba. Karena masa depan bangsa ada di pundak kalian,” tegasnya.

Suasana acara berlangsung interaktif. Para siswa tampak serius menyimak materi dan aktif mengajukan pertanyaan.

Wijaya Kusuma saat menyampaikan materi tentang literasi digital dan bahaya narkoba di hadapan siswa baru SMK Pasundan Subang.

MPLS ini dijadwalkan berlangsung selama sepekan, mulai 14 hingga 20 Juli 2025. Selain materi dari narasumber, kegiatan juga mencakup pengenalan program keahlian, pelatihan kedisiplinan, dan kegiatan kreatif siswa.

Dengan bekal materi yang disiapkan secara matang dan narasumber yang kompeten, MPLS 2025 diharapkan mampu menciptakan siswa yang tangguh, disiplin, serta siap menghadapi tantangan dunia industri dan teknologi.



30 Kata-kata Ucapan Selamat Mengikuti MPLS 2025 untuk Siswa Baru,Cocok Jadi Status untuk Ortu Murid

Hari ini, Senin (14/7/2025), memasuki tahun ajaran baru sekaligus pelaksanaan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS).

MPLS diselenggarakan di seluruh jenjang satuan pendidikan, mulai dari PAUD/TK, SD, SMP, hingga SMA/SMK.

Tujuan dari MPLS yakni memperkenalkan siswa baru dengan lingkungan yang akan menjadi tempatnya menimba ilmu.

Bagi siswa, naik jenjang pendidikan menjadi salah satu milestone atau pencapaian baru dalam kehidupannya.

Anda juga dapat menyampaikan ucapan selamat datang kepada siswa baru yang mengikuti MPLS 2025.

Berikut contoh kata-kata ucapan selamat mengikuti MPLS 2025:

Ucapan dari Sekolah

1. Selamat datang, siswa baru! Semoga MPLS ini jadi awal yang menyenangkan untuk petualanganmu di sekolah ini.

2. Selamat bergabung di keluarga besar kami! Nikmati setiap momen MPLS 2025 dan jadikan pengalaman berharga.

3. Selamat datang di rumah barumu! Ikuti MPLS dengan semangat dan siapkan dirimu untuk meraih banyak prestasi.

4. Hai para siswa baru! Semoga Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) tahun 2025 ini bisa memfasilitasi adaptasi kalian dan memberikan kesempatan untuk menjalin pertemanan yang luas.

5. Halo para calon pemimpin bangsa! Mari manfaatkan MPLS ini sebagai pijakan awal yang positif dengan menggali ilmu sebanyak mungkin.

6. Selamat datang di dunia pengetahuan! Semoga Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah ini memberikanmu persiapan yang memadai untuk belajar di tempat ini.

7. Selamat datang, generasi penerus bangsa! Manfaatkan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah ini sebagai kesempatan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru.

8. Selamat datang di sekolah yang kamu idam-idamkan! Manfaatkan setiap aktivitas Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) dan ciptakan momen tak terlupakan dengan sahabat-sahabat baru.

9. Selamat memasuki fase baru dalam dunia pendidikanmu! Semoga Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) tahun 2025 ini dapat memberikan inspirasi.

10. Selamat datang! Ayo kita wujudkan suasana belajar yang menggembirakan dan suportif selama Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah ini.

11. Selamat datang di sekolah ini, tempat kisah-kisah indahmu akan terukir. Manfaatkan setiap momen selama MPLS!

12. Ayo bersemangat dalam MPLS! Ini bukan sekadar soal tata tertib, melainkan tentang menjalin relasi dan mendapatkan hal-hal baru.

13. Sambutan hangat untuk kalian! Ayo kita bangun suasana MPLS yang bersahabat dan akrab bersama.

14. Selamat berpartisipasi dalam MPLS 2025! Manfaatkan waktu ini sebaik mungkin untuk beradaptasi dengan cara yang menggembirakan.

15. Selamat datang siswa baru, nikmati masa MPLS 2025! Semoga kegiatan ini menjadi pembuka untuk pertemanan dan pengalaman menarik di sekolah.

Pesan dari Wali Murid

1. Semoga sukses dalam MPLS-nya ya, Nak! Ini adalah peluang berharga untuk mengenali lingkungan yang baru, serta menggali...passion, serta merencanakan hari esok yang cemerlang.

2. Selamat datang di sekolah yang baru ini, Nak. Kami harap kamu bersemangat dalam belajar, jangan ragu untuk bertanya, dan berkembang menjadi individu yang luar biasa.

3. Semangat menjalani MPLS ya, sayang! Papa/Mama yakin kamu akan sukses, menunjukkan kemampuan terbaikmu, dan membanggakan kami.

4. Selamat datang di gerbang ilmu, Nak! Semoga MPLS ini memberimu bekal yang cukup untuk menempuh pendidikan dengan lancar dan penuh kesenangan.

5. Selamat datang di sekolah impianmu, Sayang! Nikmati setiap kegiatan MPLS, buat kenangan tak terlupakan, dan persiapkan dirimu untuk masa depan cerah.

6. Hai anakku yang hebat! Selamat MPLS, semoga kamu selalu semangat, menemukan hal-hal yang kamu suka, dan meraih prestasi di setiap langkah.

7. Semoga MPLS 2025 ini membantumu beradaptasi dengan baik, menemukan kebahagiaan, dan belajar banyak hal baru. Selamat datang di dunia baru!

8. Anakku, selamat datang di sekolah barumu! Kami berharap kamu bisa tumbuh dan berkembang maksimal di lingkungan yang positif ini.

9. Selamat datang di sekolah yang akan jadi rumah keduamu, Nak. Kami berharap kamu menikmati setiap proses adaptasinya dan menjadi anak yang sukses.

10. Selamat mengikuti MPLS 2025! Semoga ini jadi awal yang penuh berkah untuk perjalanan pendidikanmu yang panjang.

11. Selamat datang di petualangan barumu! Kami berharap MPLS ini membantumu menemukan jati diri dan membuka jalan menuju impianmu.

12. Semangat MPLS, Nak! Papa/Mama selalu mendoakanmu. Kami berharap kamu bisa bersosialisasi dengan baik dan menemukan kebahagiaan di sekolah barumu ini.

13. Selamat bergabung dengan semangat baru! Semoga MPLS ini menjadi awal yang cerah untuk perjalanan pendidikan yang penuh makna dan keberhasilan.

14.Anakku, bersiaplah untuk banyak pengalaman seru! Selamat mengikuti MPLS 2025 dan raihlah setiap kesempatan untuk belajar dan berkembang.

15. Selamat menikmati MPLS 2025! Semoga ini jadi awal dari perjalanan pendidikan yang luar biasa, penuh inspirasi, dan membawa kesuksesan besar bagi masa depanmu.

Baca artikel menarik lainnya diGoogle News.

Ade Risma, Pendidik Berjiwa Mengajar Membangun Bimbel Ocean Education Center

, MEDAN -Dengan menghadapi keterbatasan dana, semangat mengajar yang telah tumbuh sejak masa SMA menjadi bekal utama Ade Risma dalam mendirikan pusat bimbingan belajar Ocean Education Center, yang kini tidak hanya membimbing puluhan siswa, tetapi juga memberdayakan sembilan mahasiswa sebagai pengajar.

Keinginan Ade Risma untuk masuk ke dunia pendidikan telah tumbuh sejak ia masih kecil. Baginya, menjadi seorang guru bukanlah pilihan terakhir, tetapi merupakan panggilan dari hati.

"Sejak kecil, bila ditanya tentang cita-citanya, jawaban saya selalu ingin menjadi guru," kenang Risma sambil tersenyum.

Ambisi terus berkembang, didorong oleh harapan orang tua yang semakin kuat saat ia mulai mempelajari Bahasa Inggris di bangku SMP. Namun, sebagai anak dari keluarga biasa, Risma sempat ragu untuk memiliki ekspektasi terlalu tinggi. Ia memahami bahwa biaya untuk melanjutkan pendidikan tinggi dan menjadi seorang guru tidaklah sedikit.

Namun, semangatnya tetap tak pernah padam. Dengan ilmu yang dimilikinya, Risma mulai membangun jalannya sendiri. Sejak duduk di bangku SMA, ia telah memulai mewujudkan impiannya dengan membuka les kecil di rumahnya dan tekun mengajar dari rumah ke rumah.

"Sejak SMA, saya sudah membuka les kecil-kecilan dan mengajar dari rumah ke rumah. Penghasilannya tidak terlalu besar, karena saya memang menyukai dunia mengajar," katanya.

Untuk Risma, mengajar bukan lagi sekadar impian, tetapi telah menjadi kegemaran dan minat yang mendalam.

"Terasa seperti kebiasaan. Saat merasa bosan, mengajar justru membuat saya kembali bahagia. Segala kelelahan hilang," katanya.

Kegiatan ini yang membuatnya semakin mencintai dunia pendidikan.

Berkat usaha dan ketekunannya, ia berhak mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan studi tinggi di Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, Universitas Islam Negeri Sumatra Utara (UINSU).

Perjuangan di bangku kuliah tentu tidak mudah. Masalah keuangan masih sering menghantui. Namun, berkat pengalamannya dalam mengajar, Risma semakin semangat. Ia membuka les privat sendiri, mencari siswa dengan datang langsung ke rumah-rumah untuk menawarkan bimbingan belajar.

Ketekunan dalam mendidik tidak memperhatikan usia. Risma pernah mengajar siswa dari jenjang pra sekolah (PAUD) hingga SMA. Menurutnya, setiap tingkat pendidikan memiliki tantangan masing-masing.

"Mengajar anak usia dini memiliki tantangan yang berat, karena banyak orang tua mengharapkan anaknya sudah mampu menguasai berbagai hal. Padahal, pada usia tersebut mereka sedang dalam masa paling aktif bermain dan mengeksplorasi," katanya.

"Anak akan berkembang sesuai dengan usianya. Itu sebabnya pemerintah menetapkan aturan usia masuk Sekolah Dasar pada usia 7 tahun, agar anak telah siap secara alami," tegasnya.

Tantangan Mengajar di Daerah 

Risma, yang spesialisasinya dalam Bahasa Inggris, ditugaskan untuk mengajar di sebuah sekolah menengah atas di daerah Tapanuli Tengah. Ia menghadapi lingkungan budaya yang berbeda, di mana siswa lebih akrab menggunakan bahasa daerah dan kurang termotivasi untuk belajar bahasa asing.

Ini adalah tantangan yang baru. Ketika mengajar di kota, anak-anak sudah memiliki keinginan sendiri untuk belajar Bahasa Inggris. Di daerah, budayanya berbeda," katanya.

Menurutnya, keadaan ini berbeda dengan di Medan, di mana orang tua lebih cenderung memiliki pikiran yang terbuka dan mendukung anak-anak mereka.

Keyakinan dan pengalaman tersebut akhirnya membawa Risma pada pencapaian terbesarnya saat ini, yaitu mendirikan pusat bimbingan belajar sendiri, Ocean Education Center. Saat ini, jumlah muridnya telah mencapai 75 orang dengan sistem pembelajaran online maupun offline.

Kemampuannya yang luar biasa, ia mampu menciptakan kesempatan kerja bagi mahasiswa dengan mengangkat sembilan orang sebagai guru.

"Awalnya saya ragu mengikuti kelas online, khawatir anak-anak akan merasa bosan. Namun setelah kami memulai dengan inovasi metode pembelajaran, ternyata anak-anak betah, bahkan jumlah siswa kami terus meningkat," katanya.

Lembaga bimbingan belajar Ocean Education Center yang ia buka menyediakan layanan untuk berbagai jenjang pendidikan dengan beragam mata pelajaran, baik umum maupun khusus Bahasa Inggris.

Di akhir diskusi, Risma menyampaikan harapannya terhadap dunia pendidikan di Indonesia. Ia menyarankan agar para orang tua terus mengikuti perubahan jaman dan lebih bersikap terbuka, karena rumah tangga merupakan tempat utama bagi perkembangan seorang anak.

"Biarkan anak-anak berkembang sesuai dengan keahlian dan bidang masing-masing. Ilmu yang ada saat ini sangat luas, mereka tidak perlu menguasai semua bidang," katanya.

Dengan semangat ini, Risma tidak hanya mengwujudkan impiannya sejak kecil, tetapi juga membuka jalan bagi ratusan siswa dan guru muda untuk berkembang bersama.

medkomsubang Tokoh pemimpin yayasan elite Al Kareem Islamic School di kawasan Bekasi, Jawa Barat kini menjadi pertanyaan publik.

Sekolah Islam Yayasan Al Kareem diduga tidak memiliki sertifikat resmi dan dianggap bodong.

Alhamdulillah Islamic School merupakan sekolah swasta dengan basis kurikulum internasional.

Program berbasis kurikulum Cambridge diketahui diadakan oleh sekolah yang mencakup jenjang TK hingga SD.

Namun, basis kurikulum internasional itu ternyata hanya bualan penyelenggara saja lantaran berbeda dengan fakta lapangan.

Ketua Yayasan sebagai Kepala Sekolah dari sekolah swasta elit ini juga diduga menggunakan guru sebagaimana penggunaan asisten rumah tangga (ART).

Sekarang figur ketua yayasan Al Kareem School menjadi perhatian, bahkan banyak yang penasaran dengan dirinya.

Namun hingga kini belum diketahui siapa sosok ketua yayasan tersebut.

Karena ketua yayasan tidak muncul ke publik, hanya pengacara pihak yayasan yang buka suara.

Guru Mengaku Diperlakukan Seperti ART

Seorang guru, Salsabila Syafwani, mengatakan bahwa cara-cara kepala yayasan yang juga kepala sekolah memperlakukan para guru seperti asisten rumah tangga (ART) membuat dirinya bersama rekan-rekan guru lainnya menjadi resah.

"Kami kan dikontrak sebagai staf pendidik, tapi terkadang kami tuh diberikan jobdesk di luar tugas kami sebagai guru, jadi kadang masalahnya di situ aja sih," kata Salsabila saat diwawancara Senin (16/6/2025).

Anisa Dwi Zahra, guru lainnya, menjelaskan, dia bersama guru-guru lainnya diperlakukan mirip pembantu rumah tangga.

"Saya pernah disuruh belanja kebutuhan rumah tangga, nganter jemput anak beliau. Jadi banyak job desk yang tidak sesuai dengan tugas kami, jadi kita tuh disuruh jalani job desk kayak ART-nya mereka," jelas Anisa, Senin (16/6/2025).

Kata Anisa, dia bahkan sempat diminta untuk membelikan ayam goreng untuk anak pemilik yayasan dan lokasinya cukup jauh.

"Saya pernah diminta membelikan ayam goreng jauh-jauh ke Jatiasih, padahal ayam goreng di sekitar sini (Bekasi Utara) juga ada, Saya sudah mengeluh, kenapa beli jauh-jauh, tetapi pihak yayasan tidak tahu alasan saya, akhirnya ya saya jalani saja," katanya.

Meskipun sering diberikan uang tambahan, Anisa tetap keberatan dengan perlakuan kepala yayasan tersebut.

"Dapat uang bensin, tapi keberatan karena jauh sih, jarak dari sini ke tempat ayamnya itu kan lumayan jauh," katanya dengan wajah cemberut.

Tenaga pelajar lainnya, Raihan Tri Wahyudi, menegaskan bahwa setiap hari sebelum bekerja, ia selalu diminta untuk pergi ke rumah pemilik yayasan terlebih dahulu guna mengantar anaknya sekolah.

"Setiap hari sebelum bekerja, harus ke rumah beliau (pemilik yayasan) untuk mengantar anak-anaknya berangkat sekolah," ucapnya.

Raihan mengatakan dirinya berat hati menolak permintaan pemilik yayasan karena menyadari dirinya berstatus karyawan.

"Untuk biaya tambahan saya hanya mendapatkan gaji selama kerja di kantor sebagai staff education tapi saya bekerja kebanyakan di rumah beliau (pemilik yayasan) mengantar anak-anaknya ke sekolah, ke tempat les, dan belanja itu saya," tutur Raihan.

Pengunduran diri massal

Semua guru di sekolah swasta diduga bodong, Jalan Baru Perjuangan RT 04 RW 11 Marga Mulya, Kecamatan Bekasi Utara, Kota Bekasi melakukan resign atau berhenti kerja massal.

Seorang guru, Salsabila Syafwani mengatakan bahwa ternyata pengunduran diri yang dilakukan oleh rekan-rekannya seprofesi sudah berlangsung sejak Jumat (13/6/2025).

"Kami mengajar terakhir itu hari Jumat (13/6/2025) masuk, tapi harusnya di minggu ini, tapi karena ada kejadian tersebut (dugaan sekolah bermasalah) jadinya stop di hari Jumat," kata Salsabila saat diwawancara Senin (16/6/2025).

Salsabila menjelaskan bahwa resign massal yang dilakukan tujuh orang guru itu dibuktikan dengan lembaran kertas yang ditandatangani di atas materai oleh seluruh guru dan kepala yayasan sekaligus diduga menjabat kepala sekolah.

Setelah pengunduran diri massal, pihak guru mengaku sudah tidak berkomunikasi sedikitpun dengan kepala yayasan.

"Sejujurnya dari per Juni itu kami sudah lost contact, tepatnya 13 Juni itu lost contact dalam artinya memang tidak mau komunikasi saja," jelasnya.

Salsabila mengatakan bahwa informasi tentang pengunduran diri massal ternyata tidak disampaikan oleh kepala yayasan kepada semua orangtua murid.

Meskipun guru tidak lagi dapat atau diizinkan berkomunikasi oleh kepala yayasan kepada orangtua murid melalui akun email sekolah yang sebelumnya sering digunakan sebagai media komunikasinya.

Mengingat akun email sekolah tersebut sudah diganti password, dan para guru tidak mengetahuinya.

"Kami juga sudah kehilangan akses untuk memberitahukan informasi kepada orangtua murid, jadi kami tidak tahu-menahu lagi untuk memberitahukan hal tertentu kepada mereka," tuturnya.

Gaji Sering Dipotong

Terbaru, ada informasi baru tentang dugaan bahwa pihak sekolah sering memotong gaji para guru tanpa pemberitahuan.

Guru Salsabila Syafwani mengatakan dirinya sempat mengalami pemotongan gaji sebesar Rp 700 ribu per bulan.

"Kami digaji tidak pernah full banyak potongan dan kami tidak pernah ketahui itu potongannya untuk apa, potongan gaji pernah mencapai Rp 700 ribu," kata Salsabila saat dikonfirmasi, Selasa (17/6/2025).

Salsabila menjelaskan bahwa dia sempat bingung dengan penyebab pihak sekolah dapat memotong gaji dirinya tanpa keterangan.

Ia bahkan mengaku tidak sering diberikan slip gaji oleh pihak sekolah.

"Jadi kami itu tidak pernah dapat transaksi slip gaji kecuali kami minta, kami juga tidak didaftarkan BPJS, otomatis bukan pembayaran untuk BPJS itu potongannya, intinya kami tidak tahu itu potongan kenapa," jelasnya.

Itu dibenarkan oleh guru Anisa Dwi Zahra, yang mengaku tidak pernah menerima gaji penuh per bulan sesuai dengan kontrak kerja dari pihak sekolah.

"Saya menerima gaji yang tidak penuh karena gajiku sebesar Rp 1,9 juta tetapi sering dipotong dan yang saya terima hanya Rp 1,5 juta, dengan potongan sekitar Rp 400 ribu," jelas Anisa ketika dikonfirmasi, Selasa (17/6/2025).

Anisa menyatakan tidak mengetahui alasan pengurangan gajinya.

Padahal menurutnya kalau ia mengikuti selalu aturan yang diterapkan pihak sekolah, diantaranya tepat waktu masuk kerja.

"Saya juga tidak tahu mengapa itu dipotong, padahal saya selalu tepat waktu saat bekerja dan tidak pernah telat, bahkan pihak sekolah juga tidak pernah memberikan penjelasan," katanya.

Anisa menegaskan bahwa ketika dirinya menerima slip gaji, tidak ada penjelasan tentang aliran potongan tersebut.

Berdasarkan keluhan itu, ia berharap pihak relevan dapat segera membantu dirinya dengan rekan guru di sekolah tersebut yang saat ini sudah berhenti kerja atau mengundurkan diri secara massal pada Jumat (13/5/2025).

“Saat saya menerima slip gaji, tidak ada penjelasan tentang potongan uang itu untuk apa, kami tidak mendapatkan BPJS meskipun dalam kontrak kerja tertulis ada BPJS,” tegasnya.

Denda Hingga Ijazah Ditahan

Terdapat ketidaksesuaian yang terungkap dari Al Kareem Islamic School di Jalan Baru Perjuangan, Marga Mulya, Bekasi Utara yang diduga melakukan penipuan.

Pihak sekolah mengenakan denda bagi guru-guru yang dianggap tidak memenuhi standar yang ditentukan.

Pihak Al Kareem Islamic School diduga bahkan sampai menahan ijazah seorang guru, meskipun yang bersangkutan sudah berhenti bekerja atau resign.

Salsabila Syafwani, mengatakan bahwa ijazahnya ditahan oleh pihak sekolah hampir lebih kurang satu tahun.

“Ijazah salah satu guru masih ditahan dan sudah hampir satu tahun,” kata Salsabila saat dikonfirmasi, Selasa (17/6/2025).

Salsabila menjelaskan berdasarkan kesepakatan kontrak kerja di awal, jika pekerja dalam kurun waktu di bawah tiga bulan tidak memenuhi standar aturan sekolah, maka perlu membayar denda sebesar Rp 250 ribu.

Namun menurut pengakuan Salsabila, ada ucapan dari pihak sekolah yang tidak sesuai dengan kesepakatan kerja jika ada tambahan denda sebesar Rp 500 ribu.

“Ijazah itu ditahan kalau misalkan pekerja ini tidak proper dan di bawah tiga bulan, sehingga harus bayar denda Rp 250 ribu sesuai kontrak tertulis, tapi beberapa kasus karyawan baru yang baru masuk di tahun 2025 ada omongan secara verbal kalau ada tambahan denda Rp 500 ribu, dan itu tidak tertulis di dalam kontrak,” jelasnya.

"Jika uang tersebut tidak dibayarkan, ijazah tidak akan diberikan, ada kemungkinan," tambahnya.

Klarifikasi dari Pihak Yayasan

Pengacara Al Kareem Islamic School, Mario Wilson Alexander, mengatakan bahwa pihak sekolah berjanji akan bertanggung jawab mengganti kerugian seluruhnya yang dialami sejumlah pihak.

"Tempat ini (Sekolah) disegel karena ada kesalahan dari yayasan, dan yayasan akan tetap bertanggung jawab setiap masalah yang ada," ucap Mario saat dikonfirmasi, Rabu (18/6/2025).

Mario menjelaskan kesalahan yang dilakukan pihak yayasan adalah mengenai keuangan.

Namun ia tidak berkenan merincikan permasalahan keuangan tersebut seperti apa.

"Dalam hal ini kesalahan yayasan adalah keuangan, tapi memang ada sesuatu hal yang bisa diekspos dan ada yang tidak bisa diekspos," jelasnya.

Mario menuturkan bahwa upaya tanggung jawab yang akan dilakukan pihak Al Kareem antara lain dengan mengikuti prosedur bantuan masuk sekolah yang difasilitasi Pemerintah Kota (Pemkot) Bekasi dalam hal ini Dinas Pendidikan (Disdik).

"Saya sudah meeting dengan pihak Disdik ranah PAUD, anak-anak yang masa sekarang ini sudah mau ke SD akan dibantu karena sudah habis PK pendaftarannya dan akan dibantu untuk masuk ke sekolah. Yayasan akan mengikuti arahan selanjutnya dari Disdik," tuturnya.

Mario menyampaikan bahwa untuk membayar semua tanggung jawab dari aspek materiil, pihak yayasan akan menjual aset sekolah Al Kareem Islamic School.

Pengembalian uang kepada orangtua akan dilakukan jika aset sekolah sudah terjual.

"Untuk kerugian yang dirasakan dan dialami oleh orangtua murid itu yayasan akan menjual aset semuanya dan akan menggantikan uang orang tua murid," katanya.

Selain itu, Mario menegaskan bahwa pihak sekolah juga akan bertanggung jawab melunasi tunggakan gaji para guru.

"Semuanya akan dibayarkan (gaji) karena ijazahnya yang kemarin ditahan pun sudah dikembalikan semua, jadi clear ijazah ditahan sudah tidak ada," tegasnya.

Sebagai orangtua murid, Rio berharap yayasan dapat melakukan ganti rugi kepada seluruh pihak yang dirugikan.

"Kami masih berharap ada itikad baik terkait pengembalian ganti rugi dari pihak yayasan," harap Rio.

Rio menyatakan rasa syukur setelah Pemkot Bekasi melakukan penutupan.

Ia berharap selanjutnya tidak ada lagi kasus serupa terjadi.

"Alhamdulillah sesuai dengan harapan orang tua murid, ini langkah awal semoga tidak ada korban lagi, itu yang harapan kami," ungkapnya.

Baca berita medkomsubang lainnya di Berita Google

Ikuti dan Bergabung di Saluran Whatsapp medkomsubang

Artikel ini telah tayang di Tribunbekasi.com dengan judul Jeritan Guru di Bekasi Diperlakukan Mirip ART: Disuruh Beli Ayam Goreng Hingga Antar Anak Sekolah


Sabtu 10 Agustus 2024 Subang di lauiti bendera merah putih yang dibawa dan dikibarkan oleh Peserta Kirab Merah Putih yang di laksanakan oleh pemda Subang melalui Kesbangpol , Disdik dan DPP Laskar Jagad Subang, Kegiatan ini adalah rentetan dari kegiatan yang akan dilaksanakan Pemerintah kabupaten Subang dalam rangka menyambut HUT RI ke 79 tahun 2024.

Kegiatan Kirab ini dilepas star dan Finis oleh Pj Bupati Subang Dr. Drs. Imran, M.SI., MA.cd ,Sebanyak 35.000 peserta itu berasal dari para pelajar dari berbagai tingkatan di lingkungan Pendidikan Subang, TNI, Polri, Instansi, Perusahaan, dan lainnya.

Saaat ditemuai media PJ Bupati Subang mengucapkan syukur kegiatan ini kondusip dan meriah “Saya bersyukur, hari ini kegiatan bisa berjalan dengan lancar, tentunya ini anugerah bagi kita semuanya bahwa jiwa nasionalisme di Subang masih ada, masih tumbuh,”ujarnya

Pj Bupati Subang mengungkapkan, keterlibatan seluruh stakeholder dalam dalam kegiatan ini, menunjukan wajah karakter bangsa Indonesia dalam balutan nasionalisme dan Patriotisme dan ini pun menjadi bukti Subang adalah Kabupaten yang berjiwa Nasionalisme yang tinggi dan menjaga keutuhan dan kerekatan NKRI

Kegiatan yang dilaksanakan dalam kegiatan ini selain Kirab yang membentangkan Bendera sepanjang 79 meter dan Juga dilaksanakan Lomba Baca Puisi dan Lagu Kemerdekaan yang dilaksanakan di Aula Pemda Subang, pemenang dari lomba akan ditampilkan saat Upacata Detik detik Proklamasi 17 Agustus Mendatang di Alun alun Kabupaten Subang.

 

 


Anak merupakan elemen penting yang ada di masyarakat, di mana anak merupakan harapan sebagai aset untuk generasi masa depan. Agar dapat mencapai generasi emas, maka merupakan tugas dan tanggung jawab kita bersama untuk memberikan pengasuhan. Serta pendidikan terbaik bagi anak sehingga bisa membangun generasi yang unggul di masa depan.Setiap tanggal 23 Juli kita memperingati hari anak nasional. Seringkali peringatan hari besar hanya sebatas selebrasi tanpa kesadaran penuh akan makna dari peringatan hari besar tersebut. Padahal hari besar bisa menjadi momen untuk melakukan refleksi dan menentukan resolusi agar mendapatkan hari depan yang lebih baik. Hal tersebut merupakan mindset yang perlu ditanamkan ketika memperingati hari anak nasional yang bisa diperingati dengan penuh kesadaran.

Terlepas dengan hal tersebut, perayaan apapun untuk memperingati hari anak nasional adalah wujud kasih sayang dan kepedulian bagi anak anak. Penyelenggaraan peringatan hari anak nasional yang dilaksanakan setiap tahun tersebut memberikan rasa gembira kepada anak-anak. Karena didalamnya ada banyak momen penting yang dapat mereka nikmati pada perayaan tersebut.

Tapi pada saat yang sama, anak-anak belum terbebas dari ancaman-ancaman yang menghantui mereka. Dari mulai kekerasan fisik, kekerasan verbal juga kekerasan seksual. Perundungan di lingkungan sekolah juga di lingkungan masyarakat dan kasus cyberbullying. Selain itu angka pernikahan anak juga cukup memprihatinkan di beberapa daerah di Indonesia.

Maraknya pekerja anak, rokok dan iklan rokok, penyalahgunaan miras dan NAPZA, geng motor, tawuran pelajar, fasilitas umum ramah anak yang kurang memadai dan jauh dari merata. Tidak sedikit juga anak yang terlibat LGBT menjadi ancaman bagi keberlangsungan tumbuh kembang anak. Yang paling tidak disadari oleh kita adalah ancaman penyalahgunaan gadget oleh anak-anak menyebabkan bagian dari sumber masalah dari masalah pada anak saat ini.

Belum lagi anak yang berhadapan dengan hukum karena terseret kasus pidana. Tindak pidana yang dilakukan anak-anak juga bermacam-macam mulai dari kasus kekerasan, perkara asusila, pencurian, senjata tajam, dan penggunaan obat-obat terlarang.

Penyebab
Masalah yang terjadi pada anak-anak memang bukan tanpa sebab. Ada banyak faktor yang menjadi penyebabnya dan ternyata faktor terbesar adalah di internal keluarga masing-masing. Menarik untuk dicermati berdasarkan pengalaman pribadi saya di lapanga. Selama 4 tahun bergerak dalam pendampingan kasus-kasus anak di lembaga yang saya dirikan yaitu Taman Jingga (lembaga non profit untuk perlindungan hak-hak anak dan perempuan).

Setelah pendampingan dari kasus ke kasus anak. Saya menemukan fenomena anak bermasalah baik itu sebagai korban ataupun sebagai pelaku ternyata orang tuanya juga bermasalah. Ini cukup memprihatinkan karena anak yang bermasalah adalah imbas korban dari orang tuanya sendiri yang bermasalah. Sehingga gagal dalam pengasuhan juga kacau dalam manajemen keluarga yanh menjadi mata rantai masalah yang terjadi di internal keluarga.


Ada banyak orang tua yang tidak memiliki kesiapan untuk merawat, mengasuh, mendidik anak. Baik secara ilmu, mental maupun secara finansial sehingga mereka tanpa konsep mengelola keluarga imbasnya ke anak anaknya. Mengelola keluarga sama halnya mengelola perusahaan dan mengelola organisiasi yang memerlukan aturan main agar terarah tertib dan terorganisir. Begitupun mengasuh dan mendidik anak perlu komiten bersama kedua orang tua yang dilandasi ilmu dan strategi. Juga beradaptasi dengan perkembangan zaman sehingga tidak rapuh dan keropos. Karena terbukti ketika individu orang tuanya rapuh, maka anak-anaknya pun rata-rata demikian.

Bila masalahnya ada di internal keluarga maka yang harus menjadi fokus untuk dibenahi ya dari dalam keluarga itu sendiri. Karena inti masalahnya ada di dalam keluarga, sehingga dari sini kita harus jelas dalam memandang inti masalah supaya tidak keliru dalam mengatasinya. Maka benahi dulu orang tuanya baru membenahi anak anaknya. Berawal dari orang tua yang stabil maka diprediksi anak-akan sedikit kemungkinan terkena masalah. Karena anak merasa nyaman dan aman dalam pengasuhan pendidikan di internal keluarganya sehingga tangki jiwanya terpenuhi.

Tangki jiwa
Tangki jiwa anak tidak boleh kosong harus senantiasa penuh terisi oleh kasih sayang perhatian dengan pola asuh yang bena. Sehingga anak-anak tidak kelaparan jiwanya. Apabila jiwanya kosong maka anak akan mengekspresikan dalam bentuk masalah masalah yang mereka perbuat. Hal ini sering tidak disadari oleh para orang tua sehingga memberikan kasih sayang yang salah kaprah. Atau hanya sebatas seremonial juga sebatas memenuhi fasilitas anak saja.

Dari hal tersebut, di sini peranan orangtua dan kualitas hubungan atau bonding orangtua dan anak sangat berperan. Tidak hanya dilihat dari saat ini saja, namun juga harus flashback ke belakang saat anak-anak masih kecil. Bagaimana hubungan kedekatan orang tua dengan anak saat mereka masih kecil? Apa saja yang sudah orang tua lakukan kepada mereka? Apakah mereka trauma? Sedih? Bahagia? Merasa dicintai seutuhnya? Semua itu nantinya akan tercermin dan terpancar keluar saat anak-anak mulai beranjak remaja sebagai masa peralihan dari masa anak anak ke orang dewasa.


Selain masalah internal orangtua, salah satu sumber masalah anak adalah faktor lingkungan. Meskipun faktor lingkungan ini juga masih bisa disiasati dengan benteng yang kuat dari dalam keluarga. Dan menjaga dari kontaminasi yang berlebihan bila dirasa lingkungan sekitar kurang mendukung. Keluarga ibarat imunitas, sekuat apapun virus masalah dari luar atau lingkungan. Apabila ketahanannya keluarga baik, maka kemungkinan hantaman faktor pemicu dari luar akan bisa anak-anak tertangkal.

Kedekatan orangtua dan anak ini bukan hanya dekat secara fisik saja, melainkan juga secara emosional, bonding perasaan. Mampu menyelami karakter dan bagaimana bertindak sesuai karakter anak. Sekali lagi memang fondasi dan kuncinya adalah dari internal keluarga sendiri. Kita semua harus menyadari bahwa karakter anak menjadi baik atau buruk semua itu berawal dari dalam rumah dan dimulai dari kebiasaan-kebiasaan kecil. Dari kebiasaan sehari hari berulang ulang akan terbawa sampai besar.

Amanah
Anak adalah amanah. Amanah yang dipercayakan Tuhan berarti kepercayaan yang diberikan kepada orang tua untuk dijaga sebagamanamestinya. Dalam konteks ini, maka setiap orang tua dipercaya mampu untuk bertanggung jawab dalam menjaga dan merawat anak menjadi generasi yang berkualitas. Tanggung jawab orang tua ada di sepanjang proses tumbuh kembang anak hingga mereka mampu secara mandiri mengelola kehidupannya dimasa yang akan datang.

Orang tua memiliki peran krusial dalam membentuk kepribadian dan perkembangan anak-anak. Sebagai tokoh penting dalam kehidupan anak, orang tua tidak hanya bertanggung jawab untuk memberikan kasih sayang perawatan dan pengasuhan. Tetapi juga berperan sebagai role model yang kuat. Perilaku, sikap, dan nilai-nilai yang ditunjukkan oleh orang tua secara langsung mempengaruhi bagaimana anak-anak mengembangkan diri mereka sendiri. Begitupun dengan karakteristik sampai dengan masalah yang dihadapi anak ini tidak terlepas dari pola asuh dan kebiasaan kebiasaan di internal keluarga.

Disadari memang tantangan orangtua saat ini begitu besar dalam melakukan pengasuhan dan perlindungan pada anak-anak. Berbagai literasi perlu dipelajari dan digiatkan. Misalnya: Kegiatan-kegiatan parenting sangat penting untuk digiatkan tidak hanya di sekolah-sekolah tapi juga pada lingkungan masyarakat. Karena melakukan pendidikan dan pengasuhan pada anak bukan hal yang mudah bagi orangtua.

Tahun 2045 bangsa Indonesia genap berusia 100 tahun. Pada tahun tersebut, Indonesia diharapkan mampu menjadi salah satu negara maju yang mampu bersaing dengan bangsa lain. Oleh karena itu pemerintah berharap pada usianya yang genap satu abad bisa memiliki generasi emas yang akan mampu mewujudkan cita-cita tersebut. Untuk mewujudkan generasi emas, tentu orang tua memiliki peranan yang sangat penting.

Kita semua memiliki peran masing-masing, terutama peran sebagai orang tua. Mengasuh mendidik dengan pola asuh yang baik yang berdasarkan ilmu juga perkembangan zaman. Ali bin Abi Thalib mengatakan didiklah anak sesuai zamannya juga sesuai fase usianya. Jadilah orang tua yang bertumbuh yang tidak lelah untuk belajar, lagi dan lagi.

Mari kita semua bersinergi menjaga agar anak-anak tetap terlindungi, merasa aman serta bahagia dimanapun. Peringatan hari anak nasional menjadi momentum bersama untuk merefleksi kembali bagaimana kondisi anak-anak di sekitar kita. Tentunya untuk melakukan perbaikan-perbaikan dalam menciptakan lingkungan yang aman dan melindungi. Peran kita untuk menjaga anak sebagai aset bangsa”. Selamat Hari Anak Nasional 2024.***
Oleh Ipa Zumrotul Falihah
Direktur Taman Jingga

 


Generasi remaja dilingkungan sekolah adalah generasi emas mendatang yang akan mengisi kemerdekaan dan meneruskan cita cita perjuangan para pendahulu maka dari itu remaja remaja dilingkungan ini mesti terjaga dan terbebas dari hal hal yang negative , berkaca dari hal tersenut GARDA ANTI NARKOBA INDONESIA (GAN)  secara rutin menggelar konsolidasi dan penpebaran informasi terkait salah satu hal yang akan membuat generasi mendatang terganggu perkembangannya salah satunnya dengan memahami dampak penyalahgunaan Narkotika .

Kegiatan yang dimaksud adalah Gerakan sapa remaja ke sekolah sekolah dalam waktu MPLS tahun 2024 yang berjalan Dengan lancar selama satu minggu penuh dari Tanggal 15 - 19 Juli 2024 di berbagai sekolah di kabupaten Subang , Lembaga sosial Pencegahan dan Pemberantasan Narkoba GARDA ANTI NARKOBA INDONESIA menyampaikan Penyuluhan Bahaya Narkoba secara maraton di 11 Sekolah Yang Berada di Kabupaten Subang.

“Alhamdulillah Kegiatan Yang Masuk di MPLS (Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah) Tahun Ajaran 2024-2024 Berjalan Dengan Baik dan Interaktif “ ucap Ketua umum W Waluya kepada awak media disela sela kegiatan  

“ Semoga GARDA ANTI NARKOBA INDONESIA kedepan bisa Menekan Angka Peredaran gelap Narkoba di wilayah subang”  tambahnnya lagi  .

Sementara itu Ketua Korwil Subang Selatan mengungkapkan “ Ini adalah bukti nyata kita peduli generasi Indonesia mendatang khususnnya disubang, kami ucapkan terimakasih banyak kepada semua pihak yang turut membantu suksesnnya kegiatan yang serentak dilaksanakan ini

“Kita apresiasi seluruh lintas sektor terkait , alhamdulilah kegiatan ini lancar dapat dilaksanakan semaksimal mungkin” Ungkap Wijaya Kusuma, S.AN selalu Ketua Korwil Garda Anti Narkoba Wilayah Subang Selatan.

Sementara itu Ketua Umum W. Waluya SE Juga Memberikan Apesiasi Penuh dan Ucapan Terimakasih Kepada Badan Kesatuan Bangsa Dan Politik (Bakesbangpol) Kabupaten Subang  Yang Di Kepalai Bapak RONA MAIRANSYAH.AP,.M.Si dan Seluruh Tim Terpadu P4GN Kab.Subang dalam Rangka Kegiatan Penyuluhan Bahaya Narkoba di Lingkungan Pendidikan


kabarsubang,
Dalam masa orentasi dan pengenalan sekolah dan kampus tahun 2024 kembali Lembaga Sosial Pencegahan dan Pencegahan Pemberantasan Narkoba, Garda Anti Narkoba (GAN) Indonesia melaksanakan sosialisasi pencegahan narkoba di berbagai sekolah.

Pada hari ini Garda Anti narkoba menyambangi SMP Negeri 2 Kecamatan Binong dan untuk sesi ke dua bertmpat Di SMP-SMA al azhar Tambakdahan.kegitan antusias diikuti tidak hanya peserta didik bari namun staff guru dan siswa lainnya pun menyimak paparan yang disampaikan oleh ketua Umum Garda Anti Narkoba Indonesia W Waluya, SE

Kegiatan ini disampaikan informasi bahaya penyalahgunaan narkoba dikalangan remaja dan pelajar, serta informasi hidup sehat. Yang tentunnya kedepannya Diharapkan pelajar yang mengikuti kegiatan ini dapat menjauhi narkoba dan berprestasi dalam belajar.

Ketua Umum garda Anti narkoba mengatakan saat di hampiri awak medkom subang network berharap dengan penyuluhan kepada siswa-siswi MPLS ini akan paham dan mengerti terhadap bahaya narkoba bagi dirinya dan dampak sosial dimasyarakat bagi dirinya, dan dampak masa depan bagi dirinya," Jelasnnya lagi

Penyelenggaraan ini kerjasama Garda Anti Narkoba dan  Badan Kesbangpol Kabupaten Subang yang memang konsen terhadap sosialisasi P4GN di kabupaten Subang





Selasa 22/1 bertempat di aula SMK Negeri 1 Dawuan dilaksanakan Seminar literasi digital sektor pendidikan yang diselenggarakan oleh RTIK Subang dan Kementerian Informasi dan Komunikasi RI. Hadir sebagai narasumber pada kesempatan seminar yaitu  Kepala Sekolah SMK Negeri 1 Dawuan Eris Garini S.Pd M.I.kom, Wijaya Kusuma ketua RTik Kabupaten Subang dan Esa Firmansyah pengurus RTik Jawa Barat. Dalam pesannya Eris Garini menyampaikan pentingnya etika di dalam bermedia digital, dan mengajak siswa-siswi untuk tidak terjerumus ke dalam etika yang tidak baik di dalam bermedia digital, di sela-sela kesibukannya Eris Garini menyampaikan terima kasih atas diselenggarakannya seminar literasi digital di sekolahnya yaitu di SMK Negeri 1 Dawuan, kemudian Wijaya Kusuma sebagai pemateri yang selanjutnya memberikan pemaparan tentang pentingnya menangkal hoax pada pemilu 2024 mengajak seluruh masyarakat untuk mengikuti konstelasi pemilu damai dengan tidak terjerumus dengan berita-berita hoax.

Sementara Esa Firmansyah pengurus RTik Jawa Barat yang juga sebagai dosen di salah satu universitas di Sumedang menjadi narasumber terakhir pada seminar literasi digital di SMK Negeri 1 Dawuan dengan mengusung materi budaya bermedia digital dengan menerapkan nilai-nilai Pancasila di dalam kehidupan dunia digitalisasi. 

Terlihat antusiasme siswa siswi dalam mengikuti seminar literasi digital dengan didampingi oleh para guru belajar dengan tetap focus, mencerna dan memperhatikan setiap materi yang mereka terima hingga akhir kegiatan seminar. Dan mereka berharap kegiatan ini menjadi rutin sebagai tambahan ilmu dalam bermedia digital. 




 MAKASSAR - Pendidikan Nasional kita peringati setiap tanggal 2 Mei ini merupakan hari kelahiran Bapak Pendidikan Nasional kita Ki Hadjar Dewantara (KHD). Ia pernah mengemukakan gagasan tentang Tri Pusat Pendidikan, atau dikenal tiga pusat pendidikan yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.  Tujuan besar KHD mengemukakan Tri Pusat Pendidikan ini adalah sebagai sarana membentuk karakter peserta didik. 

Kiprah Ki Hajar Dewantara dalam Pendidikan Nasional
Ki Hajar Dewantara bersama rekannya dr. Cipto Mangunkusumo dan E.F.E Douwes Dekker mendirikan Indische Partij. Partai Politik pertama Indonesia pada masa Hindia Belanda itu bertujuan meraih kemerdekaan Indonesia.
Ki Hajar Dewantara sangat anti dengan Belanda. Dia pernah melontarkan sindirian keras yang dituangkan dalam bukunya berjudul Als Ik Een Nederlander Was (Seandainya Aku Seorang Belanda).
Kritikan pedasnya membuat pemerintah Belanda gerah. Belanda lalu mengasingkan Ki Hajar Dewantara ke Negeri Kincir Angin.
Ki Hajar Dewantara tak berkecil hati. Selama menjalani masa pengasingan di Belanda, dia justru mendalami bidang pendidikan dan pengajaran. Hingga pada 1918, ia kembali ke Tanah Air dan berkecimpung penuh di dunia pendidikan.
Pada 3 Juli 1922, Ki Hajar Dewantara lantas mendirikan sebuah lembaga pendidikan yang diberi nama Taman Siswa. Berdirinya Taman Siswa tak lain bertujuan untuk mencerdaskan pemuda pribumi, serta menanamkan rasa nasionalisme.
Semboyan Ki Hajar Dewantara
Ki Hajar Dewantara memiliki semboyan yang digunakan dalam sistem pendidikan di Indonesia. Semboyan dalam bahasa Jawa ini berbunyi Ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani. Semboyan tersebut dapat diterjemahkan seperti berikut ini:
Ing Ngarsa Sung Tulada: di depan, seorang pendidik harus memberi teladan atau contoh tindakan yang baik
Ing Madya Mangun Karsa: di tengah atau di antara murid, guru harus menciptakan prakarsa dan ide
Tut Wuri Handayani: dari belakang seorang guru harus bisa memberikan dorongan dan arahan
Berbicara pusat Pendidikan, di lingkungan masyarakat, kita juga tidak boleh menutup mata terhadap masyarakat sekitar. Minimal terhadap teman-teman sebaya kita. KH Ahmad Dahlan juga mencontohkan bahwa ia rela berkorban untuk menolong sesama serta memberikan pencerahan di tengah masyarakat, dengan mengamalkan tafsir surat Al-Ma’un. Sudah sepatutnya karakter seperti ini juga harus kita bangun. Janganlah kita menutup mata terhadap masyarakat sekitar, karena peran kita selalu dinantikan oleh masyarakat..
Marilah kita jadikan momentum Hari Pendidikan ini sebagai refleksi. Kita semua memiliki peran penting dalam membentuk karakter baik karakter bagi diri kita sendiri, teman, maupun anggotanya. Karena sejatinya di waktu yang sama kita adalah seorang pembelajar dan pendidik.


Akbar Aba 
Alumni Unismuh Makassar

 

Program Penghijauan SDN Cinangka 03

Bandung, Jumat (24/2)
bertempat di SDN Cinangka 03 Jalan Paratag No. 72, Melatiwangi, Kecamatan
Cilengkrang Kabupaten Bandung, Mengadakan kegiatan penghijauan dan tamanisasi
sebagai bentuk pengenalan menjaga dan merawat lingkungan sekitar sekolah.  Kegiatan ini tentunya melibatkan seluruh
peserta didik kelas I sampai dengan kelas VI. Peserta didik diminta untuk
membawa Tanaman, selain diminta untuk membawa tanaman, peserta didik juga
diminta untuk membantu menyiapkan media tanam yang akan digunakan. Tujuan dari
kegiatan ini selain untuk memberikan edukasi bagi peserta didik juga untuk
menumbuhkan rasa cinta terhadap lingkungan di sekitar sekolah.


Kegiatan penghijauan dan tamanisasi dimulai pada
pukul 07.00 yang dilaksanakan di halaman sekolah. Jenis tanaman yang dibawa
oleh peserta didik sangat beragam macamnya. Peserta didik dibebaskan membawa
jenis tanaman yang mereka inginkan. Jenis tanaman yang dibawa oleh peserta
didik diantaranya tanaman hias, tanaman obat keluarga (TOGA), tanaman warung
hidup. metode pembelajaran yang bersifat praktikal ini mulanya berasal
dari ide salah seorang guru wali kelas di kelas I  yaitu Ibu Nani Netty Prihatini yang meminta peserta
didik membawa tanaman hias berbunga. Kegiatan pembelajaran ini juga
mendapatkan respon positif dari seluruh warga sekolah dan orang tua dari
peserta didik.  



Kegiatan
ini juga menunjukkan bahwa di SDN Cinangka 03 tidak hanya berfokus pada
pembelajaran di dalam kelas yang menjadi tujuan utama dari Pendidikan, namun
kegiatan ini bertujuan untuk mengajarkan peserta didik untuk peduli dan peka
terhadap lingkungan sekolah maupun luar sekolah. Selain itu kegiatan
penghijauan dan 
tamanisasi sekolah ini sebagai salah satu cara terwujudnya
dan terciptanya sekolah Adiwiyata atau yang biasa disebut dengan Green
School.



 

( Siswa-siswi SDN 258 Sukarela menonton Film 3 Dimensi )

 
Bandung, Rabu (22/2) bertempat di SDN 258 Sukarela Desa Cipadung Kulon
Bandung, mengadakan kegiatan menonton bersama film 3 dimensi sebagai bentuk
implementasi literasi digital dalam gerakan literasi sekolah. Sudah tidak dapat
dibantah lagi bahwasannya budaya literasi sudah sangat erat kaitannya dengan
dunia pendidikan, bahkan ada yang mengatakan budaya literasi tidak dapat
dipisahkan dengan dunia pendidikan. Dengan meningkatkan kemampuan dalam
literasi dapat juga meningkatkan prestasi bagi generasi muda dalam mencapai
kesuksesan di masa yang akan datang. Sebagaimana yang telah dikemas oleh
Kemendikbud dalam kebijakan implementasi Gerakan Literasi Sekolah (GLS),
terdapat enam kemampuan literasi dasar yang harus dimiliki oleh setiap siswa,
yaitu literasi baca tulis, literasi numerasi, literasi sains, literasi digital,
literasi finansial, serta literasi budaya dan kewarganegaraan. Keenam literasi
tersebut harus dapat dimiliki oleh setiap siswa melalui fasilitasi program
kreatif dan inovatif yang diformulasikan oleh sekolah. 

Dengan demikian, program yang diselenggarakan sekolah dapat
mendorong lahirnya kompetensi literasi pada setiap siswanya. Untuk itu, SDN 258
Sukarela mengadakan nonton bersama film 3 dimensi ini sebagai wujud menumbuhkan
salah satu kemampuan literasi siswa dalam literasi digital. Sebanyak 500 siswa
dari kelas I sampai dengan kelas VI, sangat antusias dan semangat untuk
menonton film. Kegiatan ini diadakan oleh sekolah bersama esoCinema3D sebagai
penyelenggara bioskop sekolah 3 dimensi edukasi dan hiburan serta mahasiswa
Universitas Pendidikan Indonesia kampus daerah Cibiru. Film yang disaksikan
oleh siswa merupakan sebuah film edukasi yang dapat meningkatkan pengetahuan
maupun karakter siswa.

Kegiatan nonton film
bersama ini bertujuan agar siswa Sekolah Dasar mendapat pengetahuan baru dan
lebih luas. Tidak hanya itu, pihak sekolah pun mengatakan “
tujuan
lainnya selain lebih ke edukasi, terdapat juga pengalaman menonton dan mereka
diajak berimajinasi karena 3D seperti nyata, suasananya pun mendeketi seperti
bioskop dan juga refreshing bagi anak”. Sekolah pun berharap kegiatan
ini dapat dilakukan kembali kedepannya dengan film-film yang lebih menarik dan
berpengetahuan lebih lagi. Sehingga pengimplementasian literasi digital ini
dapat dirasakan manfaatnya oleh siswa. Selain literasi digital, sekolah juga
memiliki keinginan untuk menumbuhkan kemampuan literasi budaya dan
kewarganegaraan siswa dengan bermain alat musik angklung yang dimainkan secara
bersama-sama. Ada pun Agil Nanggala, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing Lapangan,
menegaskan urgensi dalam membentuk peserta didik SD, yang memiliki atensi dan
kapasitas literasi yang mumpuni, agar menjadi warga negara dewasa.

Mahasiswa dan Dosen UPI Foto Bersama Kepala Sekolah SDN 258 Sukarela




 





Subangkab.com, Kemajuan teknologi
semakin maju kadang kita lupa dan terbawa arus menikmatinnya tanpa kita sadari
adannya celah penyalahgunaan dalam menggunakan ruang digital, pada selasa 7
maret 2023 bertempat di dua sekolah berbeda yaitu SMK PGRI Subang dan SMK
Pasundan Subang , Relawan TIK Kabupaten Subang menggelar kegiatan Makin Cakap
Digital



Kegiatan ini adalah rangkaian
kegiatan dari Kementrian Kominfo melalui Pandu Digital yang secara serempak
dilaksanakan secara maratos se Indonesia,



Dalam kegiatan ini siswa di SMK
yang dikunjungi mendapatkan pengetahuan terkait 4 (empat) Pilar Litersasi digital
yang masing masing disampaikan oleh Nara Sumber, seperti dikutip SUBANGKAB.COM
m ketua RTIK Subang Wijaya Kusuma,S,AN menyampaikan kegiatan ini sangat sarat
dengan keilmuan apalagi di era seba Digital “ Semakin kita memahami Litersi
Digital maka kami berharap semakin cakap juga siswa menyingkapi kemajuan
teknologi media digital dikemudian hari” ungkapnnya



Sementara Didin Syamsudin sebagai
tenaga pengajar di SMK PGRI subang berharap kegiatan ini terus secara rutin
dilakukan “ kegiatan ini sangat bermamfaat untuk Siswa sebagai bekal dikemudian
hari “ paparnnya



Lokasi Kedua di SMK pasundan para
nara Sumber diisi Oleh Kepala Sekolah yang sekaligus pula sebagai pengurus
Relawan TIK Kabupaten Subang Bapak Nano Supriatna, S.KOM, lalu Di sambung oleh
Relawan TIK Jawa barat DIDNO ,SE serta Kang Kukun Kurniawan sebagai bara sumber
mewakili RTIK Subang





Ketua KPU bersama Ketua Prodi PKn Doktoral dan Magister UPI


Tanjungsiang, Rabu (1/3) bertempat SDN Neglasari Desa Sindanglaya Tanjungsiang, sebagai bentuk Sebagai bentuk implementasi butir ketiga dari Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu Pengabdian kepada Masyarakat, dilaksanakan Kegiatan  Pengabdian masyarakat yang diadakan oleh Program Doktoral dan Magister Pendidikan Kewarganegaraan Universitas Pendidikan Indonesia. dalam kegiatan tersebut ketua program studi Pendidikan kewarganegaraan Prof. Cecep Darmawan Sebagai Keynote speaker. dalam sambutannya Cecep darmawan memperkenalkan pendidikan politik generasi muda menjelang tahun politik. Prof Cewan biasa di panggil juga memperkenalkan semua mahasiswa doktoral dan magister PKn UPI kepada audiens yang di hadiri dari para pemuda karangtaruna desa sindanglaya dan siswa siswi SMAN 1 Tanjungsiang. 

Hadir sebagai pembicara pada kegiatan tersebut, Ketua KPU Subang Suryaman, dalam materi yang disampaikan seputar kepemiluan tata cara pemilu. dalam konstelasi pemilu mencari calon - calon pemimpin kedepan. sementara  tahun pemilu akan berlangsung di tahun 2024, Suryaman menghimbau bagi pelajar yg sudah bisa untuk  memilih dan masuk dalam pendataan pemilih agar tidak golput, karena nasib bangsa ditentukan dari para pemilih. suryaman juga menjelaskan akan perbedaan Pemilihan Umum dan Pemilihan Kepala Daerah. Untuk pemilu diadakan tanggal 14 februari tahun 2024 sementara untuk pilkadanya dilaksanakan pada tgl 27 November 2024. Bagaimana dengan posisi pelajar SMA dan sederajat usia 17 tahun ini sedang didata oleh KPU. Apabila KPU sudah mendata untuk pemilih yaitu dengan ditempelkan stiker bagi masyarakat didata pada saat ini.  Dengan mendata secara di coklit Yaitu daftar pemilih tetap. Apabila belum di coklit yaitu dengan menunjukkan KTP dan dinama kan daftar pemilih khusus. Jadi bagi teman - teman harus dalam pemilu yaitu pro dan aktif dalam pemilu. Suryaman memperkenalkan Penyelenggara dalam pemilu yaitu KPU, PPK. PPS, KPPS dan peserta ( Partai Politik, independen yaitu Dewan Perwakilan Daerah).

Di akhir kegiatan ketua panitia kegiatan Agil nanggala yang didampingi mahasiswa magister PKn Ahmad Bakri mengungkapkan harapan di kegiatan ini bisa membentuk generasi muda bangsa yang berwawasan politik dan beretika politik mumpuni. kegiatan ditutup dengan foto bersama seluruh peserta kegiatan. 
Foto Bersama Peserta Kegiatan

Diberdayakan oleh Blogger.