FOMC Desember: Powell Bikin Pasar Geger
Federal Reserve (The Fed) berpotensi menghadapi perpecahan pandangan yang signifikan dalam pengambilan kebijakan moneter, terutama terkait keputusan suku bunga pada rapat Federal Open Market Committee (FOMC) yang dijadwalkan pada 9–10 Desember 2025. Situasi ini dikhawatirkan dapat mengaburkan pesan kebijakan di pasar keuangan dan memunculkan pertanyaan baru mengenai independensi bank sentral dari tekanan politik.
Perbedaan pandangan di kalangan pejabat The Fed mulai menguat sejak musim panas lalu. Saat itu, tren penurunan inflasi melambat sementara pertumbuhan lapangan kerja mulai kehilangan momentum. Kondisi ini menempatkan dua mandat utama The Fed—menjaga inflasi di kisaran 2% dan memastikan pasar tenaga kerja tetap kuat—dalam posisi yang membutuhkan kebijakan yang berlawanan.
Kerumitan semakin bertambah akibat penutupan pemerintahan Amerika Serikat (government shutdown) yang menunda publikasi sejumlah data ekonomi penting. Keterlambatan data ini mempersulit pejabat The Fed dalam membaca arah perekonomian menjelang pertemuan kebijakan.
Munculnya Perbedaan Pandangan yang Menguat
Sejumlah pejabat The Fed kini memegang posisi yang semakin mengeras terkait arah kebijakan suku bunga. Dari 12 anggota FOMC yang memiliki hak suara, setidaknya lima orang dilaporkan menentang atau bersikap skeptis terhadap pemangkasan suku bunga tambahan. Di sisi lain, tiga anggota Dewan Gubernur yang berkedudukan di Washington justru mendorong penurunan suku bunga.
Gubernur The Fed, Christopher Waller, bulan lalu menyatakan, "Dalam waktu lama, mungkin inilah momen dengan tingkat ‘groupthink’ terendah yang pernah terjadi." Pernyataannya ini muncul seiring spekulasi bahwa pertemuan Desember berpotensi memunculkan tiga atau lebih suara dissent jika pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin disetujui.
Situasi di mana FOMC mencatat sedikitnya tiga suara dissent terakhir kali terjadi pada tahun 2019. Sejak tahun 1990, kejadian serupa baru tercatat sembilan kali.
Sementara itu, Ketua The Fed, Jerome Powell, belum memberikan sinyal tegas mengenai arah kebijakan untuk bulan Desember. Namun, komentar dari Presiden The Fed New York sekaligus Wakil Ketua FOMC, John Williams, cenderung bersifat dovish, setelah menyebutkan bahwa masih ada ruang untuk penurunan biaya pinjaman.
Para analis memperkirakan The Fed dapat memilih jalan tengah: memangkas suku bunga namun disertai dengan pernyataan resmi dari Powell yang memberikan sinyal jeda pada langkah pelonggaran berikutnya.
Menjelang periode blackout communication, beberapa pejabat yang sebelumnya bersikap skeptis menyatakan bahwa mereka masih membuka kemungkinan untuk mengubah pandangan mereka. Waller menegaskan bahwa keputusan setelah bulan Desember akan sangat bergantung pada data ekonomi yang dirilis setelah normalisasi lembaga statistik.
Presiden The Fed Chicago, Austan Goolsbee, menilai pendekatan Powell yang mengutamakan konsensus tetap penting. "Kita lihat nanti apa bunyi pernyataannya. Apakah saya setuju atau tidak. Pendekatan Powell tetap memiliki nilai," ujarnya.
Dampak Perbedaan Suara dalam Pengambilan Kebijakan
Presiden The Fed Richmond, Thomas Barkin, mengingatkan bahwa fokus pada siapa yang dissent dan siapa yang tidak sering kali mengaburkan inti dari diskusi yang sebenarnya. Ia berpendapat bahwa suara yang berbeda justru dapat mengurangi pengaruh individu dalam proses pengambilan keputusan.
"Saya tidak selalu sependapat dalam rapat, tetapi saat pemungutan suara saya mendukung ketua. Tujuan saya selalu menjaga pengaruh," kata Barkin.
Namun, Waller—yang disebut sebagai kandidat potensial Ketua The Fed jika Donald Trump memenangkan pemilihan presiden—mengakui adanya risiko besar jika perbedaan suara menjadi terlalu tajam.
"Jika situasinya berubah menjadi tujuh lawan lima, satu suara saja bisa membalikkan arah kebijakan. Kondisi tipis seperti ini berbahaya karena tidak memberi rasa percaya diri kepada pasar," ujarnya.
Kajian yang dilakukan oleh ekonom senior The Fed Chicago, Alessandro Villa, menunjukkan bahwa pengaruh pernyataan pejabat The Fed terhadap pasar cenderung lebih kuat ketika selaras dengan pesan dari ketua komite. Pernyataan yang tidak sejalan justru berpotensi menciptakan gangguan terhadap transmisi kebijakan moneter.
Manajer portofolio pendapatan tetap di Columbia Threadneedle, Ed Al-Hussainy, menilai bahwa perpecahan suara dengan rasio 7–5 dapat membuat pasar suku bunga kesulitan dalam membaca arah kebijakan untuk 12 hingga 18 bulan ke depan.
"Aset berisiko juga akan terganggu karena ketidakpastian strategi The Fed," ujarnya, menekankan pentingnya kejelasan dalam komunikasi kebijakan bank sentral.