Drone Misterius di Bandara Eropa: Ancaman Perang Hibrida Rusia

medkomsubangnetworkSuara peringatan dari pengeras suara menandai dimulainya malam yang mencekam di Kyiv, diiringi bunyi sirene serangan udara yang memaksa warga untuk segera mencari perlindungan di tempat-tempat bawah tanah.
Tak berselang lama, suara ratusan drone Rusia terdengar seperti kerumunan nyamuk yang melayang di atas lapisan awan.
Serangan itu diiringi suara tembakan senjata antipesawat, ledakan, dan dering sirene ambulans, yang semakin memperkuat kenyataan bahwa drone kini menjadi elemen krusial dalam peperangan masa kini.
Akan tetapi, saat ini drone tidak hanya terlihat di medan perang Ukraina. Negara-negara di Eropa Barat mulai melaporkan adanya drone tanpa persenjataan yang terbang di sekitar bandara, markas militer, dan fasilitas vital.
Muncul dugaan bahwa fenomena ini mengindikasikan Rusia tengah melakukan strategi "perang hibrida" guna mengukur tingkat kesigapan negara-negara anggota NATO.
Bandara di Polandia terpaksa ditutup akibat kemunculan drone.
Pada tanggal 9 September, kurang lebih 20 drone milik Rusia terdeteksi melintasi wilayah Ukraina dan memasuki teritori Polandia. Kejadian ini berujung pada penutupan empat bandara oleh pihak berwenang setempat secara bersamaan.
Pesawat tempur NATO dikerahkan dan beberapa drone berhasil dijatuhkan, sementara yang lain mendarat di wilayah Polandia.
Peristiwa itu dianggap sebagai salah satu insiden pelanggaran wilayah udara NATO yang paling parah sejak konflik di Ukraina dimulai.
Kondisi ini lantas memicu diskusi tentang perlunya membangun tembok drone di Eropa.
"Serangan-serangan terkini inilah yang benar-benar menjadi pendorong momentum ini," ucap Katja Bego, seorang peneliti senior dalam program keamanan internasional di Chatham House, sebagaimana dikutip dari BBC pada Senin (17/11/2025).
Munculnya pesawat nirawak di bandara Eropa
Selain Polandia, ada laporan mengenai penampakan drone tak dikenal di Belgia, Denmark, Norwegia, Swedia, Jerman, dan Lituania. Salah satu drone tersebut terlihat di bandara utama Belgia yang berlokasi di dekat Brussel pada awal bulan ini.
Tidak seperti drone serang Rusia yang dapat dikenali di Ukraina, drone yang terlihat di Eropa Barat tidak memiliki identitas jelas dan tidak membawa bahan peledak, sehingga menyulitkan penentuan sumbernya.
Kecurigaan tertuju pada Rusia. Beberapa agen intelijen Barat menduga bahwa Moskow memanfaatkan pihak ketiga untuk mengendalikan drone jarak pendek secara lokal demi menimbulkan kekacauan. Pihak Kremlin membantah tuduhan tersebut.
Belgia menarik perhatian karena menjadi tuan rumah bagi markas besar NATO, Uni Eropa, serta Euroclear, sebuah lembaga kliring keuangan internasional dengan nilai aset triliunan dolar.
Kemunculan drone tak dikenal di sekitar bandara Brussels, Liege, dan pangkalan militer diduga berkaitan dengan perundingan pembebasan aset Rusia senilai 200 miliar euro yang dibekukan di negara tersebut.
Upaya penguatan pertahanan Eropa
Inggris telah mengerahkan tim ahli penanggulangan drone dari Resimen RAF yang berpusat di RAF Leeming, Yorkshire Utara, guna mendukung Belgia dalam memperkuat sistem pertahanannya.
Bahaya drone tidak hanya terletak pada potensi tabrakan dengan pesawat saat lepas landas dan mendarat, tetapi juga kemungkinan penyalahgunaannya untuk kegiatan pengintaian di lokasi-lokasi vital seperti pembangkit listrik atau instalasi militer.
Perdebatan tentang pertahanan udara di Eropa semakin intensif akibat kemajuan teknologi drone. Jarak tempuh sebagian drone yang kini bisa mencapai lebih dari 1.000 kilometer menimbulkan kekhawatiran mengenai kemampuan NATO dalam menghadapi serangan skala besar.
Sebelumnya, Rusia mengimpor drone Shahed 136 dari Iran, lalu memproduksi versi lokalnya yang dinamai Geran 2. Sebagian drone tersebut dilaporkan terbang ke Polandia pada September tahun lalu.
Muncul pertanyaan: bagaimana jika Rusia meluncurkan 200 atau bahkan 2.000 drone secara serentak?
André Rogaczewski, CEO perusahaan jasa TI Denmark Netcompany, berpendapat bahwa respons dengan mengerahkan jet tempur setiap kali drone terdeteksi adalah tindakan yang tidak dapat dipertahankan.
"Menurutnya, hal tersebut tidaklah efisien dan merupakan pemborosan dana wajib pajak," katanya.