Anak merupakan elemen penting yang ada di masyarakat, di mana anak merupakan harapan sebagai aset untuk generasi masa depan. Agar dapat mencapai generasi emas, maka merupakan tugas dan tanggung jawab kita bersama untuk memberikan pengasuhan. Serta pendidikan terbaik bagi anak sehingga bisa membangun generasi yang unggul di masa depan.Setiap tanggal 23 Juli kita memperingati hari anak nasional. Seringkali peringatan hari besar hanya sebatas selebrasi tanpa kesadaran penuh akan makna dari peringatan hari besar tersebut. Padahal hari besar bisa menjadi momen untuk melakukan refleksi dan menentukan resolusi agar mendapatkan hari depan yang lebih baik. Hal tersebut merupakan mindset yang perlu ditanamkan ketika memperingati hari anak nasional yang bisa diperingati dengan penuh kesadaran.
Terlepas dengan hal tersebut, perayaan apapun untuk memperingati hari anak nasional adalah wujud kasih sayang dan kepedulian bagi anak anak. Penyelenggaraan peringatan hari anak nasional yang dilaksanakan setiap tahun tersebut memberikan rasa gembira kepada anak-anak. Karena didalamnya ada banyak momen penting yang dapat mereka nikmati pada perayaan tersebut.
Tapi pada saat yang sama, anak-anak belum terbebas dari ancaman-ancaman yang menghantui mereka. Dari mulai kekerasan fisik, kekerasan verbal juga kekerasan seksual. Perundungan di lingkungan sekolah juga di lingkungan masyarakat dan kasus cyberbullying. Selain itu angka pernikahan anak juga cukup memprihatinkan di beberapa daerah di Indonesia.
Maraknya pekerja anak, rokok dan iklan rokok, penyalahgunaan miras dan NAPZA, geng motor, tawuran pelajar, fasilitas umum ramah anak yang kurang memadai dan jauh dari merata. Tidak sedikit juga anak yang terlibat LGBT menjadi ancaman bagi keberlangsungan tumbuh kembang anak. Yang paling tidak disadari oleh kita adalah ancaman penyalahgunaan gadget oleh anak-anak menyebabkan bagian dari sumber masalah dari masalah pada anak saat ini.
Belum lagi anak yang berhadapan dengan hukum karena terseret kasus pidana. Tindak pidana yang dilakukan anak-anak juga bermacam-macam mulai dari kasus kekerasan, perkara asusila, pencurian, senjata tajam, dan penggunaan obat-obat terlarang.
Penyebab
Masalah yang terjadi pada anak-anak memang bukan tanpa sebab. Ada banyak faktor yang menjadi penyebabnya dan ternyata faktor terbesar adalah di internal keluarga masing-masing. Menarik untuk dicermati berdasarkan pengalaman pribadi saya di lapanga. Selama 4 tahun bergerak dalam pendampingan kasus-kasus anak di lembaga yang saya dirikan yaitu Taman Jingga (lembaga non profit untuk perlindungan hak-hak anak dan perempuan).
Setelah pendampingan dari kasus ke kasus anak. Saya menemukan fenomena anak bermasalah baik itu sebagai korban ataupun sebagai pelaku ternyata orang tuanya juga bermasalah. Ini cukup memprihatinkan karena anak yang bermasalah adalah imbas korban dari orang tuanya sendiri yang bermasalah. Sehingga gagal dalam pengasuhan juga kacau dalam manajemen keluarga yanh menjadi mata rantai masalah yang terjadi di internal keluarga.
Ada banyak orang tua yang tidak memiliki kesiapan untuk merawat, mengasuh, mendidik anak. Baik secara ilmu, mental maupun secara finansial sehingga mereka tanpa konsep mengelola keluarga imbasnya ke anak anaknya. Mengelola keluarga sama halnya mengelola perusahaan dan mengelola organisiasi yang memerlukan aturan main agar terarah tertib dan terorganisir. Begitupun mengasuh dan mendidik anak perlu komiten bersama kedua orang tua yang dilandasi ilmu dan strategi. Juga beradaptasi dengan perkembangan zaman sehingga tidak rapuh dan keropos. Karena terbukti ketika individu orang tuanya rapuh, maka anak-anaknya pun rata-rata demikian.
Bila masalahnya ada di internal keluarga maka yang harus menjadi fokus untuk dibenahi ya dari dalam keluarga itu sendiri. Karena inti masalahnya ada di dalam keluarga, sehingga dari sini kita harus jelas dalam memandang inti masalah supaya tidak keliru dalam mengatasinya. Maka benahi dulu orang tuanya baru membenahi anak anaknya. Berawal dari orang tua yang stabil maka diprediksi anak-akan sedikit kemungkinan terkena masalah. Karena anak merasa nyaman dan aman dalam pengasuhan pendidikan di internal keluarganya sehingga tangki jiwanya terpenuhi.
Tangki jiwa
Tangki jiwa anak tidak boleh kosong harus senantiasa penuh terisi oleh kasih sayang perhatian dengan pola asuh yang bena. Sehingga anak-anak tidak kelaparan jiwanya. Apabila jiwanya kosong maka anak akan mengekspresikan dalam bentuk masalah masalah yang mereka perbuat. Hal ini sering tidak disadari oleh para orang tua sehingga memberikan kasih sayang yang salah kaprah. Atau hanya sebatas seremonial juga sebatas memenuhi fasilitas anak saja.
Dari hal tersebut, di sini peranan orangtua dan kualitas hubungan atau bonding orangtua dan anak sangat berperan. Tidak hanya dilihat dari saat ini saja, namun juga harus flashback ke belakang saat anak-anak masih kecil. Bagaimana hubungan kedekatan orang tua dengan anak saat mereka masih kecil? Apa saja yang sudah orang tua lakukan kepada mereka? Apakah mereka trauma? Sedih? Bahagia? Merasa dicintai seutuhnya? Semua itu nantinya akan tercermin dan terpancar keluar saat anak-anak mulai beranjak remaja sebagai masa peralihan dari masa anak anak ke orang dewasa.
Selain masalah internal orangtua, salah satu sumber masalah anak adalah faktor lingkungan. Meskipun faktor lingkungan ini juga masih bisa disiasati dengan benteng yang kuat dari dalam keluarga. Dan menjaga dari kontaminasi yang berlebihan bila dirasa lingkungan sekitar kurang mendukung. Keluarga ibarat imunitas, sekuat apapun virus masalah dari luar atau lingkungan. Apabila ketahanannya keluarga baik, maka kemungkinan hantaman faktor pemicu dari luar akan bisa anak-anak tertangkal.
Kedekatan orangtua dan anak ini bukan hanya dekat secara fisik saja, melainkan juga secara emosional, bonding perasaan. Mampu menyelami karakter dan bagaimana bertindak sesuai karakter anak. Sekali lagi memang fondasi dan kuncinya adalah dari internal keluarga sendiri. Kita semua harus menyadari bahwa karakter anak menjadi baik atau buruk semua itu berawal dari dalam rumah dan dimulai dari kebiasaan-kebiasaan kecil. Dari kebiasaan sehari hari berulang ulang akan terbawa sampai besar.
Amanah
Anak adalah amanah. Amanah yang dipercayakan Tuhan berarti kepercayaan yang diberikan kepada orang tua untuk dijaga sebagamanamestinya. Dalam konteks ini, maka setiap orang tua dipercaya mampu untuk bertanggung jawab dalam menjaga dan merawat anak menjadi generasi yang berkualitas. Tanggung jawab orang tua ada di sepanjang proses tumbuh kembang anak hingga mereka mampu secara mandiri mengelola kehidupannya dimasa yang akan datang.
Orang tua memiliki peran krusial dalam membentuk kepribadian dan perkembangan anak-anak. Sebagai tokoh penting dalam kehidupan anak, orang tua tidak hanya bertanggung jawab untuk memberikan kasih sayang perawatan dan pengasuhan. Tetapi juga berperan sebagai role model yang kuat. Perilaku, sikap, dan nilai-nilai yang ditunjukkan oleh orang tua secara langsung mempengaruhi bagaimana anak-anak mengembangkan diri mereka sendiri. Begitupun dengan karakteristik sampai dengan masalah yang dihadapi anak ini tidak terlepas dari pola asuh dan kebiasaan kebiasaan di internal keluarga.
Disadari memang tantangan orangtua saat ini begitu besar dalam melakukan pengasuhan dan perlindungan pada anak-anak. Berbagai literasi perlu dipelajari dan digiatkan. Misalnya: Kegiatan-kegiatan parenting sangat penting untuk digiatkan tidak hanya di sekolah-sekolah tapi juga pada lingkungan masyarakat. Karena melakukan pendidikan dan pengasuhan pada anak bukan hal yang mudah bagi orangtua.
Tahun 2045 bangsa Indonesia genap berusia 100 tahun. Pada tahun tersebut, Indonesia diharapkan mampu menjadi salah satu negara maju yang mampu bersaing dengan bangsa lain. Oleh karena itu pemerintah berharap pada usianya yang genap satu abad bisa memiliki generasi emas yang akan mampu mewujudkan cita-cita tersebut. Untuk mewujudkan generasi emas, tentu orang tua memiliki peranan yang sangat penting.
Kita semua memiliki peran masing-masing, terutama peran sebagai orang tua. Mengasuh mendidik dengan pola asuh yang baik yang berdasarkan ilmu juga perkembangan zaman. Ali bin Abi Thalib mengatakan didiklah anak sesuai zamannya juga sesuai fase usianya. Jadilah orang tua yang bertumbuh yang tidak lelah untuk belajar, lagi dan lagi.
Mari kita semua bersinergi menjaga agar anak-anak tetap terlindungi, merasa aman serta bahagia dimanapun. Peringatan hari anak nasional menjadi momentum bersama untuk merefleksi kembali bagaimana kondisi anak-anak di sekitar kita. Tentunya untuk melakukan perbaikan-perbaikan dalam menciptakan lingkungan yang aman dan melindungi. Peran kita untuk menjaga anak sebagai aset bangsa”. Selamat Hari Anak Nasional 2024.***
Oleh Ipa Zumrotul Falihah
Direktur Taman Jingga