Halloween party ideas 2015

PHE Satu Pangan: Dari Tantangan Lokal Menuju Pengakuan Nasional dalam Ketahanan Pangan

Beberapa tahun lalu, para petani kecil di sekitar wilayah operasi PT Pertamina Hulu Energi (PHE) menghadapi kenyataan pahit. Lahan pertanian mereka menunjukkan penurunan kualitas yang mengkhawatirkan, biaya produksi terus merangkak naik, dan ketergantungan pada pasokan dari luar semakin mengikis ketahanan pangan lokal. Situasi yang penuh tantangan inilah yang kemudian melahirkan sebuah gagasan, sebuah inisiatif yang perlahan tumbuh dan kini menjelma menjadi sumber harapan yang nyata. Harapan ini baru saja mendapatkan pengakuan di kancah nasional.

Pada acara Indonesia’s SDGs Action Awards 2025, yang merupakan bagian dari agenda Sustainable Development Annual Conference (SAC) 2025 yang diselenggarakan oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), PHE berhasil meraih predikat Terbaik II dalam kategori Badan Usaha Besar. Penghargaan ini menjadi bukti nyata dampak positif dari program inovatif PHE, yaitu "PHE Satu Pangan - Sinergi Aksi Tangguh untuk Pangan". Program ini telah berhasil membawa perubahan signifikan bagi kesejahteraan masyarakat di wilayah operasinya. Penyerahan penghargaan prestisius ini dilakukan langsung oleh Menteri PPN/Kepala Bappenas, Rachmat Pambudy, kepada Direktur Eksplorasi PHE, Muharram Jaya Panguriseng.

Dalam pernyataannya, Direktur Eksplorasi PHE, Muharram Jaya Panguriseng, menyampaikan rasa terima kasih atas kepercayaan yang diberikan oleh pemerintah. Ia juga menekankan bahwa pencapaian ini adalah hasil kolaborasi erat antara seluruh insan PHE dan masyarakat yang terlibat. "Program PHE Satu Pangan tidak hanya berfokus pada peningkatan produksi pangan semata, tetapi juga membangun sebuah sistem pangan yang tangguh dan berkelanjutan. Kami melakukannya melalui inovasi teknologi, program edukasi yang komprehensif, pengembangan model bisnis yang inovatif, serta pelibatan dan pemberdayaan masyarakat di sekitar area operasi perusahaan. Ini membuktikan bahwa ketahanan energi dan ketahanan pangan dapat berjalan seiring dan saling mendukung," ujar Muharram.

Transformasi Ketahanan Pangan Melalui Inovasi dan Pemberdayaan

Program PHE Satu Pangan lahir dari komitmen mendalam untuk memberdayakan masyarakat melalui penguatan ketahanan pangan. Dampak positifnya kini telah dirasakan secara langsung oleh ribuan keluarga. Program ini telah berhasil mendorong peningkatan produksi berbagai komoditas pangan secara signifikan. Tercatat, produksi beras meningkat lebih dari 1.200 ton per tahun, jagung sebanyak 22 ton per tahun, dan cabai mencapai 9,8 ton per tahun. Selain itu, produksi telur unggas juga melonjak lebih dari 1.800 ton per tahun. Tidak berhenti di situ, program ini juga mencakup komoditas lain seperti ikan, daging unggas, dan daging ruminansia seperti kambing dan sapi. Salah satu pencapaian penting dari inisiatif ini adalah berkurangnya ketergantungan desa-desa terhadap pasokan pangan dari luar wilayah mereka.

Lebih dari sekadar peningkatan produktivitas, program ini juga membawa efisiensi yang luar biasa melalui penerapan berbagai teknologi inovatif. Beberapa di antaranya meliputi:

  • Irigasi Tetes (Water Drip Irrigation): Sistem ini mengantarkan air langsung ke akar tanaman, meminimalkan penguapan dan pemborosan air.
  • Penampungan Air Hujan (Rain Harvesting): Memanfaatkan sumber daya air alami yang melimpah untuk kebutuhan irigasi.
  • Atmospheric Harvesting: Teknologi canggih yang mampu mengekstraksi uap air dari udara untuk keperluan irigasi.
  • Sistem Irigasi Otomatis Berbasis Android: Memungkinkan pengelolaan irigasi yang presisi dan efisien melalui perangkat seluler, yang mampu menekan penggunaan air hingga 40-100 persen.

Selain efisiensi air, program ini juga berhasil mengurangi penggunaan pupuk kimia secara drastis, yaitu lebih dari 400 kg per musim tanam. Penghematan biaya yang dirasakan oleh kelompok masyarakat mencapai Rp 350 juta per tahun. Untuk mengatasi tantangan budidaya di lahan kritis, PHE Satu Pangan juga memperkenalkan teknologi tambahan seperti:

  • Soil Nutrient Sensor: Alat untuk menganalisis kandungan nutrisi tanah secara akurat, membantu petani dalam pemupukan yang tepat sasaran.
  • Dry House Berbahan Briket Jerami: Solusi pengeringan hasil panen yang ramah lingkungan dan hemat biaya.
  • Alat Penyiang Cakra Baskara: Mempermudah dan mempercepat proses penyiangan gulma, meningkatkan efektivitas budidaya.

Dampak Sosial dan Lingkungan yang Luas

Dari sisi sosial, PHE Satu Pangan memberikan manfaat langsung kepada lebih dari 1.400 penerima manfaat. Sebanyak 90 kepala keluarga prasejahtera kini mengalami peningkatan kapasitas keterampilan dan pendapatan yang lebih baik. Program ini juga telah memicu terbentuknya lebih dari 25 kelompok masyarakat baru, termasuk Kelompok Wanita Tani (KWT), yang aktif berkontribusi dalam ketahanan pangan. Lebih jauh lagi, inisiatif ini telah mendorong lahirnya 4 regulasi baru dan 47 inovasi ketahanan pangan yang secara kolektif mendukung terciptanya tata kelola pertanian yang berkelanjutan.

Integrasi program ini dengan sektor energi bersih juga menjadi poin penting. Penerapan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dengan kapasitas 22,42 kWp tidak hanya memberikan penghematan biaya listrik hingga Rp41 juta per tahun, tetapi juga berkontribusi signifikan dalam pengurangan emisi. Diperkirakan, emisi dapat berkurang sebesar 28,52 ton CO₂eq per tahun, sebuah langkah maju yang penting dalam upaya mitigasi perubahan iklim sekaligus memperkuat ketahanan pangan.

Implementasi program PHE Satu Pangan tersebar di berbagai wilayah kerja Subholding Upstream Group di seluruh Indonesia, meliputi:

  • Sumatera:
    • Kabupaten Pali
    • Kabupaten Aceh
    • Kabupaten Muaro Jambi
    • Kabupaten Muara Enim
    • Kabupaten Musi Banyuasin
    • Kota Prabumulih
  • Jawa:
    • Kota Subang
    • Kepulauan Seribu
    • Kabupaten Indramayu
    • Kabupaten Tuban
    • Kabupaten Blora
    • Kabupaten Bojonegoro
    • Kabupaten Bangkalan
  • Kalimantan:
    • Kabupaten Kutai Kartanegara
    • Kabupaten Bulungan
    • Kabupaten Tana Tidung
    • Kota Bontang
  • Sulawesi:
    • Kabupaten Banggai
  • Papua:
    • Kabupaten Sorong

Penghargaan yang diraih PHE ini menjadi pengingat bahwa penguatan ketahanan pangan bukanlah sekadar sebuah program, melainkan sebuah perjalanan panjang yang menyentuh kehidupan banyak orang. PHE berkomitmen untuk terus memperluas jangkauan dan dampak program ini, sejalan dengan tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) yang meliputi pengentasan kemiskinan, peningkatan kualitas sumber daya manusia, pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, dan penguatan ketahanan pangan nasional.

Di samping upaya penguatan ketahanan pangan, PHE juga terus mengembangkan operasi dan bisnis di sektor hulu migas dengan prinsip-prinsip Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola (ESG). Perusahaan menerapkan kebijakan Zero Tolerance on Bribery melalui Sistem Manajemen Anti Penyuapan (SMAP) yang telah berstandar ISO 37001:2016, memastikan seluruh proses bisnis berjalan bersih dari praktik-praktik penyuapan.

Diberdayakan oleh Blogger.