Halloween party ideas 2015

Perjuangan Laila Rahmawati: Emas Angkat Besi Pati Terlahir dari Pengorbanan Pribadi

Di balik gemerlap medali emas yang diraih pada ajang Pekan Olahraga Provinsi (Praporprov) Jawa Tengah 2025, terselip kisah penuh dedikasi dan pengorbanan dari seorang atlet angkat besi kebanggaan Pati, Laila Rahmawati, yang baru berusia 22 tahun. Atlet putri yang bertanding di kelas 69 kg ini tidak hanya berjuang melawan beratnya beban besi di atas panggung kompetisi, tetapi juga harus menghadapi kenyataan pahit tekanan ekonomi yang memaksanya menggadaikan kalung emas kesayangannya demi meraih prestasi.

Suara dentuman besi yang beradu menjadi melodi latar belakang saat Laila menjalani sesi latihannya di bawah tribun Stadion Joyokusumo Pati. Kondisi tempat latihan yang ia hadapi sehari-hari jauh dari kata ideal: ruangan yang berdebu, lantai yang retak, dan peralatan yang sudah usang termakan usia. Namun, semangat juang Laila tak pernah padam.

"Latihan terus, yang penting persiapan matang. Mau fasilitasnya seperti apa, ya harus tetap dijalani," ungkap Laila, gadis asli Desa Lahar, Kecamatan Tlogowungu, dengan nada penuh tekad. Hampir setiap hari, ia berlatih di venue yang sangat memprihatinkan. Namun, keinginannya untuk terus berprestasi jauh lebih kuat daripada rasa lelah atau kekecewaan yang mungkin timbul akibat keterbatasan fasilitas.

Prestasi Gemilang di Tengah Keterbatasan Fasilitas

Kerja keras dan dedikasi Laila akhirnya membuahkan hasil yang manis. Pada bulan Oktober lalu, ia berhasil menaklukkan para pesaingnya di ajang Praporprov Jawa Tengah 2025 dengan selisih angkatan yang signifikan, meninggalkan jauh para peraih medali perak dan perunggu.

"Saya berhasil meraih medali emas. Capaiannya jauh melampaui atlet peraih medali perak dan perunggu," ucapnya dengan bangga. Prestasi gemilang Laila ini semakin mempertegas rekam jejak panjang cabang olahraga angkat besi Kabupaten Pati yang secara konsisten berhasil menyumbangkan medali emas sejak tahun 2018.

Namun, di balik sorak sorai kemenangan dan kilauan medali emas tersebut, terdapat sebuah kisah lain yang jarang tersentuh oleh publik. Sebuah kisah tentang pengorbanan pribadi yang mendalam.

Menggadaikan Kalung Emas Demi Sebutir Medali

Untuk dapat berpartisipasi dalam ajang Praporprov, Laila membutuhkan dana yang tidak sedikit untuk keperluan persiapannya. Kebutuhan tersebut meliputi nutrisi khusus, suplemen, biaya bahan bakar untuk transportasi, hingga perlengkapan latihan lainnya. Sayangnya, uang pembinaan yang diterimanya dari pihak terkait ternyata tidak mencukupi untuk menutupi seluruh biaya tersebut.

Tahun ini, situasi semakin sulit. Uang pembinaan yang biasanya ia terima sebesar Rp 800 ribu per bulan, kini mengalami penurunan drastis menjadi hanya Rp 400 ribu. Lebih parah lagi, tunjangan suplemen yang sebelumnya ia terima sebesar Rp 400 ribu per bulan, kini sepenuhnya ditiadakan.

Ketika tenggat waktu pertandingan semakin dekat dan kebutuhan dana semakin mendesak, Laila terpaksa melakukan satu-satunya cara yang ia miliki. Ia harus rela mengorbankan aset pribadinya.

"Kemarin, total biaya yang saya keluarkan untuk persiapan mendekati Rp 5 juta. Saya terpaksa menggadaikan kalung emas kesayangan saya senilai Rp 1,5 juta. Selain itu, saya juga terpaksa menggunakan tabungan pribadi saya," ungkap Laila dengan suara lirih.

Kalung emas yang digadaikannya itu bukanlah sekadar perhiasan biasa. Benda tersebut merupakan hadiah berharga dari keluarganya, yang memiliki nilai emosional sangat tinggi baginya. Namun, demi menjaga tradisi emas bagi Kabupaten Pati dan demi memenuhi tanggung jawabnya sebagai seorang atlet, Laila harus merelakan benda kesayangannya itu. Ia juga harus menguras tabungannya hingga menyisakan Rp 3,5 juta.

"Uang pembinaan sebesar Rp 400 ribu itu bahkan hanya cukup untuk biaya bensin saja. Belum lagi untuk kebutuhan makan, nutrisi, dan berbagai keperluan lain yang harus dipenuhi oleh seorang atlet angkat berat," jelasnya lebih lanjut.

Anggaran Menipis, Beban Atlet Semakin Berat

Laila menegaskan bahwa para pengurus cabang olahraga angkat besi sebenarnya telah berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan dukungan. Namun, mereka juga terikat oleh kondisi anggaran yang mengalami penurunan signifikan, sehingga kemampuan mereka untuk memberikan bantuan lebih lanjut menjadi terbatas.

"Para pengurus sebenarnya sudah berusaha keras untuk membantu. Namun, karena anggaran yang diturunkan, mereka juga tidak bisa berbuat banyak," tuturnya.

Situasi ini mau tidak mau membuat sebagian besar beban persiapan latihan harus ditanggung sendiri oleh para atlet. Sebagai salah satu cabang olahraga yang selalu menjadi lumbung medali emas bagi Kabupaten Pati, angkat besi selalu menunjukkan performa yang konsisten dalam berbagai kejuaraan. Oleh karena itu, Laila sangat berharap pemerintah daerah dapat memberikan perhatian yang lebih serius terhadap pembinaan atlet.

"Sejak tahun 2018, kami selalu meraih medali emas. Jika sampai tahun ini kami tidak bisa meraihnya, tentu akan sangat memalukan. Demi kebutuhan gizi dan persiapan lainnya, saya sampai harus menggadaikan kalung. Olahraga seperti angkat besi ini jarang sekali mendapatkan sorotan, padahal potensinya sangat besar," tegasnya dengan penuh keyakinan.

Medali Emas yang Terlahir dari Pengorbanan Tulus

Kisah pengorbanan Laila ini diharapkan dapat menjadi sebuah alarm bagi pemerintah daerah untuk segera melakukan perbaikan dalam sistem pembinaan atlet di Pati. Medali emas yang kini terpajang di kamarnya bukan hanya sekadar simbol kemenangan atas sebuah pertandingan, melainkan juga simbol dari perjuangan dan pengorbanan yang tulus. Tidak banyak atlet yang memiliki keberanian luar biasa untuk melepas barang pribadi berharga demi meraih sebuah prestasi.

Melalui perjuangannya, Laila menunjukkan bahwa di Pati, masih ada atlet-atlet yang berjuang bukan karena fasilitas yang memadai atau dukungan finansial yang melimpah, melainkan semata-mata karena kecintaan yang mendalam pada olahraga dan tekad kuat untuk mengharumkan nama daerahnya.

Dan medali emas tersebut, pada akhirnya, adalah sebuah kebanggaan yang patut dirasakan oleh seluruh masyarakat Kabupaten Pati. Namun, kisah di balik kemenangan ini menjadi sebuah pengingat yang berharga: prestasi yang gemilang membutuhkan dukungan yang nyata, bukan sekadar harapan semata.

Diberdayakan oleh Blogger.