
Gejolak Internal PBNU: Desakan Mundur untuk Gus Yahya dan Penolakannya
Nahdlatul Ulama (NU), salah satu organisasi massa Islam terbesar di Indonesia, kembali diterpa isu internal yang cukup signifikan. Kali ini, sorotan tertuju pada Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf, yang akrab disapa Gus Yahya. Ia dikabarkan didesak untuk mengundurkan diri dari jabatannya. Namun, Gus Yahya dengan tegas menyatakan tidak memiliki niat untuk mundur dan berkomitmen menyelesaikan mandat kepemimpinannya hingga akhir.
Kronologi Munculnya Desakan Mundur
Desakan agar Gus Yahya mundur mencuat setelah beredarnya sebuah dokumen yang disebut sebagai Risalah Rapat Harian Syuriah PBNU tertanggal 20 November 2025. Dokumen ini ditandatangani oleh Ketua Dewan Syura PBNU, KH Miftachul Akhyar. Dalam risalah tersebut, disebutkan bahwa Gus Yahya diminta untuk segera mengundurkan diri dalam kurun waktu tiga hari. Jika permintaan tersebut tidak dipenuhi, maka Rapat Harian Syuriah PBNU akan mengambil langkah pemberhentian secara resmi.
Terdapat beberapa alasan yang dikemukakan dalam risalah tersebut sebagai dasar desakan pengunduran diri Gus Yahya. Dua poin utama yang menjadi sorotan adalah:
- Dugaan Mengundang Narasumber yang Terkait Jaringan Zionisme Internasional: Salah satu alasan yang disebutkan adalah terkait dengan penyelenggaraan Akademi Kepemimpinan Nasional NU (AKN NU). Diduga, dalam kegiatan tersebut, Gus Yahya mengundang narasumber yang memiliki keterkaitan dengan jaringan Zionisme Internasional.
- Masalah Tata Kelola Keuangan Organisasi: Poin kedua yang diangkat berkaitan dengan dugaan adanya permasalahan dalam tata kelola keuangan di tubuh PBNU.
Tanggapan Tegas Gus Yahya: Penolakan Mundur dan Komitmen Mandat
Menanggapi beredarnya risalah rapat dan desakan untuk mundur, Gus Yahya memberikan pernyataan yang jelas. Ia menegaskan bahwa dirinya tidak berniat untuk melepaskan jabatannya sebagai Ketua Umum PBNU.
Pada Sabtu malam, 22 November 2025, Gus Yahya dikabarkan menghadiri rapat tertutup bersama Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) yang diselenggarakan di Hotel Novotel Samator Surabaya. Dalam kesempatan tersebut, di hadapan awak media, Gus Yahya menyampaikan tiga poin tanggapannya mengenai ultimatum yang diterimanya:
-
Belum Menerima Surat Resmi: Gus Yahya menyatakan bahwa hingga saat itu, ia belum menerima risalah rapat secara resmi yang mendesaknya untuk mundur. "Saya belum menerima suratnya," ujarnya singkat. Ia menambahkan bahwa pertemuan dengan para Ketua PWNU di Surabaya tersebut merupakan agenda rapat koordinasi biasa.
-
Tidak Ada Niat untuk Mundur: Pada Minggu dini hari, 23 November 2025, setelah pertemuan dengan para Ketua PWNU tingkat provinsi, Gus Yahya kembali menegaskan sikapnya. Ia menyatakan dengan tegas bahwa tidak pernah terlintas dalam pikirannya untuk mengundurkan diri dari posisi Ketua PBNU. "Sama sekali tidak pernah terbesit dalam pikiran saya untuk mundur dari Ketua PBNU," tuturnya.
-
Komitmen Menyelesaikan Mandat Lima Tahun: Gus Yahya mengingatkan kembali mengenai mandat yang diterimanya dari peserta Muktamar ke-34 NU untuk memimpin PBNU sebagai Ketua Tanfidziyah selama lima tahun. Ia resmi menjabat sebagai Ketua Umum PBNU untuk masa khidmat 2021-2026, yang penetapannya dilakukan pada Muktamar ke-34 di Universitas Lampung, Jumat, 24 Desember 2021. "Saya mendapat mandat 5 tahun memimpin NU, karena itu akan saya jalani selama 5 tahun," tegas Gus Yahya. Ia menambahkan, "Insya Allah, saya sanggup."
Pandangan Tokoh Terkait NU
Dinamika internal PBNU ini turut menarik perhatian sejumlah tokoh yang memiliki kedekatan dengan organisasi tersebut.
-
Muhaimin Iskandar (Cak Imin) Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Muhaimin Iskandar atau yang akrab disapa Cak Imin, menyatakan bahwa partainya tidak akan mencampuri urusan internal PBNU. Ia memilih untuk menunggu proses yang sedang berjalan di tubuh organisasi tersebut. "Kita tunggu saja, kita tunggu saja. Biarkan proses internal mereka berlangsung," ujar Cak Imin saat ditemui di Depok, Jawa Barat, Sabtu, 22 November 2025. Ia juga berharap agar apapun keputusan yang diambil PBNU, merupakan yang terbaik bagi organisasi. Mengingat mayoritas konstituen PKB berasal dari kalangan Nahdliyin, hubungan PKB dan PBNU memang sangat erat.
-
Saifullah Yusuf (Gus Ipul) Sekretaris Jenderal PBNU, Saifullah Yusuf atau Gus Ipul, mengimbau seluruh pengurus NU di semua tingkatan untuk tetap tenang dan menjaga kondusivitas suasana. Ia menekankan bahwa apa yang terjadi saat ini adalah dinamika organisasi biasa yang sedang ditangani sesuai mekanisme internal oleh jajaran Syuriah PBNU. "Ini dinamika organisasi yang sedang berjalan. Saya minta semua pengurus dan warga NU tetap tenang, tidak terbawa arus berita yang menyesatkan, dan tidak memperbesar kesalahpahaman," ujar Gus Ipul dalam keterangannya pada Jumat, 21 November 2025. Ia juga meminta seluruh pengurus untuk menahan diri dari pernyataan atau langkah yang dapat memperkeruh keadaan dan hanya mengikuti informasi resmi dari jajaran Syuriah PBNU. Gus Ipul menegaskan bahwa penyelesaian persoalan ini sepenuhnya berada di tangan otoritas tertinggi PBNU, yaitu jajaran Syuriah yang dipimpin oleh Rais Aam dan para wakilnya. Ia mengajak seluruh warga NU untuk memperbanyak salawat dan menjaga ketenangan hati.
Gus Ipul memastikan bahwa dinamika internal PBNU akan diselesaikan melalui mekanisme organisasi yang sah dan dengan penuh kehati-hatian. Proses ini diharapkan dapat menjaga keutuhan dan marwah Nahdlatul Ulama.