Sejumlah bank besar di Indonesia telah merilis laporan keuangan bulanan hingga Oktober 2025, memberikan gambaran awal mengenai kinerja mereka menjelang akhir tahun. Periode ini menjadi krusial bagi para perseroan untuk memastikan pencapaian bisnis yang optimal sebelum menutup tahun buku. Empat bank yang termasuk dalam kategori Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) IV, yaitu PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI), dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI), telah mempublikasikan data kinerja keuangan mereka.
Kinerja Keuangan Bank Jumbo Oktober 2025: Analisis Mendalam
Laporan keuangan bulanan per Oktober 2025 menunjukkan gambaran yang beragam di antara bank-bank BUKU IV. PT Bank Central Asia Tbk. (BCA) menjadi satu-satunya bank dalam kelompok ini yang mencatatkan pertumbuhan laba bersih tahun berjalan (year on year/YoY).
PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA)
BCA, sebagai bank swasta terbesar di Indonesia, membukukan laba bersih tahun berjalan sebesar Rp48,25 triliun pada Oktober 2025. Angka ini menunjukkan pertumbuhan sebesar 4,39% YoY dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, yaitu Rp46,22 triliun di Oktober 2024.
Pencapaian gemilang ini didukung oleh pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) yang mencapai Rp66,47 triliun pada Oktober 2025, meningkat 4,42% YoY dari Rp63,66 triliun pada Oktober 2024. Selain menjadi bank dengan pertumbuhan laba, BCA juga menorehkan laba terbesar di antara bank-bank jumbo lainnya.
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI)
BRI menempati posisi selanjutnya dengan laba bersih tahun berjalan sebesar Rp41,05 triliun. Namun, angka ini mengalami penyusutan sebesar 10,21% YoY dibandingkan dengan Oktober 2024 yang mencapai Rp45,72 triliun. Meskipun demikian, BRI tetap menjadi bank pelat merah dengan laba bersih tertinggi. Penurunan laba ini merupakan yang terdalam di antara Bank Mandiri dan BNI.
Pendapatan bunga bersih (NII) BRI tercatat tumbuh tipis 1,58% YoY, dari Rp92,00 triliun pada Oktober 2024 menjadi Rp93,46 triliun pada Oktober 2025.
Direktur Utama BRI, Hery Gunardi, sebelumnya menyatakan komitmen perseroan untuk terus memperkuat fundamental bisnis. Upaya ini meliputi menjaga kualitas aset, meningkatkan efisiensi pendanaan, serta memperdalam transformasi yang terstruktur dan terintegrasi melalui program BRIVolution Reignite.
"BRI optimistis dapat mempertahankan kinerja yang positif, berkelanjutan, serta memberikan kontribusi nyata bagi pertumbuhan ekonomi nasional dan kesejahteraan masyarakat Indonesia," ujar Hery dalam konferensi pers Kinerja Keuangan BRI Kuartal III/2025.
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI)
Bank Mandiri membukukan laba bersih tahun berjalan senilai Rp38,88 triliun pada Oktober 2025. Angka ini menunjukkan penurunan sebesar 9,70% YoY dibandingkan dengan Oktober 2024 yang mencapai Rp43,06 triliun.
Pendapatan bunga bersih (NII) Bank Mandiri berhasil dijaga pertumbuhannya sebesar 3,55% YoY, dari Rp62,22 triliun pada periode yang sama tahun lalu menjadi Rp64,43 triliun pada Oktober 2025.
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI)
BNI menduduki posisi keempat dengan perolehan laba bersih tahun berjalan sebesar Rp16,92 triliun. Angka ini turun 6,34% YoY dari perolehan laba pada Oktober 2024 yang mencapai Rp18,07 triliun.
Pendapatan bunga bersih (NII) BNI juga tercatat mengalami penurunan sebesar 0,95% YoY menjadi Rp31,94 triliun. Pada Oktober 2024, BNI membukukan NII sebesar Rp32,25 triliun.
Analisis Penyebab Penurunan Kinerja dan Proyeksi
Pengamat Perbankan sekaligus Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI), Trioksa Siahaan, memberikan analisis mengenai penurunan laba pada Bank Mandiri dan BNI. Menurutnya, faktor utama penyebabnya adalah kenaikan biaya dana di tahun ini, yang didominasi oleh dana mahal dan besarnya biaya operasional.
- Beban Operasional Bank Mandiri: Meningkat signifikan sebesar 74,85% YoY, dari Rp9,57 triliun pada Oktober 2024 menjadi Rp16,74 triliun pada Oktober 2025.
- Beban Operasional BNI: Meningkat 10,71% YoY, dari Rp10,40 triliun pada periode yang sama tahun lalu menjadi Rp11,51 triliun pada Oktober 2025.
- Beban CKPN BRI: Trioksa mengidentifikasi kenaikan beban Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) sebagai faktor utama penurunan kinerja BRI.
Meskipun demikian, Trioksa Siahaan memprediksi bahwa kinerja keuangan BRI, Bank Mandiri, dan BNI akan menunjukkan perbaikan pada kuartal IV/2025 dibandingkan kuartal-kuartal sebelumnya. Proyeksi ini didasarkan pada beberapa faktor:
- Membaiknya Likuiditas Bank: Kondisi likuiditas perbankan yang diperkirakan akan membaik.
- Penurunan BI Rate: Potensi penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate).
- Peningkatan Belanja Masyarakat: Aktivitas belanja masyarakat yang cenderung meningkat menjelang akhir tahun.
Selanjutnya, Trioksa juga memperkirakan kinerja keuangan BCA akan tetap cemerlang hingga akhir tahun. Hal ini didorong oleh:
- Dominasi Dana CASA: Struktur dana yang didominasi oleh Current Account Savings Account (CASA) yang memiliki biaya dana murah.
- Peningkatan Fee-Based Income: Peningkatan kontribusi dari pendapatan berbasis biaya (fee-based income).
Dengan demikian, tren kinerja positif BCA diperkirakan akan terus berlanjut hingga penutupan tahun 2025.