.CO.ID, DEPOK – SMAN 1 Depok berupaya menjalankan kebijakan sesuai arahan yang ditetapkan oleh Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi. Setelah melalui analisis, SMAN 1 Depok menerapkan kuota 48 siswa per kelas, dari ketentuan maksimal 50 siswa per kelas.
Pada hari Selasa, 22 Juli 2025, dilaporkan situasi terkini di lokasi dan dilakukan wawancara dengan 6 siswa kelas X. Kebijakan yang baru berjalan dua hari sejak dimulainya kegiatan belajar mengajar (KBM) ini dianggap kurang efektif untuk implementasi di masa mendatang.
Akibat kebijakan ini, siswa kelas X sekarang menempati ruang kelas yang dulunya dipakai oleh kelas XII. Pihak sekolah harus merelokasi seluruh siswa kelas XII ke ruangan yang lebih sempit karena kelas X membutuhkan ruangan yang lebih besar untuk menampung 48 siswa.
Azzahwa Fitri Harrara, seorang siswi kelas X berusia 15 tahun, menyatakan penolakannya terhadap kebijakan tersebut. "Pendapat saya, kebijakan ini kurang sesuai karena saya merasa ruangan yang tidak terlalu luas diisi oleh terlalu banyak orang," ungkapnya ketika diwawancarai., Selasa (22/07/25).
Azzahwa juga mengatakan bahwa kelas menjadi sangat gaduh saat jam istirahat karena dipenuhi hampir 50 orang. "Akibatnya, saya sulit fokus saat berbicara dengan teman karena yang lain jadi berbicara dengan nada yang lebih tinggi," ujarnya.
Ratifa Bella, seorang siswi kelas X berusia 15 tahun, berpendapat bahwa fasilitas yang tersedia di sekolah-sekolah di Jawa Barat tidak semuanya sebaik di sekolahnya. Lebih lanjut, ia menambahkan bahwa ketersediaan fasilitas yang memadai pun belum tentu menjamin kelancaran implementasi kebijakan ini di masa mendatang.
Dia juga menekankan mengenai pernyataan Dedi Mulyadi tentang 'penambahan AC', yang menurutnya bukanlah inti permasalahan. Walaupun merasa kelasnya masih nyaman, ia tetap menolak kebijakan tersebut.
"Meskipun saya merasa hal ini memberikan kenyamanan, saya cenderung untuk tidak menyetujuinya. Keadaan ini juga cukup memberatkan guru karena mereka harus menilai dan memberikan perhatian kepada jumlah siswa yang lebih banyak. Bahkan dengan 36 siswa saja belum tentu efektif, apalagi jika jumlahnya mencapai 48," ujarnya dengan nada menekankan.
Stanislaus Marvel (15) mengisahkan pengalaman perdananya saat memasuki ruang kelas. "Saat pertama kali melihat kelas, saya sampai kesulitan masuk dan duduk karena bagian depannya sangat penuh. Kami harus mengeluarkan satu kursi terlebih dahulu agar bisa masuk," tuturnya dengan nada sedih.
Gendis Chandani (15) melanjutkan, "Sehari sebelumnya, ada 50 set meja kursi, tetapi dua di antaranya tidak dapat digunakan karena ruangannya terlalu sempit."space di antara kelas tersebut."
Suhu udara yang tinggi menjadi salah satu masalah yang paling banyak dikeluhkan. Khaira Putri (15) mengungkapkan, "Yang paling dikeluhkan mungkin karena terlalu gerah, apalagi saat jam istirahat ketika semua orang beraktivitas, udaranya jadi pengap."banget," kata Khaira.
Abid Ghassan (15) mengungkapkan kekhawatirannya mengenai pengaruh kebijakan tersebut pada mutu proses belajar mengajar. "Menurut pandangan saya, dampak negatif yang mungkin timbul di masa depan adalah penurunan kinerja mengajar guru. Guru harus membagi perhatian kepada sekitar 50 siswa, sehingga mungkin ada ketidakmerataan pemahaman atau siswa yang tidak mengerti karena guru kesulitan mengawasi setiap individu," terangnya.
Ratna Ristianti (48), seorang guru biologi di SMAN 1 Depok, menyatakan bahwa ada sejumlah kendala dalam pekerjaannya. Ia mengungkapkan bahwa tantangan terberat yang dihadapi adalah ketika sesi praktikum.
"Ketika di lab, anak-anak akan menjumpai cukup banyak alat yang menarik perhatian. Kesulitannya adalah kita perlu ekstra dalam mengawasi mereka karena tidak sembarang alat bisa dipegang begitu saja. Dengan jumlah 48-50 orang, itu tidak mudah untuk mengawasi," jelasnya.
Para siswa berharap kebijakan ini dapat dikaji ulang. Azzahwa menyarankan,
"Harapan saya untuk ke depannya mungkin kepada pemerintah Provinsi Jawa Barat agar bisa lebih mengkaji ulang tentang kebijakan ini agar siswa-siswi dapat belajar dengan baik dan nyaman," katanya.
Ratifa menambahkan bahwa solusinya bukan hanya penambahan AC. "Menurut saya ini harus dikaji ulang, mulai dari penambahan kelas, bukan hanya penambahan AC. Karena Pak Dedi Mulyadi sering kali hanya menyebut penambahan AC, padahal itu bukan masalah utamanya," tutupnya.
Sebelumnya, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menegaskan siap dihujat, dikritik, dan digugat bahkan menderita demi masa depan pendidikan anak bangsa Jawa Barat ke depan. Ia menyebut memimpin bukan jalan yang mudah dan pasti menderita.
"Seorang pemimpin mesti bersiap menghadapi cemoohan, kritik, desakan, hingga tuntutan hukum. Saya belajar dari para founding fathers yang menekankan bahwa menjadi pemimpin itu penuh dengan pengorbanan," ujarnya pada hari Sabtu (12/7/2025).
Dedi menyatakan komitmennya untuk melindungi pendidikan anak-anak di Jawa Barat dan wilayah lainnya. Dedi Mulyadi mengaku bersedia menerima kritik tajam dari masyarakat maupun warganet.
Ia menyebut hujatan dan kritikan tersebut muncul saat dirinya mengambil kebijakan menambah murid dalam satu kelas menjadi 50 orang untuk mengurangi angka putus sekolah. Dedi menyebut kebijakan tersebut bersifat tentatif dan apabila di wilayah tertentu khususnya terpencil kekurangan sekolah.
Dengan demikian, ia menjelaskan bahwa anak-anak yang tinggal cukup jauh dari sekolah masih berkesempatan untuk mendaftar. Sementara itu, daerah yang sudah memiliki banyak sekolah tidak perlu lagi menambah jumlah siswanya.
Dedi memberikan ilustrasi, misalnya sebuah SMA negeri memiliki daya tampung 480 siswa. Jika pendaftar mencapai 500 orang, maka 20 siswa tambahan tersebut bisa diterima di sekolah itu.
Menurutnya, banyak pihak yang membesar-besarkan isu peningkatan jumlah siswa, sehingga menimbulkan kesalahpahaman.
Ia berjanji bahwa dalam tiga tahun mendatang, Jawa Barat akan mencapai angka nol persen untuk kasus anak putus sekolah. Mengenai sekolah swasta yang terkena imbas dari kebijakan ini, Dedi menyatakan akan mengadakan pertemuan dengan pihak sekolah swasta untuk membahas masalah kekurangan siswa.
Oleh: Mukhlis Mustofa
Pengajar di Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Slamet Riyadi (UNISRI) Surakarta.
TANPAMomen dimulainya tahun ajaran baru ini diwarnai dengan berbagai macam tanggapan.
Dimulainya tahun ajaran baru di Indonesia disambut dengan berbagai harapan dan antusiasme yang tinggi, baik oleh siswa maupun orang tua.
Kekacauan yang terjadi selama proses PPDB, pemilihan seragam, dan berbagai tuntutan pembelajaran kini mereda seiring dimulainya tahun ajaran baru.
Awal tahun ajaran baru seharusnya menjadi fondasi penting untuk pembelajaran selama setahun ke depan.
Meningkatkan kualitas pembelajaran agar lebih relevan dan berarti seharusnya menjadi fokus utama bagi semua pihak yang terlibat.
Kebetulan, permulaan tahun ajaran baru bertepatan dengan periode awal tahun Hijriah.
Integritas moral dalam pendidikan perlu dihargai, baik oleh penyelenggara maupun peserta didik, demi menciptakan pembelajaran yang efektif.
Dampak dari kondisi ini patut diperhatikan, terutama karena tahun ajaran baru yang seharusnya menjadi titik awal pembelajaran, kini hanya dianggap sebagai formalitas belaka dalam dunia pendidikan. Padahal, tujuan utama untuk mencerdaskan generasi penerus belum sepenuhnya tercapai.
Seharusnya, permulaan tahun ajaran baru bisa dimanfaatkan sebagai titik awal pembelajaran untuk setahun ke depan.
Kenyataan yang sering ditemui di masyarakat adalah akses pendidikan sangat bergantung pada kemampuan finansial, yang sayangnya seringkali tidak sejalan dengan kualitas pendidikan itu sendiri.
Fenomena pendidikan yang telah diuraikan sebelumnya menimbulkan pertanyaan penting: bagaimana seharusnya tahun ajaran baru ditempatkan dalam upaya memajukan pendidikan secara menyeluruh?
Kerinduan akan pembelajaran langsung di kelas sangat dirasakan oleh semua pihak yang terlibat dalam dunia pendidikan, mulai dari guru, murid, hingga para orang tua.
Gambaran keunggulan pembelajaran tatap muka seakan menunjukkan betapa sekolah telah menyihir segenap elemen publik.
Awal mula pembelajaran menjadi wacana menarik di negeri dalam beragam ranah.
Fenomena ini nampaknya sudah diprediksi dengan karya best seller Roem Topatimasang, "Sekolah Itu Candu" medio 1998.
Buku berisi hakikat peserta didik terbius dengan sekolah sehingga tidak jarang melupakan fenomena sosial di sekelilingnya perlahan-lahan mulai menuai hasilnya.
Khalayak negeri ini nampaknya sedemikian akut sudah terjangkiti candu sekolah ini sehingga seluruh hakikat kualitas pendidikan berpusat pada sekolah.
Merujuk definisi sekolah dalam pembukaan buku tersebut, dinyatakan sekolah berasal dari etimologis Yunani Skhole, Scola, Scolae, atau Schola yang secara harfiah berarti waktu luang atau waktu senggang—terjemah: waktu senggang untuk belajar.
Dalam situasi pascapandemi ini, sekolah seharusnya tidak hanya hadir sebagai institusi formal, tetapi juga tercermin dalam setiap aktivitas sehari-hari.
Masyarakat masih dibuat tercengang oleh penyelenggaraan sekolah selama ini yang penuh dengan formalitas dan menghambat kebebasan belajar. Akibatnya, saat pandemi datang, masalah formalitas sekolah lebih menonjol dibandingkan substansinya.
Pendidikan yang paling mendasar dan esensial seharusnya menjadi tanggung jawab penuh orang tua, yang dengan tulus memberikan pengajaran dan menanamkan ilmu pengetahuan kepada anak-anak mereka.
Akan tetapi, esensi luhur tersebut gugur akibat sistem penyerahan total, yang membuat orang tua merasa "terkurung" oleh cara pandang kebijakan pendidikan selama ini, seperti yang sempat terjadi di masa pandemi.
Daya tarik sekolah yang memukau ini mengarahkan pengelolaan pendidikan untuk memaksimalkan waktu siswa dalam kegiatan belajar formal.
Konteks sosiologis yang perlu dibangun sangatlah gamblang: sekolah, sebagai bagian dari budaya masyarakat, idealnya memicu perkembangan budaya saat ini, bukan mengarahkan opini pada kebenaran mutlak.
Menurut pandangannya yang tajam, sekolah bukanlah satu-satunya faktor penentu dalam pembentukan karakter suatu bangsa.
Sudut pandang seperti inilah yang perlu diluruskan oleh semua pihak agar kesetaraan peran menjadi fokus utama, bukan memperpanjang perdebatan tentang pendidikan tanpa akhir.
Proporsionalitas Pendidikan
Pandangan ini semakin menguat, terutama karena pendidikan di Indonesia lebih fokus pada kemeriahan acara daripada substansi yang sebenarnya, sehingga hasilnya jauh dari yang diharapkan.
Masalah ini sebaiknya diatasi dengan bijak, tanpa hanya memaksakan satu model pendidikan tertentu.
Penting untuk mengimplementasikan pembelajaran yang relevan dengan konteks lokal sebagai bagian dari pembentukan budaya baru, agar sekolah tidak menjadi satu-satunya fokus pendidikan di seluruh Indonesia.
Keterlibatan aktif dari semua pihak yang mendukung pendidikan adalah tugas yang harus dilakukan secara bersamaan oleh semua orang.
Memaksakan satu elemen dalam metode pembelajaran justru dapat menghambat kemampuan berpikir sosial dari mereka yang belajar.
Keseimbangan peran antara kedua pihak penting untuk membangun hubungan yang kondusif, sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna.
Pola pikir ini membuat praktik 'pasrah bongkokan' di institusi pendidikan sangat mungkin untuk terus diterapkan.
Relasi orang tua dengan sekolah sebagai salah satu lembaga pembentuk karakter selayaknya diberlakukan dengan kesamaan peran pengembangan.
Keterlibatan orang tua dapat diwujudkan melalui peran aktif mereka dalam memberikan dukungan yang cukup sebagai bagian dari implementasi pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif.
Langkah konkret ini secara tidak langsung akan membelajarkan orang tua siswa pada penekanan hakikat pembelajaran sebagai proses sinergis berkelanjutan demi kebermaknaan peran.
Pendidikan sebagai usaha sadar manusia untuk kebermaknaan hidup haruslah memperhatikan bagaimanakah manusia yang akan melaksanakannya.
Mainstream Pendidikan
Ketergantungan pada sistem pendidikan dimulai dari cara pandang kita terhadap layanan pendidikan selama ini.
Mainstream pendidikan hingga saat ini masih simpang siur dan pola yang berlaku bersifat sedemikian bias.
Parahnya, konstruksi publik selama ini berada di zona nyaman manakala menyikapi pendidikan, terutama penyelenggaraan sekolah.
Idiom yang muncul: jika anak berhasil dalam pendidikan, “siap dulu dong orang tuanya.” Namun manakala sang anak bermasalah dalam pendidikan, “siapa sih gurunya?”, “bersekolah di mana sang anak?”
Kontrol sosial pada sekolah pun lebih pada mekanisme balas dendam penyelenggaraan.
Neil Postman dalam The End of Education menyoroti sekolah sedemikian jumud pada perkembangan sehingga kebaruan dan pencerahan tidak kunjung tiba.
Hal inilah yang terkadang dilupakan pihak terkait. Orang tua menganggap sekolah sebagai bengkel, publik sangat berharap sekolah indah, namun laku edukatif tidak diupayakan.
Publik lebih rewel pada permasalahan bangunan sekolah yang mengganggu tampilan kenyamanan kampung, sementara orang tua sangat nyinyir pada pembiayaan yang membumbung.
Pertemuan orang tua di sekolah sendiri diemohi karena dipersepsikan sekadar penarikan dana kegiatan.
Pada akhirnya, setiap kejadian langsung mereka sebarkan secara luas di internet. Penegasan arus utama ini sangat penting karena kebijakan pendidikan apa pun yang diambil akan menjadi sangat tidak jelas jika pandangan umum belum ditegaskan.
Pendidikan yang relevan dengan realitas sosial menjadi kebutuhan mendesak di tengah kompleksitas masalah yang dihadapi masyarakat saat ini.
Sekolah, sebagai sebuah metode pembelajaran, tidak otomatis membereskan permasalahan pendidikan di Indonesia jika tidak ada kesadaran kolektif untuk mengelola pendidikan secara membangun.
Keseimbangan relasi antara kedua pihak merupakan suatu keharusan tak terhindarkan dalam tata kelola institusi pendidikan yang modern.(*)
Subang, 14 Juli 2025 — Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) di SMK Pasundan Subang tahun pelajaran 2025/2026 resmi dimulai pada Senin, 14 Juli 2025. Kegiatan ini dibuka secara langsung oleh Kepala Sekolah, Bapak Nano Supriatna, M.Kom, dan diikuti antusias oleh seluruh peserta didik baru.
Dengan mengusung tema “MPLS Ramah: Membangun Karakter, Cerdas Digital, dan Bebas Narkoba”, kegiatan ini bukan hanya berfokus pada pengenalan lingkungan sekolah, namun juga diisi dengan berbagai materi strategis dan edukatif.
Salah satu pemateri utama adalah Saudara Wijaya Kusuma, S.AN, Ketua Relawan TIK Kabupaten Subang sekaligus Ketua GARGA (Gerakan Anti Narkoba) Subang. Dalam kesehariannya, beliau juga bertugas sebagai Penyuluh KB di BKKBN Kabupaten Subang. Materi yang disampaikan meliputi:
Dalam paparannya, Wijaya menekankan pentingnya bijak dalam menggunakan teknologi digital serta meningkatkan kesadaran siswa terhadap ancaman narkoba yang kian mengintai generasi muda. “Remaja hari ini harus cakap digital dan berani menolak narkoba. Karena masa depan bangsa ada di pundak kalian,” tegasnya.
Suasana acara berlangsung interaktif. Para siswa tampak serius menyimak materi dan aktif mengajukan pertanyaan.
Wijaya Kusuma saat menyampaikan materi tentang literasi digital dan bahaya narkoba di hadapan siswa baru SMK Pasundan Subang.
MPLS ini dijadwalkan berlangsung selama sepekan, mulai 14 hingga 20 Juli 2025. Selain materi dari narasumber, kegiatan juga mencakup pengenalan program keahlian, pelatihan kedisiplinan, dan kegiatan kreatif siswa.
Dengan bekal materi yang disiapkan secara matang dan narasumber yang kompeten, MPLS 2025 diharapkan mampu menciptakan siswa yang tangguh, disiplin, serta siap menghadapi tantangan dunia industri dan teknologi.
Hari ini, Senin (14/7/2025), memasuki tahun ajaran baru sekaligus pelaksanaan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS).
MPLS diselenggarakan di seluruh jenjang satuan pendidikan, mulai dari PAUD/TK, SD, SMP, hingga SMA/SMK.
Tujuan dari MPLS yakni memperkenalkan siswa baru dengan lingkungan yang akan menjadi tempatnya menimba ilmu.
Bagi siswa, naik jenjang pendidikan menjadi salah satu milestone atau pencapaian baru dalam kehidupannya.
Anda juga dapat menyampaikan ucapan selamat datang kepada siswa baru yang mengikuti MPLS 2025.
Berikut contoh kata-kata ucapan selamat mengikuti MPLS 2025:
Ucapan dari Sekolah
1. Selamat datang, siswa baru! Semoga MPLS ini jadi awal yang menyenangkan untuk petualanganmu di sekolah ini.
2. Selamat bergabung di keluarga besar kami! Nikmati setiap momen MPLS 2025 dan jadikan pengalaman berharga.
3. Selamat datang di rumah barumu! Ikuti MPLS dengan semangat dan siapkan dirimu untuk meraih banyak prestasi.
4. Hai para siswa baru! Semoga Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) tahun 2025 ini bisa memfasilitasi adaptasi kalian dan memberikan kesempatan untuk menjalin pertemanan yang luas.
5. Halo para calon pemimpin bangsa! Mari manfaatkan MPLS ini sebagai pijakan awal yang positif dengan menggali ilmu sebanyak mungkin.
6. Selamat datang di dunia pengetahuan! Semoga Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah ini memberikanmu persiapan yang memadai untuk belajar di tempat ini.
7. Selamat datang, generasi penerus bangsa! Manfaatkan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah ini sebagai kesempatan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru.
8. Selamat datang di sekolah yang kamu idam-idamkan! Manfaatkan setiap aktivitas Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) dan ciptakan momen tak terlupakan dengan sahabat-sahabat baru.
9. Selamat memasuki fase baru dalam dunia pendidikanmu! Semoga Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) tahun 2025 ini dapat memberikan inspirasi.
10. Selamat datang! Ayo kita wujudkan suasana belajar yang menggembirakan dan suportif selama Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah ini.
11. Selamat datang di sekolah ini, tempat kisah-kisah indahmu akan terukir. Manfaatkan setiap momen selama MPLS!
12. Ayo bersemangat dalam MPLS! Ini bukan sekadar soal tata tertib, melainkan tentang menjalin relasi dan mendapatkan hal-hal baru.
13. Sambutan hangat untuk kalian! Ayo kita bangun suasana MPLS yang bersahabat dan akrab bersama.
14. Selamat berpartisipasi dalam MPLS 2025! Manfaatkan waktu ini sebaik mungkin untuk beradaptasi dengan cara yang menggembirakan.
15. Selamat datang siswa baru, nikmati masa MPLS 2025! Semoga kegiatan ini menjadi pembuka untuk pertemanan dan pengalaman menarik di sekolah.
Pesan dari Wali Murid
1. Semoga sukses dalam MPLS-nya ya, Nak! Ini adalah peluang berharga untuk mengenali lingkungan yang baru, serta menggali...passion, serta merencanakan hari esok yang cemerlang.
2. Selamat datang di sekolah yang baru ini, Nak. Kami harap kamu bersemangat dalam belajar, jangan ragu untuk bertanya, dan berkembang menjadi individu yang luar biasa.
3. Semangat menjalani MPLS ya, sayang! Papa/Mama yakin kamu akan sukses, menunjukkan kemampuan terbaikmu, dan membanggakan kami.
4. Selamat datang di gerbang ilmu, Nak! Semoga MPLS ini memberimu bekal yang cukup untuk menempuh pendidikan dengan lancar dan penuh kesenangan.
5. Selamat datang di sekolah impianmu, Sayang! Nikmati setiap kegiatan MPLS, buat kenangan tak terlupakan, dan persiapkan dirimu untuk masa depan cerah.
6. Hai anakku yang hebat! Selamat MPLS, semoga kamu selalu semangat, menemukan hal-hal yang kamu suka, dan meraih prestasi di setiap langkah.
7. Semoga MPLS 2025 ini membantumu beradaptasi dengan baik, menemukan kebahagiaan, dan belajar banyak hal baru. Selamat datang di dunia baru!
8. Anakku, selamat datang di sekolah barumu! Kami berharap kamu bisa tumbuh dan berkembang maksimal di lingkungan yang positif ini.
9. Selamat datang di sekolah yang akan jadi rumah keduamu, Nak. Kami berharap kamu menikmati setiap proses adaptasinya dan menjadi anak yang sukses.
10. Selamat mengikuti MPLS 2025! Semoga ini jadi awal yang penuh berkah untuk perjalanan pendidikanmu yang panjang.
11. Selamat datang di petualangan barumu! Kami berharap MPLS ini membantumu menemukan jati diri dan membuka jalan menuju impianmu.
12. Semangat MPLS, Nak! Papa/Mama selalu mendoakanmu. Kami berharap kamu bisa bersosialisasi dengan baik dan menemukan kebahagiaan di sekolah barumu ini.
13. Selamat bergabung dengan semangat baru! Semoga MPLS ini menjadi awal yang cerah untuk perjalanan pendidikan yang penuh makna dan keberhasilan.
14.Anakku, bersiaplah untuk banyak pengalaman seru! Selamat mengikuti MPLS 2025 dan raihlah setiap kesempatan untuk belajar dan berkembang.
15. Selamat menikmati MPLS 2025! Semoga ini jadi awal dari perjalanan pendidikan yang luar biasa, penuh inspirasi, dan membawa kesuksesan besar bagi masa depanmu.
Baca artikel menarik lainnya diGoogle News.
, MEDAN -Dengan menghadapi keterbatasan dana, semangat mengajar yang telah tumbuh sejak masa SMA menjadi bekal utama Ade Risma dalam mendirikan pusat bimbingan belajar Ocean Education Center, yang kini tidak hanya membimbing puluhan siswa, tetapi juga memberdayakan sembilan mahasiswa sebagai pengajar.
Keinginan Ade Risma untuk masuk ke dunia pendidikan telah tumbuh sejak ia masih kecil. Baginya, menjadi seorang guru bukanlah pilihan terakhir, tetapi merupakan panggilan dari hati.
"Sejak kecil, bila ditanya tentang cita-citanya, jawaban saya selalu ingin menjadi guru," kenang Risma sambil tersenyum.
Ambisi terus berkembang, didorong oleh harapan orang tua yang semakin kuat saat ia mulai mempelajari Bahasa Inggris di bangku SMP. Namun, sebagai anak dari keluarga biasa, Risma sempat ragu untuk memiliki ekspektasi terlalu tinggi. Ia memahami bahwa biaya untuk melanjutkan pendidikan tinggi dan menjadi seorang guru tidaklah sedikit.
Namun, semangatnya tetap tak pernah padam. Dengan ilmu yang dimilikinya, Risma mulai membangun jalannya sendiri. Sejak duduk di bangku SMA, ia telah memulai mewujudkan impiannya dengan membuka les kecil di rumahnya dan tekun mengajar dari rumah ke rumah.
"Sejak SMA, saya sudah membuka les kecil-kecilan dan mengajar dari rumah ke rumah. Penghasilannya tidak terlalu besar, karena saya memang menyukai dunia mengajar," katanya.
Untuk Risma, mengajar bukan lagi sekadar impian, tetapi telah menjadi kegemaran dan minat yang mendalam.
"Terasa seperti kebiasaan. Saat merasa bosan, mengajar justru membuat saya kembali bahagia. Segala kelelahan hilang," katanya.
Kegiatan ini yang membuatnya semakin mencintai dunia pendidikan.
Berkat usaha dan ketekunannya, ia berhak mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan studi tinggi di Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, Universitas Islam Negeri Sumatra Utara (UINSU).
Perjuangan di bangku kuliah tentu tidak mudah. Masalah keuangan masih sering menghantui. Namun, berkat pengalamannya dalam mengajar, Risma semakin semangat. Ia membuka les privat sendiri, mencari siswa dengan datang langsung ke rumah-rumah untuk menawarkan bimbingan belajar.
Ketekunan dalam mendidik tidak memperhatikan usia. Risma pernah mengajar siswa dari jenjang pra sekolah (PAUD) hingga SMA. Menurutnya, setiap tingkat pendidikan memiliki tantangan masing-masing.
"Mengajar anak usia dini memiliki tantangan yang berat, karena banyak orang tua mengharapkan anaknya sudah mampu menguasai berbagai hal. Padahal, pada usia tersebut mereka sedang dalam masa paling aktif bermain dan mengeksplorasi," katanya.
"Anak akan berkembang sesuai dengan usianya. Itu sebabnya pemerintah menetapkan aturan usia masuk Sekolah Dasar pada usia 7 tahun, agar anak telah siap secara alami," tegasnya.
Tantangan Mengajar di Daerah
Risma, yang spesialisasinya dalam Bahasa Inggris, ditugaskan untuk mengajar di sebuah sekolah menengah atas di daerah Tapanuli Tengah. Ia menghadapi lingkungan budaya yang berbeda, di mana siswa lebih akrab menggunakan bahasa daerah dan kurang termotivasi untuk belajar bahasa asing.
Ini adalah tantangan yang baru. Ketika mengajar di kota, anak-anak sudah memiliki keinginan sendiri untuk belajar Bahasa Inggris. Di daerah, budayanya berbeda," katanya.
Menurutnya, keadaan ini berbeda dengan di Medan, di mana orang tua lebih cenderung memiliki pikiran yang terbuka dan mendukung anak-anak mereka.
Keyakinan dan pengalaman tersebut akhirnya membawa Risma pada pencapaian terbesarnya saat ini, yaitu mendirikan pusat bimbingan belajar sendiri, Ocean Education Center. Saat ini, jumlah muridnya telah mencapai 75 orang dengan sistem pembelajaran online maupun offline.
Kemampuannya yang luar biasa, ia mampu menciptakan kesempatan kerja bagi mahasiswa dengan mengangkat sembilan orang sebagai guru.
"Awalnya saya ragu mengikuti kelas online, khawatir anak-anak akan merasa bosan. Namun setelah kami memulai dengan inovasi metode pembelajaran, ternyata anak-anak betah, bahkan jumlah siswa kami terus meningkat," katanya.
Lembaga bimbingan belajar Ocean Education Center yang ia buka menyediakan layanan untuk berbagai jenjang pendidikan dengan beragam mata pelajaran, baik umum maupun khusus Bahasa Inggris.
Di akhir diskusi, Risma menyampaikan harapannya terhadap dunia pendidikan di Indonesia. Ia menyarankan agar para orang tua terus mengikuti perubahan jaman dan lebih bersikap terbuka, karena rumah tangga merupakan tempat utama bagi perkembangan seorang anak.
"Biarkan anak-anak berkembang sesuai dengan keahlian dan bidang masing-masing. Ilmu yang ada saat ini sangat luas, mereka tidak perlu menguasai semua bidang," katanya.
Dengan semangat ini, Risma tidak hanya mengwujudkan impiannya sejak kecil, tetapi juga membuka jalan bagi ratusan siswa dan guru muda untuk berkembang bersama.
medkomsubang Tokoh pemimpin yayasan elite Al Kareem Islamic School di kawasan Bekasi, Jawa Barat kini menjadi pertanyaan publik.
Sekolah Islam Yayasan Al Kareem diduga tidak memiliki sertifikat resmi dan dianggap bodong.
Alhamdulillah Islamic School merupakan sekolah swasta dengan basis kurikulum internasional.
Program berbasis kurikulum Cambridge diketahui diadakan oleh sekolah yang mencakup jenjang TK hingga SD.
Namun, basis kurikulum internasional itu ternyata hanya bualan penyelenggara saja lantaran berbeda dengan fakta lapangan.
Ketua Yayasan sebagai Kepala Sekolah dari sekolah swasta elit ini juga diduga menggunakan guru sebagaimana penggunaan asisten rumah tangga (ART).
Sekarang figur ketua yayasan Al Kareem School menjadi perhatian, bahkan banyak yang penasaran dengan dirinya.
Namun hingga kini belum diketahui siapa sosok ketua yayasan tersebut.
Karena ketua yayasan tidak muncul ke publik, hanya pengacara pihak yayasan yang buka suara.
Guru Mengaku Diperlakukan Seperti ART
Seorang guru, Salsabila Syafwani, mengatakan bahwa cara-cara kepala yayasan yang juga kepala sekolah memperlakukan para guru seperti asisten rumah tangga (ART) membuat dirinya bersama rekan-rekan guru lainnya menjadi resah.
"Kami kan dikontrak sebagai staf pendidik, tapi terkadang kami tuh diberikan jobdesk di luar tugas kami sebagai guru, jadi kadang masalahnya di situ aja sih," kata Salsabila saat diwawancara Senin (16/6/2025).
Anisa Dwi Zahra, guru lainnya, menjelaskan, dia bersama guru-guru lainnya diperlakukan mirip pembantu rumah tangga.
"Saya pernah disuruh belanja kebutuhan rumah tangga, nganter jemput anak beliau. Jadi banyak job desk yang tidak sesuai dengan tugas kami, jadi kita tuh disuruh jalani job desk kayak ART-nya mereka," jelas Anisa, Senin (16/6/2025).
Kata Anisa, dia bahkan sempat diminta untuk membelikan ayam goreng untuk anak pemilik yayasan dan lokasinya cukup jauh.
"Saya pernah diminta membelikan ayam goreng jauh-jauh ke Jatiasih, padahal ayam goreng di sekitar sini (Bekasi Utara) juga ada, Saya sudah mengeluh, kenapa beli jauh-jauh, tetapi pihak yayasan tidak tahu alasan saya, akhirnya ya saya jalani saja," katanya.
Meskipun sering diberikan uang tambahan, Anisa tetap keberatan dengan perlakuan kepala yayasan tersebut.
"Dapat uang bensin, tapi keberatan karena jauh sih, jarak dari sini ke tempat ayamnya itu kan lumayan jauh," katanya dengan wajah cemberut.
Tenaga pelajar lainnya, Raihan Tri Wahyudi, menegaskan bahwa setiap hari sebelum bekerja, ia selalu diminta untuk pergi ke rumah pemilik yayasan terlebih dahulu guna mengantar anaknya sekolah.
"Setiap hari sebelum bekerja, harus ke rumah beliau (pemilik yayasan) untuk mengantar anak-anaknya berangkat sekolah," ucapnya.
Raihan mengatakan dirinya berat hati menolak permintaan pemilik yayasan karena menyadari dirinya berstatus karyawan.
"Untuk biaya tambahan saya hanya mendapatkan gaji selama kerja di kantor sebagai staff education tapi saya bekerja kebanyakan di rumah beliau (pemilik yayasan) mengantar anak-anaknya ke sekolah, ke tempat les, dan belanja itu saya," tutur Raihan.
Pengunduran diri massal
Semua guru di sekolah swasta diduga bodong, Jalan Baru Perjuangan RT 04 RW 11 Marga Mulya, Kecamatan Bekasi Utara, Kota Bekasi melakukan resign atau berhenti kerja massal.
Seorang guru, Salsabila Syafwani mengatakan bahwa ternyata pengunduran diri yang dilakukan oleh rekan-rekannya seprofesi sudah berlangsung sejak Jumat (13/6/2025).
"Kami mengajar terakhir itu hari Jumat (13/6/2025) masuk, tapi harusnya di minggu ini, tapi karena ada kejadian tersebut (dugaan sekolah bermasalah) jadinya stop di hari Jumat," kata Salsabila saat diwawancara Senin (16/6/2025).
Salsabila menjelaskan bahwa resign massal yang dilakukan tujuh orang guru itu dibuktikan dengan lembaran kertas yang ditandatangani di atas materai oleh seluruh guru dan kepala yayasan sekaligus diduga menjabat kepala sekolah.
Setelah pengunduran diri massal, pihak guru mengaku sudah tidak berkomunikasi sedikitpun dengan kepala yayasan.
"Sejujurnya dari per Juni itu kami sudah lost contact, tepatnya 13 Juni itu lost contact dalam artinya memang tidak mau komunikasi saja," jelasnya.
Salsabila mengatakan bahwa informasi tentang pengunduran diri massal ternyata tidak disampaikan oleh kepala yayasan kepada semua orangtua murid.
Meskipun guru tidak lagi dapat atau diizinkan berkomunikasi oleh kepala yayasan kepada orangtua murid melalui akun email sekolah yang sebelumnya sering digunakan sebagai media komunikasinya.
Mengingat akun email sekolah tersebut sudah diganti password, dan para guru tidak mengetahuinya.
"Kami juga sudah kehilangan akses untuk memberitahukan informasi kepada orangtua murid, jadi kami tidak tahu-menahu lagi untuk memberitahukan hal tertentu kepada mereka," tuturnya.
Gaji Sering Dipotong
Terbaru, ada informasi baru tentang dugaan bahwa pihak sekolah sering memotong gaji para guru tanpa pemberitahuan.
Guru Salsabila Syafwani mengatakan dirinya sempat mengalami pemotongan gaji sebesar Rp 700 ribu per bulan.
"Kami digaji tidak pernah full banyak potongan dan kami tidak pernah ketahui itu potongannya untuk apa, potongan gaji pernah mencapai Rp 700 ribu," kata Salsabila saat dikonfirmasi, Selasa (17/6/2025).
Salsabila menjelaskan bahwa dia sempat bingung dengan penyebab pihak sekolah dapat memotong gaji dirinya tanpa keterangan.
Ia bahkan mengaku tidak sering diberikan slip gaji oleh pihak sekolah.
"Jadi kami itu tidak pernah dapat transaksi slip gaji kecuali kami minta, kami juga tidak didaftarkan BPJS, otomatis bukan pembayaran untuk BPJS itu potongannya, intinya kami tidak tahu itu potongan kenapa," jelasnya.
Itu dibenarkan oleh guru Anisa Dwi Zahra, yang mengaku tidak pernah menerima gaji penuh per bulan sesuai dengan kontrak kerja dari pihak sekolah.
"Saya menerima gaji yang tidak penuh karena gajiku sebesar Rp 1,9 juta tetapi sering dipotong dan yang saya terima hanya Rp 1,5 juta, dengan potongan sekitar Rp 400 ribu," jelas Anisa ketika dikonfirmasi, Selasa (17/6/2025).
Anisa menyatakan tidak mengetahui alasan pengurangan gajinya.
Padahal menurutnya kalau ia mengikuti selalu aturan yang diterapkan pihak sekolah, diantaranya tepat waktu masuk kerja.
"Saya juga tidak tahu mengapa itu dipotong, padahal saya selalu tepat waktu saat bekerja dan tidak pernah telat, bahkan pihak sekolah juga tidak pernah memberikan penjelasan," katanya.
Anisa menegaskan bahwa ketika dirinya menerima slip gaji, tidak ada penjelasan tentang aliran potongan tersebut.
Berdasarkan keluhan itu, ia berharap pihak relevan dapat segera membantu dirinya dengan rekan guru di sekolah tersebut yang saat ini sudah berhenti kerja atau mengundurkan diri secara massal pada Jumat (13/5/2025).
“Saat saya menerima slip gaji, tidak ada penjelasan tentang potongan uang itu untuk apa, kami tidak mendapatkan BPJS meskipun dalam kontrak kerja tertulis ada BPJS,” tegasnya.
Denda Hingga Ijazah Ditahan
Terdapat ketidaksesuaian yang terungkap dari Al Kareem Islamic School di Jalan Baru Perjuangan, Marga Mulya, Bekasi Utara yang diduga melakukan penipuan.
Pihak sekolah mengenakan denda bagi guru-guru yang dianggap tidak memenuhi standar yang ditentukan.
Pihak Al Kareem Islamic School diduga bahkan sampai menahan ijazah seorang guru, meskipun yang bersangkutan sudah berhenti bekerja atau resign.
Salsabila Syafwani, mengatakan bahwa ijazahnya ditahan oleh pihak sekolah hampir lebih kurang satu tahun.
“Ijazah salah satu guru masih ditahan dan sudah hampir satu tahun,” kata Salsabila saat dikonfirmasi, Selasa (17/6/2025).
Salsabila menjelaskan berdasarkan kesepakatan kontrak kerja di awal, jika pekerja dalam kurun waktu di bawah tiga bulan tidak memenuhi standar aturan sekolah, maka perlu membayar denda sebesar Rp 250 ribu.
Namun menurut pengakuan Salsabila, ada ucapan dari pihak sekolah yang tidak sesuai dengan kesepakatan kerja jika ada tambahan denda sebesar Rp 500 ribu.
“Ijazah itu ditahan kalau misalkan pekerja ini tidak proper dan di bawah tiga bulan, sehingga harus bayar denda Rp 250 ribu sesuai kontrak tertulis, tapi beberapa kasus karyawan baru yang baru masuk di tahun 2025 ada omongan secara verbal kalau ada tambahan denda Rp 500 ribu, dan itu tidak tertulis di dalam kontrak,” jelasnya.
"Jika uang tersebut tidak dibayarkan, ijazah tidak akan diberikan, ada kemungkinan," tambahnya.
Klarifikasi dari Pihak Yayasan
Pengacara Al Kareem Islamic School, Mario Wilson Alexander, mengatakan bahwa pihak sekolah berjanji akan bertanggung jawab mengganti kerugian seluruhnya yang dialami sejumlah pihak.
"Tempat ini (Sekolah) disegel karena ada kesalahan dari yayasan, dan yayasan akan tetap bertanggung jawab setiap masalah yang ada," ucap Mario saat dikonfirmasi, Rabu (18/6/2025).
Mario menjelaskan kesalahan yang dilakukan pihak yayasan adalah mengenai keuangan.
Namun ia tidak berkenan merincikan permasalahan keuangan tersebut seperti apa.
"Dalam hal ini kesalahan yayasan adalah keuangan, tapi memang ada sesuatu hal yang bisa diekspos dan ada yang tidak bisa diekspos," jelasnya.
Mario menuturkan bahwa upaya tanggung jawab yang akan dilakukan pihak Al Kareem antara lain dengan mengikuti prosedur bantuan masuk sekolah yang difasilitasi Pemerintah Kota (Pemkot) Bekasi dalam hal ini Dinas Pendidikan (Disdik).
"Saya sudah meeting dengan pihak Disdik ranah PAUD, anak-anak yang masa sekarang ini sudah mau ke SD akan dibantu karena sudah habis PK pendaftarannya dan akan dibantu untuk masuk ke sekolah. Yayasan akan mengikuti arahan selanjutnya dari Disdik," tuturnya.
Mario menyampaikan bahwa untuk membayar semua tanggung jawab dari aspek materiil, pihak yayasan akan menjual aset sekolah Al Kareem Islamic School.
Pengembalian uang kepada orangtua akan dilakukan jika aset sekolah sudah terjual.
"Untuk kerugian yang dirasakan dan dialami oleh orangtua murid itu yayasan akan menjual aset semuanya dan akan menggantikan uang orang tua murid," katanya.
Selain itu, Mario menegaskan bahwa pihak sekolah juga akan bertanggung jawab melunasi tunggakan gaji para guru.
"Semuanya akan dibayarkan (gaji) karena ijazahnya yang kemarin ditahan pun sudah dikembalikan semua, jadi clear ijazah ditahan sudah tidak ada," tegasnya.
Sebagai orangtua murid, Rio berharap yayasan dapat melakukan ganti rugi kepada seluruh pihak yang dirugikan.
"Kami masih berharap ada itikad baik terkait pengembalian ganti rugi dari pihak yayasan," harap Rio.
Rio menyatakan rasa syukur setelah Pemkot Bekasi melakukan penutupan.
Ia berharap selanjutnya tidak ada lagi kasus serupa terjadi.
"Alhamdulillah sesuai dengan harapan orang tua murid, ini langkah awal semoga tidak ada korban lagi, itu yang harapan kami," ungkapnya.
Baca berita medkomsubang lainnya di Berita Google
Ikuti dan Bergabung di Saluran Whatsapp medkomsubang
Artikel ini telah tayang di Tribunbekasi.com dengan judul Jeritan Guru di Bekasi Diperlakukan Mirip ART: Disuruh Beli Ayam Goreng Hingga Antar Anak Sekolah
Kegiatan Kirab ini dilepas star dan Finis oleh Pj Bupati Subang
Dr. Drs. Imran, M.SI., MA.cd ,Sebanyak 35.000 peserta itu berasal dari para
pelajar dari berbagai tingkatan di lingkungan Pendidikan Subang, TNI, Polri,
Instansi, Perusahaan, dan lainnya.
Saaat ditemuai media PJ Bupati Subang mengucapkan syukur
kegiatan ini kondusip dan meriah “Saya bersyukur, hari ini kegiatan bisa
berjalan dengan lancar, tentunya ini anugerah bagi kita semuanya bahwa jiwa
nasionalisme di Subang masih ada, masih tumbuh,”ujarnya
Pj Bupati Subang mengungkapkan, keterlibatan seluruh stakeholder
dalam dalam kegiatan ini, menunjukan wajah karakter bangsa Indonesia dalam
balutan nasionalisme dan Patriotisme dan ini pun menjadi bukti Subang adalah
Kabupaten yang berjiwa Nasionalisme yang tinggi dan menjaga keutuhan dan
kerekatan NKRI
Kegiatan yang dilaksanakan dalam kegiatan ini selain Kirab yang
membentangkan Bendera sepanjang 79 meter dan Juga dilaksanakan Lomba Baca Puisi
dan Lagu Kemerdekaan yang dilaksanakan di Aula Pemda Subang, pemenang dari
lomba akan ditampilkan saat Upacata Detik detik Proklamasi 17 Agustus Mendatang
di Alun alun Kabupaten Subang.
Generasi remaja dilingkungan
sekolah adalah generasi emas mendatang yang akan mengisi kemerdekaan dan
meneruskan cita cita perjuangan para pendahulu maka dari itu remaja remaja
dilingkungan ini mesti terjaga dan terbebas dari hal hal yang negative ,
berkaca dari hal tersenut GARDA ANTI NARKOBA INDONESIA (GAN) secara rutin menggelar konsolidasi dan
penpebaran informasi terkait salah satu hal yang akan membuat generasi
mendatang terganggu perkembangannya salah satunnya dengan memahami dampak
penyalahgunaan Narkotika .
Kegiatan yang dimaksud adalah
Gerakan sapa remaja ke sekolah sekolah dalam waktu MPLS tahun 2024 yang
berjalan Dengan lancar selama satu minggu penuh dari Tanggal 15 - 19 Juli 2024 di
berbagai sekolah di kabupaten Subang , Lembaga sosial Pencegahan dan
Pemberantasan Narkoba GARDA ANTI NARKOBA INDONESIA menyampaikan Penyuluhan
Bahaya Narkoba secara maraton di 11 Sekolah Yang Berada di Kabupaten Subang.
“Alhamdulillah Kegiatan Yang
Masuk di MPLS (Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah) Tahun Ajaran 2024-2024
Berjalan Dengan Baik dan Interaktif “ ucap Ketua umum W Waluya kepada awak
media disela sela kegiatan
“ Semoga GARDA ANTI NARKOBA
INDONESIA kedepan bisa Menekan Angka Peredaran gelap Narkoba di wilayah subang”
tambahnnya lagi .
Sementara itu Ketua Korwil Subang
Selatan mengungkapkan “ Ini adalah bukti nyata kita peduli generasi Indonesia
mendatang khususnnya disubang, kami ucapkan terimakasih banyak kepada semua
pihak yang turut membantu suksesnnya kegiatan yang serentak dilaksanakan ini
“Kita apresiasi seluruh lintas sektor
terkait , alhamdulilah kegiatan ini lancar dapat dilaksanakan semaksimal
mungkin” Ungkap Wijaya Kusuma, S.AN selalu Ketua Korwil Garda Anti Narkoba
Wilayah Subang Selatan.
Sementara itu Ketua Umum W.
Waluya SE Juga Memberikan Apesiasi Penuh dan Ucapan Terimakasih Kepada Badan
Kesatuan Bangsa Dan Politik (Bakesbangpol) Kabupaten Subang Yang Di Kepalai Bapak RONA
MAIRANSYAH.AP,.M.Si dan Seluruh Tim Terpadu P4GN Kab.Subang dalam Rangka
Kegiatan Penyuluhan Bahaya Narkoba di Lingkungan Pendidikan
Pada hari ini
Garda Anti narkoba menyambangi SMP Negeri 2 Kecamatan Binong dan untuk sesi ke
dua bertmpat Di SMP-SMA al azhar Tambakdahan.kegitan antusias diikuti tidak
hanya peserta didik bari namun staff guru dan siswa lainnya pun menyimak
paparan yang disampaikan oleh ketua Umum Garda Anti Narkoba Indonesia W Waluya,
SE
Kegiatan ini disampaikan informasi bahaya
penyalahgunaan narkoba dikalangan remaja dan pelajar, serta informasi hidup
sehat. Yang tentunnya kedepannya Diharapkan pelajar yang mengikuti kegiatan ini
dapat menjauhi narkoba dan berprestasi dalam belajar.
Ketua Umum garda Anti narkoba mengatakan saat di hampiri awak medkom subang network berharap dengan penyuluhan kepada siswa-siswi MPLS ini akan paham
dan mengerti terhadap bahaya narkoba bagi dirinya dan dampak sosial
dimasyarakat bagi dirinya, dan dampak masa depan bagi dirinya," Jelasnnya
lagi
Penyelenggaraan ini kerjasama Garda Anti Narkoba dan Badan
Kesbangpol Kabupaten Subang yang memang konsen terhadap sosialisasi P4GN di
kabupaten Subang
Sementara Esa Firmansyah pengurus RTik Jawa Barat yang juga sebagai dosen di salah satu universitas di Sumedang menjadi narasumber terakhir pada seminar literasi digital di SMK Negeri 1 Dawuan dengan mengusung materi budaya bermedia digital dengan menerapkan nilai-nilai Pancasila di dalam kehidupan dunia digitalisasi.
Terlihat antusiasme siswa siswi dalam mengikuti seminar literasi digital dengan didampingi oleh para guru belajar dengan tetap focus, mencerna dan memperhatikan setiap materi yang mereka terima hingga akhir kegiatan seminar. Dan mereka berharap kegiatan ini menjadi rutin sebagai tambahan ilmu dalam bermedia digital.
![]() |
Program Penghijauan SDN Cinangka 03 |
Bandung, Jumat (24/2)
bertempat di SDN Cinangka 03 Jalan Paratag No. 72, Melatiwangi, Kecamatan
Cilengkrang Kabupaten Bandung, Mengadakan kegiatan penghijauan dan tamanisasi
sebagai bentuk pengenalan menjaga dan merawat lingkungan sekitar sekolah. Kegiatan ini tentunya melibatkan seluruh
peserta didik kelas I sampai dengan kelas VI. Peserta didik diminta untuk
membawa Tanaman, selain diminta untuk membawa tanaman, peserta didik juga
diminta untuk membantu menyiapkan media tanam yang akan digunakan. Tujuan dari
kegiatan ini selain untuk memberikan edukasi bagi peserta didik juga untuk
menumbuhkan rasa cinta terhadap lingkungan di sekitar sekolah.
Kegiatan penghijauan dan tamanisasi dimulai pada
pukul 07.00 yang dilaksanakan di halaman sekolah. Jenis tanaman yang dibawa
oleh peserta didik sangat beragam macamnya. Peserta didik dibebaskan membawa
jenis tanaman yang mereka inginkan. Jenis tanaman yang dibawa oleh peserta
didik diantaranya tanaman hias, tanaman obat keluarga (TOGA), tanaman warung
hidup. metode pembelajaran yang bersifat praktikal ini mulanya berasal
dari ide salah seorang guru wali kelas di kelas I yaitu Ibu Nani Netty Prihatini yang meminta peserta
didik membawa tanaman hias berbunga. Kegiatan pembelajaran ini juga
mendapatkan respon positif dari seluruh warga sekolah dan orang tua dari
peserta didik.
Kegiatan
ini juga menunjukkan bahwa di SDN Cinangka 03 tidak hanya berfokus pada
pembelajaran di dalam kelas yang menjadi tujuan utama dari Pendidikan, namun
kegiatan ini bertujuan untuk mengajarkan peserta didik untuk peduli dan peka
terhadap lingkungan sekolah maupun luar sekolah. Selain itu kegiatan
penghijauan dan tamanisasi sekolah ini sebagai salah satu cara terwujudnya
dan terciptanya sekolah Adiwiyata atau yang biasa disebut dengan Green
School.
Dengan demikian, program yang diselenggarakan sekolah dapat
mendorong lahirnya kompetensi literasi pada setiap siswanya. Untuk itu, SDN 258
Sukarela mengadakan nonton bersama film 3 dimensi ini sebagai wujud menumbuhkan
salah satu kemampuan literasi siswa dalam literasi digital. Sebanyak 500 siswa
dari kelas I sampai dengan kelas VI, sangat antusias dan semangat untuk
menonton film. Kegiatan ini diadakan oleh sekolah bersama esoCinema3D sebagai
penyelenggara bioskop sekolah 3 dimensi edukasi dan hiburan serta mahasiswa
Universitas Pendidikan Indonesia kampus daerah Cibiru. Film yang disaksikan
oleh siswa merupakan sebuah film edukasi yang dapat meningkatkan pengetahuan
maupun karakter siswa.
Kegiatan nonton film
bersama ini bertujuan agar siswa Sekolah Dasar mendapat pengetahuan baru dan
lebih luas. Tidak hanya itu, pihak sekolah pun mengatakan “tujuan
lainnya selain lebih ke edukasi, terdapat juga pengalaman menonton dan mereka
diajak berimajinasi karena 3D seperti nyata, suasananya pun mendeketi seperti
bioskop dan juga refreshing bagi anak”. Sekolah pun berharap kegiatan
ini dapat dilakukan kembali kedepannya dengan film-film yang lebih menarik dan
berpengetahuan lebih lagi. Sehingga pengimplementasian literasi digital ini
dapat dirasakan manfaatnya oleh siswa. Selain literasi digital, sekolah juga
memiliki keinginan untuk menumbuhkan kemampuan literasi budaya dan
kewarganegaraan siswa dengan bermain alat musik angklung yang dimainkan secara
bersama-sama. Ada pun Agil Nanggala, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing Lapangan,
menegaskan urgensi dalam membentuk peserta didik SD, yang memiliki atensi dan
kapasitas literasi yang mumpuni, agar menjadi warga negara dewasa.
![]() |
Mahasiswa dan Dosen UPI Foto Bersama Kepala Sekolah SDN 258 Sukarela |
Kegiatan ini adalah rangkaian
kegiatan dari Kementrian Kominfo melalui Pandu Digital yang secara serempak
dilaksanakan secara maratos se Indonesia,
Dalam kegiatan ini siswa di SMK
yang dikunjungi mendapatkan pengetahuan terkait 4 (empat) Pilar Litersasi digital
yang masing masing disampaikan oleh Nara Sumber, seperti dikutip SUBANGKAB.COM
m ketua RTIK Subang Wijaya Kusuma,S,AN menyampaikan kegiatan ini sangat sarat
dengan keilmuan apalagi di era seba Digital “ Semakin kita memahami Litersi
Digital maka kami berharap semakin cakap juga siswa menyingkapi kemajuan
teknologi media digital dikemudian hari” ungkapnnya
Sementara Didin Syamsudin sebagai
tenaga pengajar di SMK PGRI subang berharap kegiatan ini terus secara rutin
dilakukan “ kegiatan ini sangat bermamfaat untuk Siswa sebagai bekal dikemudian
hari “ paparnnya
Lokasi Kedua di SMK pasundan para
nara Sumber diisi Oleh Kepala Sekolah yang sekaligus pula sebagai pengurus
Relawan TIK Kabupaten Subang Bapak Nano Supriatna, S.KOM, lalu Di sambung oleh
Relawan TIK Jawa barat DIDNO ,SE serta Kang Kukun Kurniawan sebagai bara sumber
mewakili RTIK Subang
Ketua KPU bersama Ketua Prodi PKn Doktoral dan Magister UPI |
Hadir sebagai pembicara pada kegiatan tersebut, Ketua KPU Subang Suryaman, dalam materi yang disampaikan seputar kepemiluan tata cara pemilu. dalam konstelasi pemilu mencari calon - calon pemimpin kedepan. sementara tahun pemilu akan berlangsung di tahun 2024, Suryaman menghimbau bagi pelajar yg sudah bisa untuk memilih dan masuk dalam pendataan pemilih agar tidak golput, karena nasib bangsa ditentukan dari para pemilih. suryaman juga menjelaskan akan perbedaan Pemilihan Umum dan Pemilihan Kepala Daerah. Untuk pemilu diadakan tanggal 14 februari tahun 2024 sementara untuk pilkadanya dilaksanakan pada tgl 27 November 2024. Bagaimana dengan posisi pelajar SMA dan sederajat usia 17 tahun ini sedang didata oleh KPU. Apabila KPU sudah mendata untuk pemilih yaitu dengan ditempelkan stiker bagi masyarakat didata pada saat ini. Dengan mendata secara di coklit Yaitu daftar pemilih tetap. Apabila belum di coklit yaitu dengan menunjukkan KTP dan dinama kan daftar pemilih khusus. Jadi bagi teman - teman harus dalam pemilu yaitu pro dan aktif dalam pemilu. Suryaman memperkenalkan Penyelenggara dalam pemilu yaitu KPU, PPK. PPS, KPPS dan peserta ( Partai Politik, independen yaitu Dewan Perwakilan Daerah).
Foto Bersama Peserta Kegiatan |